news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tuntutan Sekolah Muhammadiyah di Masa Sulit

Eri Nugroho
Pengajar di Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Seorang pembelajar penuh waktu.
Konten dari Pengguna
11 Mei 2022 17:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eri Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi / Eri Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi / Eri Nugroho
ADVERTISEMENT
Adanya wabah pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia sejak maret 2020, telah mengubah perilaku manusia. Hampir segala aspek kehidupan manusia mengalami transformasi dan ketidakpastian yang kompleks. Sejak awal pandemi, anjuran mengenai penggunaan masker,cuci tangan menggunakan sabun, dan jaga jarak fisik marak dibicarakan.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang terjadi, tidak hanya berkaitan dengan perilaku manusia tentang kesehatan. Namun, perubahan juga ada di berbagai aspek kehidupan lain, mulai dari pekerjaan, cara bersosialisasi antar manusia serta juga perubahan pada bidang pendidikan, antara lain proses pembelajaran di sekolah.
Pendidikan saat pandemi telah bertransformasi, yang paling tampak adalah terjadinya perubahan sistem pembelajaran serta interaksi guru dan siswa yakni, dari pembelajaran tatap muka, beralih ke pembelajaran jarak jauh. Selain itu, penggunaan pembelajaran dengan sistem baru yakni, sistem daring mendapat banyak hambatan.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk organisasi kemasyarakatan yang memiliki cukup banyak lembaga pendidikan yakni, Muhammadiyah.
Salah satu organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah memiliki Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang cukup banyak di bidang pendidikan, tercatat sebanyak 27.203 satuan pendidikan, terdiri atas pendidikan prasekolah, SD, MI, SMP, MTs, SMA/K, MA, SLB, Pondok Pesantren, dan perguruan tinggi di penjuru seluruh Indonesia. Maka tidak salah bahwa, Muhammadiyah memiliki peran penting dalam tatanan pendidikan di indonesia.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan peran Muhammadiyah pada bidang pendidikan

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi yang memiliki peran penting dalam tatanan pendidikan bangsa Indonesia, harus terpanggil dan bertanggung jawab untuk tetap mencerdaskan masyarakat, mencerahkan kehidupan melalui sekolah-sekolahnya yang tersebar di seluruh negeri.
Sekolah Muhammadiyah, sebagai sekolah swasta harus tetap survive melalui berbagai macam terobosan dan alternatif yang ada, bahkan di masa masa yang sulit sekalipun. Maka dari itu, untuk bertahan pada masa masa sulit, sekolah muhammadiyah membutuhkan inovasi. Inovasi di bidang pendidikan, terkhusus bagi sekolah muhammadiyah, ini merupakan keniscayaan.

Tuntutan inovasi di masa sulit

Tuntutan untuk terus berinovasi bukanlah hal yang baru bagi Muhammadiyah. Inovasi serta tujuan mulia yang dimiliki Muhammadiyah telah terbukti mempertahankan eksistensinya dalam mengentaskan persoalan umat dan bangsa, antara lain permasalahan kebodohan dan ketertinggalan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, guru di sekolah Muhammadiyah dituntut untuk memiliki kompetensi inovasi agar mampu berperan dalam menghadirkan alternatif, menyangga pendidikan dan mengatasi masalah yang ada serta mampu mewujudkan pendidikan sesuai pada tujuan asalnya. Salah satu ciri guru berkemajuan Muhammadiyah itu harus inovatif, dapat menghasilkan hal-hal baru yang muncul dari kerja ilmiah ataupun riset.
Inovasi itu sendiri juga merupakan bagian dari eksistensi guru, tuntutan inovasi ini membuat guru untuk terus berpikir, mengidentifikasi masalah-masalah di dunia pendidikan untuk mengejar ketertinggalan akibat pandemi.

Optimisme saat menghadapi masa sulit

Selain dituntut untuk berinovasi, untuk menjawab tantangan pada masa sulit, terkhusus setelah pandemi ini, tenaga pendidik di sekolah Muhammadiyah harus memiliki pikiran dan sikap optimis. Pikiran dan sikap optimis yang dibangun oleh guru muhammadiyah berperan penting sebagai energi positif untuk menyelesaikan masalah masalah pendidikan yang timbul akibat pandemi sekaligus mempercepat pemulihan di bidang pendidikan secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Optimisme ini harus membudaya di dalam Muhammadiyah. Hal ini tidak terlepas dari pelajaran KH. Ahmad Dahlan ketika mendirikan sekolah pertama kali. Saat mendirikan sekolah pertama kali, keadaan ekonomi KH. Ahmad Dahlan pas-pasan, bahkan kekurangan.
Suatu ketika KH. Ahmad Dahlan pernah melelang perabotan rumah hanya untuk biaya operasional sekolah. Hanya berbekal optimisme, keikhlasan serta motivasi mulia ini. Sikap ini yang harusnya dapat kita jadikan pedoman untuk berjuang dalam melewati masa-masa sulit.
Inovasi dan optimisme Muhammadiyah
Muhammadiyah survive atau bertahan di masa-masa sulit karena memiliki tujuan yang mulia, dibarengi dengan doa, ikhtiar serta inovasi dan sikap optimis yang dimiliki dan diterapkan oleh kader kadernya.
Kompetensi inovasi, dan sikap optimis dituntut harus ada dalam diri seorang guru berkemajuan Muhammadiyah, agar sekolah Muhammadiyah tetap survive di masa-masa sulit, agar tetap dapat mengemban tugas mulia yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, patut kiranya kita sebagai tenaga pendidik di Muhammadiyah untuk merenungkan pesan ketua umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir beberapa waktu yang lalu, yaitu: