Kreativitas Tanpa Batas, Sisi Humanis Pembaca Tetap Menjadi Prioritas

Elora Shaloomita Sianto
Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara
Konten dari Pengguna
27 November 2022 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elora Shaloomita Sianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Konten Otomatis: Kreativitas Tanpa Batas,Sisi Humanis Pembaca Tetap Menjadi Prioritas

ADVERTISEMENT
Bagi penggemar film fiksi, tentu tidak asing dengan penampakan Artificial Intelligence. Biasanya, digambarkan sebagai kondisi suatu wilayah yang mengalami kemajuaan teknologi, sehingga keseluruhan aktivitas menggunakan perangkat teknologi. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa perkembangan teknologi semakin pesat.
https://unsplash.com/photos/zwd435-ewb4
Pada istilah jurnalistik, kerap kali terdengar sebagai konten otomatis. Bermula dari kemampuan mesin yang memiliki Artificial Intelligence (Al) atau kecerdasan buatan yang menyerupai kemampuan manusia.
Konsep AI disampaikan oleh McCarthy (dalam Smith et all, 2006) pada konferensi akademik tahun 1956 bahwa kemampuan Al tersebut mulanya dipertanyakan apakah mesin bisa menyamai kemampuan manusia, misalnya berpikir dan menginterpretasi data menjadi sebuah tulisan.
Bagi Jurnalis, Mimpi Indah atau Mimpi Buruk?
Secara rinci, robot tidak menggantikan pekerjaan jurnalis. Dalam unggahan artikel, The Post menggunakan sistem (Artificial Intelligence) untuk tidak menggantikan jurnalis, tetapi untuk membantu dan membuat pekerjaan mereka lebih mudah dan lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, jurnalisme robot memiliki peran penting untuk beberapa program yang telah diusung. Program-program ini meliputi menganalisis, mengatur, dan menyajikan data dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh manusia. Tak hanya itu, output-nya dapat disesuaikan dengan suara, nada, atau gaya tertentu. Setelah mendapatkan data, nantinya akan dapat diubah menjadi laporan berita yang ditulis dalam bahasa manusia dalam jurnalisme robot.
Namun, tak dapat dimungkiri pula hal ini dianggap sebagai mimpi buruk oleh sebagian jurnalis. Hal ini dikarenakan timbulnya rasa cemas, takut, dan kekhawatiran apabila konten robot dapat mendiskreditkan media yang mereka tulis karena tidak menghasilkan konten yang berkualitas. Namun, beberapa atasan media mengaku bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, robot journalism atau konten otomatis hadir untuk memberikan mimpi indah bagi jurnalis dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Seorang jurnalis diberikan kebebasan untuk berkonsentrasi pada kualitas daripada kuantitas, sehingga seorang jurnalis memiliki lebih banyak waktu untuk berkonsentrasi pada konten dan penyampaian cerita di balik sebuah artikel daripada pengecekan fakta dan penelitian.
Kreativitas Tanpa Batas, Sisi Humanis Pembaca Tetap Menjadi Prioritas.
Jika berbicara mengenai teknologi, tentunya tidak lepas dari kehidupan manusia. Selamanya, perkembangan teknologi akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari masa ke masa.
Sebagai manusia, kita tidak bisa menghentikan perubahan tersebut dan salah satu caranya hanya siap untuk menghadapi perkembangan teknologi. Hal ini sama seperti peran seorang jurnalis kepada publik. Hadirnya robot journalism atau konten otomatis seharusnya tidak menjadi permasalahan yang rumit. Di sisi lain, jurnalis cerdas tahu bagaimana memposisikan dan mengadaptasikan diri.
ADVERTISEMENT
Robot Journalism menuntut setiap jurnalis di penjuru dunia untuk memiliki kreativitas tanpa batas.
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) hadir di tengah-tengah kehidupan untuk sekadar membantu pekerjaan manusia. Begitu juga, konten otomatis atau robot journalism hadir untuk mempermudah alur kerja jurnalis.
Satu-satunya kreativitas berharga yang dimiliki oleh jurnalis dan tak dapat digantikan oleh apapun hingga saat ini adalah penyampaian sebuah narasi dalam berita yang dikemas dari sisi humanis pembaca.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Septiawan Santana, dalam bedah buku “Menulis Features Edisi II dan Manajemen Surat Kabar (Paduan Ilmu, Pengetahuan, Seni, Nurani, dan Intuisi)” menjelaskan menulis feature seharusnya menjadi pilihan sadar seorang wartawan untuk menyampaikan informasi dengan penuturan yang hendak memancing atensi pembaca, bahkan secara emosional.
ADVERTISEMENT
Feature adalah upaya menyampaikan fakta tapi dengan gaya tutur seatraktif karya sastra.
Karya jurnalisme itu kreatif, seorang jurnalis butuh waktu untuk memberikan point of view atau pandangan mereka terhadap suatu hal yang sedang terjadi.
Karya jurnalisme itu kreatif, seorang jurnalis memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh kecerdasaan buatan untuk dapat menyentuh sisi humanis pembaca.
Karya jurnalisme itu kreatif, seorang jurnalis dihadapi oleh berbagai perubahan. Namun, dirinya selalu mengedepankan kreativitas tanpa batas.
Konten otomatis atau robot journalism tidak memiliki daya pikat sekuat seorang jurnalis untuk menceritakan suatu peristiwa dalam bentuk emosional. Hal ini tentunya hanya dimiliki manusia sebagai makhluk hidup.
Oleh karena itu, di tengah perkembangan teknologi, penting sekali seorang jurnalis untuk tetap mengedepankan kreativitasnya. Tentunya, sisi humanis pembaca tetap menjadi prioritas utama.
ADVERTISEMENT