Anak Tak Perlu Diajarkan Berimajinasi #ngobrolgame

Eko Nugroho
CEO Kummara Group (Kummara.com), Game Designer/Consultant, Game-based Learning Expert, Gamification World Award Finalist, Co-founder Ludenara Foundation (Ludenara.org)
Konten dari Pengguna
29 April 2018 16:45 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eko Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak Tak Perlu Diajarkan Berimajinasi #ngobrolgame
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satu hari salah satu media nasional mengeluarkan sebuah headline “Daya Imajinasi Siswa Lemah” - hal ini yang kemudian diduga menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia masih saja berada di lapisan bawah dalam penguasaan remaja berusia 15 tahun terhadap keupayaan Sains, membaca, dan Matematika (PISA).
ADVERTISEMENT
Picasso pernah berkata: "Every child is an artist. The problem is how to remain an artist once we grow up." Putra-putri kita --seperti halnya kita semua-- terlahir dengan kemampuan imajinasi yang luar biasa, kreatif, penuh rasa ingin tahu, tidak ragu untuk mencoba banyak hal baru.
Yang jadi masalah adalah semua kemampuan itu sepertinya pudar ketika mereka (kita) beranjak dewasa. Sir Ken Robinson dalam TED talk-nya (yang telah di tonton lebih dari 50 juta kali) bahkan berargumentasi bahwa "we don' t grow into creativity, we grow out of it. Or rather, we get educated out if it. So why is this?"
Ada banyak hal yang memang perlu kita perbaiki sama-sama. Namun kita bisa memulainya dengan mengubah mindset bahwa kewajiban kita (orang tua/guru) bukan MENGAJARKAN. Apalagi, mengajarkan anak untuk berimajinasi dan menjadi lebih kreatif. Imajinasi dan kreativitas adalah sifat anak.
ADVERTISEMENT
Justru kita (orang tua/guru) lah yang perlu BELAJAR bersama anak-anak kita untuk senantiasa berlatih berpikir kreatif, memupuk rasa ingin tahu, dan mengurangi keraguan untuk mencoba banyak hal baru.
Dengan begitu kita bisa hadirkan sebuah lingkungan yang mengapresiasi kreativitas, kemampuan mengeksplorasi, dan persistensi. Sebuah lingkungan yang mendorong kita sadar sepenuhnya bahwa setiap prestasi dan kecukupan materi adalah konsekuensi logis proses belajar yang tidak pernah terhenti - bukan sebaliknya.
Dalam banyak hal, saya percaya game adalah salah satu media terbaik untuk memudahkan kita (orang tua/guru) belajar bersama anak-anak kita. Jika kita terbiasa untuk belajar bersama anak-anak kita serta sungguh-sungguh menikmati setiap prosesnya, mungkin mereka bisa tumbuh menjadi lebih kreatif (grow into creativity) dan mampu mengoptimalkan potensi dirinya untuk bawa perubahan baik bagi sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai bonus, jika kita terbiasa belajar bersama mereka, kita mungkin akan cukup layak untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu teman terbaik dari anak-anak kita. Sehingga mereka tidak ragu untuk senantiasa berbagi banyak cerita, hadir menyapa pada saat kita renta, dan membisikkan doa terbaik mereka di kala kita telah tiada. Bukankah itu yang jadi mimpi kita semua?