Generasi Sandwich Masih Bisa Merdeka! Bagaimana Caranya??

Konten dari Pengguna
27 September 2019 11:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ellen May Institute tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Namaku Jihan Fauziah, seorang wanita karir yang berusia 46 tahun. Aku telah berhasil menduduki jabatan sebagai seorang branch manager di salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia. Pengabdianku selama 24 tahun bagi sebagian besar orang sangatlah luar biasa. Gaji sebesar lebih dari 50 juta rupiah ditambah dengan penghasilan suami yang juga cukup tinggi membuat keluarga kami tampak sempurna. Tak sedikit orang yang merasa iri atas kehidupan mewah yang aku miliki. Namun sebenarnya di balik setiap topeng yang aku pasang, aku menyimpan sebuah cerita tentang bagaimana kehidupan yang sedang aku jalani. Bagaimana sesungguhnya uang yang aku kumpulkan hanya numpang lewat sebelum aku bisa menyentuhnya sedikit lebih lama. Bagaimana mirisnya saldo di rekening tabunganku. Dan berbagai masalah finansial lain yang siap melahapku perlahan-lahan. Sungguh selama ini aku merasa terhimpit”
ADVERTISEMENT
Yaps.. Curahan hati Bu Jihan bisa membuktikan ungkapan bahwa uang bisa menjadi kawan dan lawan yang paling dekat dengan kita. Masalah finansial tak pernah salah dalam memilih tuan. Sejak umur 20 tahun, Bu Jihan telah menjadi tulang punggung keluarga dan memiliki kewajiban untuk menyokong kehidupan orang tua beserta saudaranya hingga saat ini. Kondisi tersebut membuat nilai hidupnya tidak kunjung meningkat walaupun penghasilan yang diperoleh di atas rata-rata. Boleh dikatakan bahwa Bu Jihan saat ini sedang berada dalam sebuah perangkap yang bernama sandwich generation.
Sandwich generation merujuk pada kondisi ketika seseorang dengan rentang usia 20 – 60 tahun memiliki kewajiban utama untuk menanggung kehidupan anak-anak, orang tua dan saudaranya. Jika berbicara tentang anak, yah tentu saja setiap orang wajib membiayai kebutuhan anaknya. Namun, apakah orang tua dan saudaranya juga menjadi tanggungan? Apa prinsip balas budi memang harus diterapkan dengan cara seperti ini? Ataukah memang sebenarnya menjadi sandwich generation adalah hal yang wajar? Yuk simak pembahasan berikut!
ADVERTISEMENT
KUADRAN HIDUP
Dr.Sanjay Tolani, seorang peneliti dari University of Dubai menulis sebuah buku yang berjudul 28.000 Days, Make Everyday Count. Tolani mengajarkan kepada para pembaca langkah-langkah untuk mengatur keuangan pada tiap fase kehidupan. Manusi secara rata-rata memiliki usia 28.000 hari atau setara dengan 80 tahun. Artinya, jika kita membagi 80 tahun secara sama rata, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
sumber : Dr.Sanjay Tolani’s Channel
Kuadran I berisi anak-anak dengan rentang usia 0 hingga maksimal 20 tahun. Kuadran ini akan menjadi masa yang paling membahagiakan karena kegiatan yang dilakukan hanyalah bermain dan sekolah tiap harinya. Belum ada pekerjaan yang dilakukan dan penghasilan yang diperoleh.
Seiring dengan berjalannya waktu, setiap orang akan mulai bergerak menuju Kuadran II. Kuadran II menggambarkan kondisi seseorang yang baru saja merampungkan kuliah dan mulai mendapatkan pekerjaan barunya. Pada tahap ini, umumnya karir akan lebih cepat melonjak seiring dengan tingkat produktivitas yang masih tinggi, kebutuhan tersier (mobil) menjadi sama pentingnya dengan papan (rumah). Kuadran II bisa dikatakan sebagai langkah awal yang menentukan kehidupan seseorang di kuadran III.
ADVERTISEMENT
Kuadran III menunjukkan bagaimana akselerasi pendapatan seseorang semakin meningkat seiring dengan tingkat kemapanan yang tinggi pula. Pada kuadran III pula seseorang biasanya akan mulai mencari cara-cara kerja yang sifatnya ‘cerdas’ sehingga bisa membantu untuk memompa pendapatan tanpa harus bekerja dengan melibatkan seluruh waktu dan tenaga.
