Zainal, Penyapu Paku Jalanan Jakarta

Elsa Toruan
By Grace Through Faith
Konten dari Pengguna
6 November 2017 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Toruan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terik petang itu tak serta merta menyurutkan langkah lelaki berusia 22 tahun yang bernama Zainal. Tiba-tiba saja motornya menyerempet motor Pak Abdul Rohim, teman saya menghabiskan waktu satu jam sejak pukul 15.00 menyapu pinggiran jalan dari ranjau paku di Jalan Tol Senayan.
ADVERTISEMENT
Zainal datang dengan jaket serba hijau nya, menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu driver transportasi online. Tubuhnya gempal, senyumnya mengembang melihat kami melantai di pinggir trotoar. Selain berprofesi sebagai driver transportasi online, Zainal ternyata juga menjadikan Sapu Bersih Paku (Saber Paku) sebagai profesi keduanya. Aktivitas ini telah berjalan selama satu tahun. 
Raut wajah lelahnya nampak saat tangan kami berjabat. Namun ia tetap semangat menanyakan tentang jalan mana yang belum di sapu kepada Pak Rohim. Bahkan bernafas pun ia belum sempat, tetapi tangannya sudah gatal ingin membawa magnet sepanjang jalan. 
"Jadi awalnya itu saya pernah mengalami sendiri saat ban motor saya kena ranjau paku, saya harus mendorong jauh banget. Saya hanya pegang uang 30 ribu. Terus pas ke bengkel kena tarif perbaiki ban 80 ribu. Sejak itu saya selalu peduli sama yang namanya paku di jalan." Ungkapnya
ADVERTISEMENT
Awalnya Zainal hanya memungut paku menggunakan tangannya. Sepenglihatan matanya, paku itu pasti akan disingkirkannya. Saya lantas membatin, sampai kapan mereka akan menjadi penyapu paku di jalanan? 
"Selama paku masih berserakan di jalan, saya tidak akan pernah berhenti menjadi Saber Paku." Tegasnya. 
Dalam satu hari, Zainal mampu memungut setengah hingga satu kilogram tiap harinya. Paku-paku tersebut kemudian ia simpan dan kumpulkan hingga membentuk gunung paku. Setelahnya, ia mengaku menjual paku-paku tersebut kepada para pengumpul barang bekas. Satu kilogram paku dihargai Rp 3.000 hingga Rp 3.500. Satu tahun ini Zainal sudah mengumpulkan lebih dari satu ton paku yang ia kumpulkan dari jalanan.
"Daerah yang rawan itu biasanya jalanan Jembatan Roxy sampai Gajah Mada, lalu Jalanan Tol Senayan juga banyak sampai Pancoran." Kisahnya.
ADVERTISEMENT
Zainal dan Pak Rohim menggunakan empat buah magnet yang digabungkan menjadi satu tumpukan dan diikat menggunakan tali panjang. Berat magnetnya kira-kira mencapai 2-3 kilogram. Magnet ini yang selalu mereka bawa menyisir paku setiap pulang kerja di jalanan. 
Hal sederhana memang melihat apa yang ia lakukan setelah membawa para penumpangnya. Tapi setelah melihat dan terjun secara langsung, menyapu jalan dari ranjau-ranjau paku tidak semudah itu. Menahan kepulan asap debu, melawan teriknya matahari, bahkan bertahan untuk tidak ditabrak oleh beberapa kendaraan ternyata menjadi bunga-bunga para penyapu paku ini. 
Memang seperti yang Pak Rohim katakan, "Kalau bukan kita yang peduli, lalu siapa lagi?" 
Saat ini, Tim Saber Paku berusaha menggait kesadaran kawula muda untuk ikut bekerja bersama mereka untuk membersihkan jalanan dari ranjau paku. Harapan ini juga ia sampaikan bagi pihak kepolisian untuk turut mendukung apa yang mereka lakukan. 
ADVERTISEMENT
"Saya awalnya masuk ke Saber Paku, itu di bully sama teman-teman. Mereka semua bilang aku kayak kurang kerjaan gitu nyapu jalanan dari paku. Tapi lama-lama justru mereka semakin tertarik terhadap apa yang saya kerjakan." Tuturnya. 
Hal ini pun disetujui oleh Pak Rohim yang mengatakan bahwa semua anggotanya didominasi oleh kaum tua. Memang sempat ada generasi muda yang ikut terlibat, tetapi mereka tidak bertahan lama.
"Mereka mah cuma 2-3 bulan aja ikutannya. Siap itu muntaber. Mundur Tanpa Berita." Tutup Pak Rohim sambil tersenyum sore itu.