news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pandemi Mengubah Gaya Hidup Mayarakat Bumi

Ema Ariska
Saya merupakan Mahasiwa LSPR Business and Communication Institute dengan Jurusan Public Relation Batch 23
Konten dari Pengguna
29 November 2020 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ema Ariska tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pandemi mengubah gaya hidup masyarakat bumi. Foto: Unsplash.com/Engin Akyurt
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pandemi mengubah gaya hidup masyarakat bumi. Foto: Unsplash.com/Engin Akyurt
ADVERTISEMENT
Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan penyakit yang baru ditemukan 2019 lalu. Penyakit yang disebab Coronavirus ini menyerang sistem pernapasan mulai dari kategori ringan hingga berat. Covid-19 ini bermula dari kota Wuhan, China, hingga menular ke berbagai dunia sehingga menjadi pandemi global.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi, masyarakat menyesuaikan kebiasaan baru seperti adanya protokol kesehatan yang ketat, misalnya aturan wajib memakai masker, jaga jarak, hingga mencuci tangan.
Kebiasaan baru tersebut menjadi pola hidup, seperti yang diungkapkan Kotler dalam Fitriani (2020: 25) bahwasannya gaya hidup merupakan pola hidup manusia yang diekspresikan melalui aktivitas keseharian.
Gaya hidup tersebut merupakan suatu cara yang dikenali bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. Selain itu, menurut Nugrahani dalam Fitriani (2020: 26) gaya hidup merupakan gabungan antara kebutuhan ekspresi diri dan keinginan kelompok terhadap tindakan yang sesuai dengan norma yang berlaku.
Dari pengertian tersebut dapat dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat kini.
Mulai adanya aturan PSBB mempengaruhi aktivitas masyarakat, pandemi menjadikan kehidupan menjadi porak-poranda, lumpuhnya ekonomi, keterbatasan ruang, dan banyaknya korban yang berjatuhan.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan sebuah fenomena yang membuat mental manusia tertekan. Bagaimana tidak? Selama hampir setengah tahun masyarakat diminta berdiam diri di rumah, melaksanakan segala aktivitas di rumah.
Keadaan tidak banyak berubah, hingga pemerintah memberikan keputusan mulai dari pembatasan sosial berskala besar, aturan jaga jarak, hingga kebiasaan normal baru.
Adanya pandemi ini membuat perubahan gaya hidup masyarakat, beberapa di antaranya:
Dari segi kesehatan, masyarakat diimbau untuk selalu memakai masker karena dapat melindungi diri sendiri dan orang dari adanya persebaran virus. Selain itu juga diimbau untuk sering mencuci tangan sebagai upaya untuk membersihkan dan membunuh virus.
Manusia tidak lepas dari aktivitas harian sehingga memungkinkan penyebaran virus melalui kontak sosial, itulah mengapa masyarakat diimbau untuk sering mencuci tangan dengan sabun.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup baru yakni adanya segala kegiatan yang dilakukan di rumah, mulai dari beribadah, sekolah, dan kerja. Beberapa waktu lalu marak sekali Tagar di media sosial ajakan untuk berdiam di rumah dan work from home.
Bahkan ketika hari raya, pemerintah mengeluarkan aturan dengan adanya imbauan beribadah di rumah. Jika ingin beribadah di tempat umum maka harus ketat menerapkan protokol kesehatan, seperti jarak antar jamaah satu meter.
Ketika musim mudik kemarin, pemerintah mengimbau agar tidak pulang kampung untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Dampak lain yang jelas nyata yakni adanya aturan jaga jarak. Orang-orang dilarang berkerumun dan jaga jarak minimal satu meter. Bahkan di dalam transportasi umum, bank, dan tempat umum lain terdapat spasi untuk jarak antar duduk orang.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan gaya hidup baru tersebut menjadikan masyarakat memiliki pola kehidupan baru. Jarang keluar rumah, dan tak lupa pula maraknya aktivitas konsumsi barang.
Dikutip dari Tempo.co (17/5/20), terdapat perubahan konsumen akibat adanya Pandemi Covid-19, yaitu
Adanya perubahan gaya hidup tersebut menjadikan masyarakat mengalami revolusi sosial yang berlangsung cepat.
Penulis: Ema Ariska - London School of Public Relations