BUKU MYSTERIOUS KRAKATOA: Mengungkap Misteri Peradaban

Owner METAFORMA CREATIVE COMMUNICATIONS, former journalist, experienced creative director
Konten dari Pengguna
4 Desember 2019 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buku MYSTERIOUS KRAKATOA
Proses kreatif penulisan buku Mysterious Krakatoa karya Muhammad Asykar yang diterbitkan oleh PT. Metafora Internusa dimulai sejak tahun 2015 dan dapat dituntaskan tahun 2019.
ADVERTISEMENT
“Ide penulisan buku tersebut berawal dari kegelisan Asykar terhadap sebuah komik yang menggelitiknya, hanya saja mengapa ada kesamaan dengan apa yang dipakai perempuan-perempuan Lampung di daerahnya yaitu Siger dan Kuku Panjang dari emas,” ungkapnya di Kompleks Kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara, Selasa (03/12/2019).
Didampingi Eki Thadan selaku kreatif desain buku tersebut. Asykar agak terkejut karena penulisan buku tersebut berawal dari komik beralih ke gunung Krakatau ternyata banyak menyimpan misteri peradaban. Jika dipikir-pikir ini banyak belum diceritakan oleh para sejarawan di Indonesia terutama tentang peradaban yang jauh sebelum peradaban Romawi 2000 tahun yang lalu atau 3000 tahun yang lalu.
Kita saat ini masih bicara peradaban abad 14, abad 15, abad 4 abad 1. Abad-abad sebelumnya pun sampai saat ini masih belum bicara banyak dan belum mengetahui dan mungkin bukti-bukti artefak sedikit sekali diceritakan atau diulas, sedangkan dalam peta Pulau Tomeus Abad 1 M, daratan yang kita kenal dengan Nusantara sekarang ini Agire Insule, berarti negara Api (Kerajaan Api) mungkin ini ada kaitan dengan dongeng yang berpusat di gunung berapi.
ADVERTISEMENT
Proses kreatif penulisan buku ini menggunakan metoda agak sedikit berlawanan dengan metode mainstream, saat ini banyak celoteh rekan-rekan Asykar yang mengatakan kajian mu ini tidak ilmiah.
“Hari ini saya pakai diksi kajian tak ilmiah karena kita masih terpaku dalam metode bahasa logika thingking, kita terjebak dalam deduktif – induktif, kalau hari ini dikatakan tidak ilmiah maka hari ini saya tidak ilmiah. Hari ini yang ilmiah pun tidak dapat menjelaskan apa-apa,” ungkapnya.
Buku ini berbicara dari beberapa aspek kajian seperti kajian sejarah, kajian sastra, kajian teologis, kajian geografis dan kajian geologis. Ketika akan dibedahbukukan tokoh-tokoh yang diharapkan ke depan adalah bicara sejarah, bicara universal, karena peradaban itu sejarah, seperti motherboad, kita tidak bisa katakan geografis lebih penting, arkeologi lebih penting. biologi lebih penting, kedokteran lebih penting. Bagi Asykar sejarah semuanya terdapat di berbagai disiplin ilmu. Di dalam politik sejarah ada, bicara biologi di sejarah ada, bicara geografis harus ada sejarahnya semua harus ada historikalnya. Sejarah basis dari segalanya karena peradaban lahir dari sejarah.
ADVERTISEMENT
Eki Thadan adalah rekan penulis Mohammad Asykar yang mensupportnya dalam mendesain buku Mysterious Krakatoa. Eki tertantang untuk mengulik karya tersebut lebih mendalam dan siap untuk membantu mendesian buku tersebut. Sesuatu yang luar biasa isinya, ketika dibaca selintas wah perlu dikaji lebih mendalam dan bahasanya disempurnakan.
Eki Thadan menata dari sisi tata bahasa, tata visual agar tampil keren agar nampak berkelas yang tak ternilai bahwa “x” rupiah bukan ukuran. Nilai-nilainya harus disebarkan jika masih dalam suatu misteri. Konten yang ada di dalamnya semua adalah simbol terhadap suatu peradaban yang musnah tiba-tiba muncul di suatu saat nanti. Gempa letusan merupakan letupan yang jika diungkapkan Krakatau dibayangkan semacam NKRI, timbul suatu negara, simbol suatu peradaban.
ADVERTISEMENT
Idealnya simbol peradaban harus dikemas ditata sedemikian rupa sehingga menjadi peradaban yang lebih baik. Bukan lagi merusak, misteri itu bisa mengungkap semuanya.
Jika pada akhirnya buku ini bermuara pada pengembangan pariwisata di Lampung Asykar mengatakan bahwa, “Pariwisata bukan saja mengaktualisasi untuk kepentingan dunia pariwisata. Yang paling penting dari kajian pembahasan pariwisata bagaimana kita mengajak orang untuk care terhadap alam, care terhadap sejarah, care terhadap peninggalan artefak, lebih bijak untuk mengeksploitasi alam dan sejarah dan ke depannya dengan bicara pariwisaa bukan dengan angka saja tetapi di situ ada nilai-nilai yang tetap harus kita pertahankan yang adalah jatidiri kita sebagai suatu bangsa itu yang lebih baik,” tegasnya.
Harapan Asykar sang penulis, sejarah semacam sebuah pintu/jendela untuk maju ke depan dengan berpegang pada sejarah sebagai identitas bangsa, sebagai identitas jati diri, siapa kita ini? Karena akar perdaban hari ini, kenapa kita di sini, dan jadi bangsa di sini asalnya dari sebuah sejarah.Sejarah yang baik mirip sebuah pohon yang sehat, akarnya sehat, batangnya sehat daunnya sehat maka buah pasti baik dan jelas berguna bagi lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Dan Eki pun menimpali, “Krakatau sebagai misteri menjadi inspirasi wisata untuk edukasi dan segmentasi anak remaja, anak-anakpun harus diajak lebih dini agar ada mata rantai dari segmentasi usia,” ungkapnya
Asykar menampatkan di SD Gedong Air, Tanjung Karang, Lampung, SMP 5 Tanjung Karang Lampung, SMA 3 Palapa Tanjung Karang, Lampung dan berkuliah di Universitas Lampung Jurusan FISIPOL Tahun 2000 karena ekonomi dan reformasi kAsykar berkeputusan tidak melanjutkan sampai sarjana karena ada edaran bagi mahasiswa bahwa yang penting memiliki SKS yang cukup dan sudah mengikuti KKN semua itu dapat dipakai untuk dunia kerja ternyata kebijakan itu dicabut dan Asykar mengungkapkan ia agak kecolongan.
Tetapi kerja dan karyanya kali ini membuktikan dengan kehadiran Mysterious Krakatoa membayar tuntas kualitas yang ditunjukkan sebagai seorang pemikir, peneliti, budayawan dan sejarawan pantas disandangnya melebihi gelar akademis yang tidak diembannya.
ADVERTISEMENT
(Johan Sopaheluwakan)
Eki Thadan (kiri) Muhammad Asykar (kanan).