Kuadaran IV merupakan kuadran terakhir ketika seseorang menjadi tidak produktif lagi dan menikmati apa yang telah diperoleh ketika kuadran II dan III. Masa ini umumnya disebut dengan masa pensiun.
GENERASI TERHIMPIT
Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka dapat terlihat bahwa seorang sandwich generation berada pada kuadran II dan III, karena mereka harus menanggung anak-anak yang termasuk ke dalam kuadran I serta orang tuanya yang tergolong ke kuadran IV.
ADVERTISEMENT
Kita pasti akan melewati kuadran II dan III. Lalu apa saja sih yang menjadi penyebab generasi sandwich terjadi?
a. Beda generasi, beda karakter
Mau diakui atau tidak, tidak adanya perencanaan yang matang dari orang tua atas hari tuanya menjadi alasan utama munculnya sandwich generation. Memang benar rasanya tidak etis untuk mempersalahkan orang tua sendiri. Namun hal tersebut merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. Kebanyakan orang tua kurang mempersiapkan masa tuanya dan hanya berfokus untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Sehingga ketika masa tua datang, mereka berpedoman pada prinsip banyak anak, banyak rezeki. Jika kemudian, sang anak yang menanggung orang tua dan saudaranya juga melakukan hal serupa (mengabaikan kebutuhan masa tua), maka budaya ini akan menjadi sebuah warisan turun-temurun yang terus berulang tanpa henti.
ADVERTISEMENT
b. Wawasan terbatas
Perkembangan dunia digital dan kemudahan akses informasi saat ini membuat generasi muda bisa dengan cepat dan praktis mengetahui segala hal terbaru. Berbeda halnya dengan orang tua yang masih belum bisa menikmati fasilitas kala itu. Hal ini yang membuat wawasan mereka lebih terbatas khususnya terkait manajemen keuangan sehingga tak ada keputusan dan perencanaan masa depan yang dilakukan.
c. Kondisi yang memaksa
Walaupun memang sudah ada lembaga perbankan kala itu, namun praktik pinjam-meminjam di bank tithil adalah hal yang sangat lazim terjadi. Mudah dan cepat adalah nilai unggul yang ditawarkan. Bank tithil seakan menjadi serigala berbulu domba. Penyelamat keuangan dengan bunga yang mencekik. Pinjaman yang tidak bisa dilunasi kepada bank tithil lama kelamaan akan terus menggulung dan diwariskan pada generasi selanjutnya dengan jumlah fantastis. Kondisi inilah yeng memperbesar peluang seseorang menjadi sandwich generation.
ADVERTISEMENT
SELAMATKAN HARTA BERHARGA
Harta yang berharga
Adalah keluarga
Istana yang paling indah
Adalah keluarga
Keluarga memang harta yang paling berharga. Dan pastikan kehidupan keluarga yang sedang dan/atau akan Anda bangun juga menjadi berharga. Oleh karena itu jangan ragu untuk menerapkan berbagai langkah jitu di bawah ini untuk terhindar dari sandwich generation :
1. Tindakan Preventif
a. Edukasi orang tua
Pernahkah Anda menyaksikan sebuah atraksi sepeda yang hanya memiliki satu roda dan berjalan di atas sebuah tali? Apa yang Anda rasakan sebagai penonton? Tentu cemas, bukan? Sama halnya dengan manusia yang hanya menggantungkan diri pada satu jenis atau satu sumber pendapatan semata. Lama-kelamaan rasa khawatir akan muncul. Dan tanpa disadari, ketika kekhawatiran itu semakin besar, umur sudah kehilangan masa produktivitasnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pastikan orang tua kita untuk memiliki lebih dari satu jenis pendapatan yaitu :
a. Penghasilan aktif, merupakan penghasilan yang sifatnya bersumber dari pekerjaan dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran. Contohnya adalah pekerjaan sebagai seorang karyawan di perusahaan, guru di sebuah sekolah, dan lain-lain.
b. Penghasilan pasif, adalah penghasilan yang diperoleh dari berbagai aset produktif yang dimiliki, misal bunga dari deposito, penyewaan kendaraan atau lahan kosong, dan sebagainya. Tak ketinggalan, pengembangan bisnis dengan skala kecil adalah langkah mutlak yang harus dilakukan.
