Demokratisasi Penyiaran melalui Migrasi TV Digital Indonesia

Eling Wening Pangestu
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eling Wening Pangestu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Paus Biru (Balaenoptera Musculus), mamalia raksasa yang hidup di samudra Antartika melakukan perjalanan panjang setiap tahun. Makhluk terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan ini melakukan migrasi ke Teluk Taranaki Selatan, Selandia Baru. Kegiatan tersebut merupakan adaptasi yang dilakukan Paus Biru dalam menghadapi dinginnya suhu samudera Antartika saat musim dingin.
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga dilakukan industri penyiaran Indonesia. Dalam menghadapi kemajuan teknologi yang kian cepat dari hari ke hari, ekosistem penyiaran Indonesia sedang bermigrasi dari siaran televisi analog ke televisi digital.
Berangkat dari Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11 tahun 2021, Indonesia resmi menghentikan siaran televisi analog dan beralih ke siaran televisi digital di 12 provinsi, tepat bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-76 Republik Indonesia. Program ini dilaksanakan secara bertahap pada wilayah-wilayah tertentu. Hal ini selaras dengan komitmen Indonesia dan Nawacita Presiden Joko Widodo dalam menargetkan Indonesia menjadi negara maju–salah satunya siaran televisi digital. Pemerintah menargetkan penghentian siaran televisi analog atau Analog Switch Off (ASO) rampung pada 22 November 2022.
Sumber : https://www.instagram.com/siarandigitalindonesia/
Jargon “Bersih gambarnya, jernih suaranya, dan canggih teknologinya” digaungkan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dalam sosialisasi migrasi televisi digital di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Migrasi televisi digital dimaknai dengan perpindahan sinyal siaran televisi analog ke siaran televisi digital. Televisi analog, yang telah mengudara hampir 60 tahun di Indonesia, mentransmisikan sinyal analog pada siarannya, sedangkan televisi digital mentransmisikan bit-bit data yang memiliki frekuensi sama dengan internet. Perkembangan teknologi internet-jaringan 5G, sangat mendukung diterapkannya televisi digital di Indonesia karena televisi digital memiliki frekuensi yang sama.
Peralihan dari televisi analog ke televisi digital tidak memerlukan proses yang sulit. Siaran televisi digital pada televisi analog hanya membutuhkan alat tambahan bernama Set Top Box (STB). Alat ini bekerja dengan mengubah sinyal digital dari pemancar sinyal analog agar dapat digunakan pada televisi model analog.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas bersama Litbang Kominfo tahun 2020, masyarakat bersedia mendukung migrasi ini dengan catatan harga STB di bawah 150 ribu rupiah. Namun demi percepatan migrasi, pemerintah memberikan subsidi berupa 8,7 juta STB gratis untuk keluarga yang tidak mampu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, peralihan siaran televisi analog ke digital telah diterapkan di Amerika Serikat dan Inggris sejak tahun 1998 dan memakan waktu hingga 12 tahun lamanya. Korea Selatan menyusul menyelesaikan migrasi ini pada tahun 2012. Sedangkan Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina menyelesaikan migrasinya pada tahun 2015. Indonesia sendiri sudah memulai migrasi ini sejak 2007 dimulai dengan investasi pembangunan infrastruktur televisi digital. Sebagai pelopor televisi digital, Televisi Republik Indonesia (TVRI) melakukan uji coba penyiaran televisi digital pada 13 Agustus 2008 dan menghasilkan bahwa program yang disiarkan televisi digital memiliki kualitas yang memuaskan. Sejak saat itu penyiaran digital ditetapkan sebagai standar penyiaran di Indonesia.
Pada dasarnya, siaran televisi digital tidak berbeda jauh dengan siaran televisi analog, keduanya tidak memerlukan internet, pulsa, ataupun membayar biaya langganan setiap bulannya. Penonton dapat menikmati program acara seperti sinetron, berita, dan talk show di televisi seperti biasa. Perbedaan paling mencolok adalah kualitas tayangan. Kualitas yang dimaksud di sini adalah kualitas gambar yang lebih jelas dan suara yang lebih jernih.
Sumber : https://www.instagram.com/siarandigitalindonesia/
Secara teknis televisi analog seringkali mengalami banyak gangguan kualitas gambar dan suara yang buruk akibat lokasi televisi jauh dari pemancar atau cuaca buruk. Gangguan semacam itu tidak akan dirasakan jika menggunakan televisi digital.
