Penjahit yang Berjuang untuk Membiayai Anaknya di Masa Pandemi

Elvira Rosalia Lawono
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2020 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elvira Rosalia Lawono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Achmad Supandri sedang menjahit.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Achmad Supandri sedang menjahit.
ADVERTISEMENT
Samarinda, Kalimantan Timur - Achmad Supandri (55) menjadi seorang penjahit diakhir tahun 2009. “Sebelum jadi penjahit saya bekerja disalah satu perusahan mebel yang ada di Malang, Jawa Timur dari tahun 2006 sampai awal tahun 2009,” Ujar Achmad Supandri (55). Achmad (55) berhenti bekerja di perusahaan mebel tersebut karena Achmad Supandri pindah ke Kota Samarinda.
ADVERTISEMENT
Dari situ Achmad (55) mulai merintis usaha menjadi seorang penjahit. Achmad (55) membuka jasa jahit di rumahnya yang berada di Samarinda, Kalimantan Timur. Dari yang awalnya sepi sampai ramai dan banyak orang yang ingin menggunakan jasa jahitnya karena hasilnya sangat bagus dan harganya yang cukup tergolong murah.
Pada tahun 2010 Achmad (55) mulai membuat rumah jahit yang lebih besar dan memiliki beberapa pegawai. Jasa jahitnya mulai terkenal sampai ada beberapa pejabat pemerintahan Kota Samarinda yang menggunakan jasanya untuk menjahit pakaian.
Achmad Supandri (55) memiliki tiga orang anak, anak pertamanya sudah menikah dan masih tinggal bersamanya dan membantu Achmad Supandri untuk membuat pola pakaian. Anak keduanya juga sudah menikah dan hanya diam di rumah sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan anak ketiganya sedang menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Malang.
ADVERTISEMENT
Dimasa pandemi ini Achmad (55) harus tetap memenuhi kewajibannya sebagai seorang kepala keluarga untuk istri dan anak bungsunya. Achmad (55) sangat merasakan efek dari pandemi ini. “Biasanya setiap bulan saya menerima pesanan jahitan baju yang lumayan banyak. Tapi sekarang omsetnya hampir turun setengahnya,” Ujar Achmad Supandri (55).
Namun Achmad (55) tidak berputus asa dia mencari jalan keluar dari masalah yang dia hadapi. Achmad (55) melihat adanya peluang bagus dimasa pandemi ini. Achmad (55) mencoba untuk memproduksi masker kain. Karena, dimasa pandem ini banyak orang yang membutuhkan masker yang bisa dipakai untuk beberapa kali. Karena tidak semua orang memiliki uang lebih untuk membeli masker sekali pakai.
Walaupun keadaannya seperti itu Achmad (55) tetap menjalankan semuanya seperti seharusnya dan tetap bersemangat dalam berjuang. Mulai dari memberi uang untuk dapur, memberi uang untuk anak bungsunya. Dan juga membiayai anaknya untuk kuliah.
ADVERTISEMENT