b. Bantu orang tua
Setelah edukasi dilakukan, maka saatnya kita sebagai anak untuk ikut aksi dalam setiap kegiatan manajemen keuangan keluarga. Cukup dengan cara sederhana, missal membuat catatan pemasukan dan pengeluaran harian, menyimpan uang kembalian dalam wadah atau kotak tertentu, mengingatkan jadwal-jadwal iuran agar tidak terkena denda, mengadministrasikan bukti dan nota bayar dan sebagainya. Hal sederhana ini akan menjadikan orang tua serta diri sendiri lebih mawas dan peduli terhadap kondisi keuangan.
ADVERTISEMENT
2. Tindakan Korektif
a. Temukan berbagai sumber penghasilan
Mau tidak mau, Anda harus bisa untuk lebih jeli dan cerdas dalam menemukan berbagai potensi yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Perkembangan dunia digital akan menawarkan beribu kesempatan untuk bisa menggali pundi-pundi rupiah.
b. Awasi kondisi keuangan pribadi
Jika Anda sudah mulai terjebak dalam perangkap generasi sandwich, maka pertama adalah memantau bagaimana cash flow dari keuangan pribadi. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Bersikaplah semakin awas terhadap setiap aliran uang masuk dan keluar. Lebih baik buatlah anggaran pendapatan dan belanja secara berkala untuk kemudian dievaluasi dengan realisasinya. Maksimalkan hasil evaluasi tersebut untuk tetap meraih tujuan keuangan Anda di masa depan. Jangan hanya berfokus pada tujuan jangka pendek semata.
ADVERTISEMENT
c. Intensif melalukan financial check up
Keuangan juga butuh untuk diperiksa kesehatannya agar terhindar dari berbagai penyakit. Berikut ini adalah beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menentukan kondisi kesehatan keuangan :
- Debt to Asset Ratio, yang merupakan perbandingan antara total utang dan aset yang dimiliki. Jumlahkan seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang Anda kemudian bandingkan dengan aset lancar dan aset tidak lancar. Jika ingin lebih spesifik lagi, maka Anda bisa hanya memperhitungkan aset lancar seperti kas dan deposito agar menggambarkan seberapa kuat kemampuan bayar Anda atas seluruh utang. Umumnya, jika nilainya tidak lebih dari 30%, maka keuangan Anda tergolong sehat.
- Income Ratio, merupakan perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran rutin. Jika hasil perhitungan menunjukkan nilai tidak kurang dari 2x, maka keuangan Anda tergolong masih sehat.
ADVERTISEMENT
- Cash Coverage Ratio, merupakan perbandingan antara jumlah aset lancar (kas, tabungan, deposito) dengan pengeluaran rutin. CCR akan menggambarkan berapa lama kas yang Anda miliki cukup untuk membiayai pengeluaran walaupun tidak melakukan kegiatan apapun. Umumnya, CCR akan baik jika menunjukkan angka 12x yang artinya selama 12 bulan mendatang, ada uang yang cukup untuk hidup. Namun, bukan berarti kita tidak perlu bekerja selama 1 tahun penuh. Pastikan untuk terus mencari berbagai potensi penghasilan.
- Investment Ratio, merupakan perbandingan antara investasi dan penghasilan. Hal inilah yang sering dihindari dan juga dilupakan banyak orang. Padahal investasi adalah langkah penting untuk semakin mengembangkan aset. Sisihkan minimal 20% dari penghasilan untuk investasi, baik dalam bentuk saham, reksadana maupun properti.
ADVERTISEMENT
d. Disiplin dan perbaiki gaya hidup
Langkah terakhir tentu saja adalah mendisiplinkan diri untuk terus megikuti financial plan yang telah dibuat. Jangan sampai terlena oleh berbagai keinginan yang tidak penting dan mengabaikan kebutuhan prioritas. Ingat! Anda tidak hanya membawa diri sendiri namun juga orang lain (orang tua).
Generasi sandwich masih memiliki hak dan kesempatan untuk bisa merasakan financial freedom. Semoga langkah-langkah di atas dapat membantu Anda untuk MERDEKA!!