ADVERTISEMENT
Televisi digital juga mendukung mitigasi kebencanaan. Jepang memiliki frekuensi khusus kebencanaan yang secara otomatis mengaktifkan early warning system ketika tsunami melanda, sehingga korban yang jatuh dapat diminimalisasi. Hal tersebut bak gayung bersambut dengan kampanye mitigasi bencana di Indonesia. Indonesia sendiri terletak di ring of fire atau cincin api, tempat di mana bencana dapat terjadi sewaktu-waktu.
Sumber : http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-9-I-P3DI-Mei-2021-1946.pdf
Setali tiga uang, dampak yang dirasakan akibat migrasi televisi digital tidak hanya dirasakan oleh industri penyiaran. Digitalisasi penyiaran televisi memicu industri kreatif memunculkan keberagaman kanal dan program baru. Imbasnya, persaingan antar kanal makin ketat dan kompetitif. Selain itu, televisi digital juga memungkinkan timbulnya segmentasi siaran yang lebih spesifik dan beragam. Adanya segmentasi siaran akan menarik perhatian sponsor guna mengiklankan produk sesuai dengan segmentasi pasar.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi akan tumbuh sejalan dengan diterapkannya televisi digital. Kementerian Kominfo memperkirakan migrasi penyiaran digital akan menciptakan 12 ribu bisnis baru dan menyerap hingga 232 ribu sumber daya manusia.
Secara menyeluruh digitalisasi siaran televisi akan menumbuhkan industri pertelevisian itu sendiri. TV digital memungkinkan pemberian ruang bagi bertumbuhnya program-program tv yang baru. Hal ini disebabkan kemudahan yang diberikan oleh model penyiaran siaran digital untuk menghadirkan perusahaan-perusahaan penyiaran yang baru–bahkan TV komunitas bisa ikut mengambil peran dalam akselerasi program siaran TV digital.
Dengan munculnya kemudahan ini, bisa dipastikan industri penyiaran akan menjadi area yang mengakselerasi terciptanya lapangan kerja. Di sisi lain tersedianya beragam program TV akan memberikan pilihan yang banyak bagi masyarakat indonesia–hal ini selaras dengan tujuan untuk menciptakan demokratisasi informasi.
ADVERTISEMENT
Jadi, Ayo dukung Migrasi TV Digital Indonesia!
Sumber :
Anwar, I. C., Anwar, I. C., & Azis, I. (2021, August 19). Daftar STB Bersertifikat Kominfo, Tips Pilih Set Top Box TV Digital. tirto.id. https://tirto.id/daftar-stb-bersertifikat-kominfo-tips-pilih-set-top-box-tv-digital-giLF
Dewanti, S. C. (2021, May). Info Singkat Bidang Politik Dalam Negeri. Urgensi Kebijakan Digitalisasi Penyiaran Di Indonesia, Vol. XIII(No.9/I/Puslit/Mei/2021). http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-9-I-P3DI-Mei-2021-1946.pdf
Galperin, H. (2002). Can the US transition to digital TV be fixed? Some lessons from two European Union cases. Telecommunications Policy, 26(1–2), 3–15. https://doi.org/10.1016/s0308-5961(01)00050-7
K. (2021, June 17). siarandigitalindonesia • Instagram. Tahap Pertama Migrasi TV Digital Dimulai. https://www.instagram.com/siarandigitalindonesia/
Kementerian Kominfo. (n.d.). SIARAN DIGITAL INDONESIA | Gugus Tugas Migrasi Siaran Televisi Analog Ke Digital. Retrieved August 20, 2021, from https://siarandigital.kominfo.go.id/
ADVERTISEMENT
Kenapa Kita Harus Migrasi ke TV Digital? Ft. ATVSI #TokTokKominfo - Eps. 67. (2021, April 2). [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=19TERsVPjt8&ab_channel=KemkominfoTV
Kominfo, P. (n.d.). Lebih Efisien, TV Digital Buka Peluang Kerja Baru Industri Penyiaran. Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI. Retrieved August 20, 2021, from https://www.kominfo.go.id/content/detail/33611/lebih-efisien-tv-digital-buka-peluang-kerja-baru-industri-penyiaran/0/berita_satker
Shin, D. H., & Song, H. R. (2012). The switchover to digital broadcasting in Korea. Technological Forecasting and Social Change, 79(8), 1447–1461. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2012.04.017