Pencapaian Berkesan di Tahun 2023

Lukei Prasetiawati
Stay at home mom, parenting enthusiast, financial planner keluarga, guru les anak, guru mengaji dan penyuka lari :).
Konten dari Pengguna
24 Desember 2023 9:23 WIB
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lukei Prasetiawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalau ditanya apa pencapaian yang berkesan buat saya di tahun 2023 ini, jawabannya adalah bisa melepaskan diri dari rasa mager (malas bergerak). Alhamdulillah di tahun dimana saya menginjakkan kaki di usia 40 ini, saya berhasil mengalahkan rasa malas untuk bergerak dan mulai belajar berlari.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya keinginan berlari ini dimulai dari kenaikan berat badan perlahan yang saya alami saat pandemi Corona. Akibat kurang banyak bergerak, jarum timbangan mulai bergerak ke kanan dan baju-baju mulai tidak muat. Beberapa masalah kesehatan pun mulai timbul.
Sebagai ibu rumah tangga yang kegiatannya banyak berpusat di dalam rumah, memang gerak saya sangat terbatas. Sempat mencoba untuk diet, tapi setelah beberapa lama tidak juga membuahkan hasil karena mungkin saya kurang konsisten dan tidak diimbangi dengan olahraga yang cukup.
Melihat beberapa kenalan di media sosial yang sering memposting berlari dengan umur yang sudah tidak muda lagi, membuat saya semangat untuk mencoba berlari. Mereka terlihat bugar dan bahagia dengan kegiatannya. Kalau mereka bisa, pasti saya juga bisa, pikir saya saat itu.
ADVERTISEMENT
Kalau diingat-ingat, saat sekolah dulu saya paling tidak suka olahraga lari. Sebenarnya jujur, saya memang tidak suka olahraga, terlebih lari. Dulu, buat saya, lari itu adalah olahraga yang melelahkan, membuat sulit bernafas, menimbulkan keram perut, pegal-pegal sesudahnya dan yang pasti saya selalu terakhir mencapai garis finish.
Sebagai kaum rebahan yang mageran, sempat ragu untuk memulai olahraga ini. Tapi demi memperbaiki kesehatan di usia yang mulai tidak muda lagi, saya bersedia mencoba.
Untuk menambah semangat berlari, saya putuskan untuk mendaftarkan diri di race pertama saya di bulan Juli 2023 yang diadakan di kampus dekat rumah saya di Depok. Mengapa harus ikut race lari? Kan tidak akan menang jadi juara juga. Namun pikiran saya saat itu, jika saya sudah mengeluarkan uang untuk ikut race, maka saya akan lebih bertanggung jawab untuk mulai latihan secara rutin.
ADVERTISEMENT
Saya pun mulai berlatih lari seadanya beberapa kali sebelum hari–H. Walaupun catatan lari saya saat itu masih gemuk yaitu sekitar 50 menit untuk lari 5K, tapi pengalaman mengikuti race ternyata sangat menyenangkan.
Bertemu dengan banyak teman baru dan bahkan teman lama yang sudah sekian tahun tidak bersua, dengan kemeriahan acara dan positive vibes dari orang-orang yang ikut, membuat saya ingin mengikuti acara seperti itu lagi.
Medali Race Pertama di 2023
Kendala muncul saat saya mulai ingin berlatih lari lebih banyak lagi, ternyata lutut saya mengalami nyeri yang luar biasa. Saya sempat pergi ke dokter spesialis ortopedi di salah satu rumah sakit dan mengalami serangkaian tes seperti X-Ray dan pemeriksaan darah di laboratorium.
ADVERTISEMENT
Dari pemeriksaan tersebut, dokter menyampaikan bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan tubuh saya. Namun jika memang terasa sakit, dokter menyarankan agar saya berhenti berlari dan memilih olahraga lain yang tidak membebani lutut terlampau berat. Olahraga yang sebaiknya saya lakukan menurut dokter adalah taichi, yoga, sepeda atau renang.
Saya dan dokter sempat tertawa kecil saat mendengar saran tersebut. "Kenapa Bu, terdengar seperti olahraga untuk orang yang sudah tua ya? Yaa, mungkin memang berlari tidak cocok untuk Ibu. Kondisi tiap orang kan berbeda-beda," seru pak dokter sambil tersenyum dan menuliskan resep anti nyeri untuk saya. Agak sedih sih, mendengar berita yang disampaikan dokter. Belum terlalu tua kok sepertinya badan ini sudah jompo sekali, ya.
ADVERTISEMENT
Memang jika dirunut, di keluarga ayah saya ada riwayat sakit lutut. Banyak orang yang saya kenal mulai dari ayah saya, paman, bibi, sepupu-sepupu yang saya tahu, mengalami hal yang sama. Saya sempat mulai lebih banyak berjalan dan coba melatih otot saja. Sampai akhirnya saya melihat beberapa latihan secara online yang dikhususkan untuk sakit lutut.
Saya pun mulai membaca beberapa artikel tentang sakit lutut yang ternyata bisa juga disebabkan oleh kelemahan otot di sekitar lutut. Otot yang tidak pernah dilatih akan menjadi lemah. Karena lemah, maka sulit bagi otot tersebut untuk membantu menopang rangka tubuh kita, apalagi jika berat badan kita semakin bertambah. Inilah yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Saya juga mengikuti kelas online bersama dokter fisioterapi yang diadakan salah satu rumah sakit yang mempunyai cabang di bidang sport injury. Beliau menjelaskan bahwa otot lutut yang tidak pernah dilatih bisa menyebabkan sakit lutut saat beraktivitas. Semua penjelasannya sangat berhubungan dengan apa yang saya alami. Beliau pun memaparkan cara-cara untuk menanganinya, dimana salah satunya dengan terapi latihan otot.
ADVERTISEMENT
Ini dia kabar baik yang saya nanti selama ini. Ternyata saya bukan secara genetis tidak mampu berlari, tapi saya hanya perlu melatih otot saya dengan lebih baik. Bahkan sekelas pelari-pelari elit yang rutin berlari pun harus melatih ototnya agar tidak cidera. Apalagi saya.
Berbekal penjelasan itu saya mulai menyempatkan waktu untuk melatih otot, terutama otot lutut. Pada akhirnya, saya merasakan perbedaan luar biasa pada saat beraktivitas. Dulu, lutut saya bisa terasa sangat nyeri saat berjalan, berlari, naik tangga, turun tangga dan bahkan pada saat saya sedang berbaring.
Jangankan untuk melakukan squats atau lunges, melakukan aktivitas sehari-hari saja sudah terasa menyakitkan. Sakitnya yang mengganggu kadang bisa membuat saya sampai sulit tidur.
ADVERTISEMENT
Setelah sering melatih otot, nyeri yang saya rasakan intensitasnya jauh berkurang dan frekuensinya juga semakin jarang. Maka yang saya pikir harus saya lakukan adalah, semakin konsisten melatih otot saya. Aktivitas yang dulu berat dan sulit dilakukan, sekarang bisa dilakukan dengan cukup mudah. Dengan kondisi lutut yang semakin membaik, saya semakin yakin untuk lanjut berlari.
Dalam kurun waktu 6 bulan ini, banyak hal yang saya pelajari dari berlari. Bagaimana untuk menjadi sabar menjalani proses berlari, mempelajari tahapan-tahapannya, menemukan tips dan trik dalam berlari agar berlari bisa dinikmati dan meminimalkan cidera.
Saya mengikuti beberapa Youtuber pelari dan podcast-podcast lari dimana pengisinya adalah atlet-atlet yang kompeten serta ilmuwan dan dokter yang ahli di bidangnya. Banyak pengetahuan baru yang saya dapat.
Target Tiap Race: Finish Strong and Happy
Hingga akhir Desember ini alhamdulillah saya merasa kemampuan berlari saya semakin baik, nafas terasa lebih mudah saat berlari, kaki-kaki sudah tidak terasa pegal lagi dan sudah mulai terbiasa lari lebih dari 10K. Keuntungan lain yang terasa adalah saya merasa lebih bugar, lebih bahagia dan kabar baiknya adalah, baju-baju saya sudah mulai muat lagi. Yeay, alhamdulillah!
ADVERTISEMENT
Sebagai orang yang masih sangat baru dalam memulai perjalanan lari ini, harapan ke depannya adalah bisa konsisten dan lebih baik lagi. Tujuannya agar bisa menua dengan sehat dan bisa beribadah dengan lebih leluasa. Mari semangat menjaga tubuh ini, karena ia adalah satu-satunya tempat kita hidup. Semangat!
“Take care of your body. It's the only place you have to live in.” – Jim Rohn.