Dunia Diperkirakan Mengalami Resesi Tahun 2023, Apakah Indonesia Akan Terdampak?

ERNI DAMAYANTI
Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
8 November 2022 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ERNI DAMAYANTI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perekonomian global dikejutkan oleh adanya prediksi resesi pada 2023 mendatang. Penduduk di dunia saat ini mulai panik semenjak isu ini beredar karena resesi merupakan salah satu masalah ekonomi yang serius. Jika resesi global nantinya benar-benar terjadi maka akan timbul banyak masalah global lainnya sehingga banyak orang yang cemas dan mulai mempersiapkan diri untuk resesi.
Resesi Ekonomi l Sumber: Foto buatan sendiri
Resesi merupakan kondisi saat menurunnya aktivitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan produk domestik bruto (GDP) yang terus-menerus selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Pada tahun 2023 perekonomian global diperkirakan menurun hingga 1,9% poin menjadi 0,5% oleh Bank Dunia sehingga diperkirakan adanya resesi global pada 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Pandemi covid-19 yang hingga saat ini belum selesai menjadi penyebab awal munculnya isu ini. Saat pandemi kebanyakan orang lebih memilih menyimpan uangnya untuk jangka panjang daripada membelanjakannya. Lemahnya daya beli masyarakat saat pandemi yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan masyarakat telah mengakibatkan masalah ekonomi yang serius karena tingkat daya beli masyarakat berkaitan dengan tingkat inflasi dan deflasi.
Konflik perang Rusia Ukraina yang sampai saat ini belum kunjung selesai juga menjadi penyebab munculnya isu resesi ini. Konflik dua negara ini menyebabkan disrupsi rantai pasokan global sehingga fenomena inflasi pangan dan energi terjadi. Karena harga energi dan pangan global terus meningkat, pemerintah Indonesia ikut serta meningkatkan harga pangan dan harga BBM dalam negeri sehingga mengakibatkan inflasi dalam negeri. Dilansir dari data Bank Indonesia, pada Agustus 2022 Indonesia mengalami inflasi sebesar 4,69% yoy dan meningkat pada September 2022 semenjak adanya kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga BBM menjadi 5,59% yoy. Pandemi covid-19 dan konflik Rusia Ukraina memberikan dampak yang sangat besar bagi ekonomi global, termasuk perekonomian Indonesia.
Tabel Inflasi Indonesia tahun 2022 l Sumber: Foto buatan sendiri.
Selain karena pandemi covid-19 dan konflik Rusia Ukraina, terdapat empat alasan yang kuat mengapa resesi 2023 ini kemungkinan terjadi.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Kondisi Ekonomi Global
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwasanya pada tahun 2022-2023 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melemah. “Lingkungan global kita akan menjadi melemah, sementara tekanan inflasi justru meningkat,” kata Menkeu saat pers usai Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (08/08).
Pelemahan ekonomi global ini disebabkan oleh pasar keuangan global yang tidak pasti, risiko stagflasi yang meningkat, situasi geopolitik, dan tekanan inflasi. Hal ini sesuai dengan perkiraan The International Monetary Fund (IMF) yakni inflasi negara maju pada 2022 akan naik hingga 6,65% dan negara berkembang akan berada pada level 9,5%.
Saat ini sudah banyak negara maju maupun negara berkembang yang mengalami inflasi. Contoh negara maju yang saat ini mengalami inflasi yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Sedangkan negara berkembang yang saat ini inflasi yaitu Brazil dan Argentina.
ADVERTISEMENT
Peningkatan Suku Bunga Bank
Banyaknya bank sentral di seluruh dunia yang menaikkan suku bunganya secara bersamaan sebagai respons dari naiknya inflasi justru memicu adanya resesi pada 2023. Trend kenaikan suku bunga ini diprediksi masih akan berlanjut hingga tahun depan sehingga akan menyebabkan krisis di pasar keuangan dan ekonomi negara berkembang. Akibatnya akan terjadi resesi global pada 2023.
Krisis Pangan dan Energi
Krisis pangan dan krisis energi telah membayangi banyak negara di dunia hingga saat ini. Penyebab terjadinya krisis ini yaitu kelangkaan dan kenaikan harga barang baku, perlambatan produksi, serta iklim yang tidak menentu.
Selain itu karena adanya konflik antarnegara yaitu konflik antara Rusia dan Ukraina yang juga menyebabkan terjadinya krisis pangan dan energi saat ini. Ukraina yang komoditas utamanya gandum dan biji-bijian menjadi susah untuk mengekspor komoditas utamanya karena militer Rusia memblokade Laut Hitam sehingga banyak negara di dunia yang kekurangan pasokan gandum dan biji-bijian, akibatnya terjadi kelangkaan suatu barang dan memperhambat produksi di banyak negara.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian Pasar dan Utang
Ketidakpastian di pasar keuangan global dan pasar utang hingga saat ini belum sepenuhnya mereda, hal ini menyebabkan aliran modal yang terbatas dan tekanan nilai tukar di negara berkembang seperti di Indonesia.
Dilansir dari data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 30 September 2022 terdepresiasi 2,24 persen (ptp) dibanding dengan akhir Agustus 2022 dan terdepresiasi 6,4 persen (ytd) dibanding dengan level akhir 2021. Depresiasi rupiah dapat dibilang masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya yang mata uangnya juga terdepresiasi, seperti contoh depresiasi di India 8,65 %, Malaysia 10,16%, dan Thailand 11,36%.
Lantas apakah Indonesia akan terkena dampak dari perkiraan resesi global tahun 2023?.
Untungnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengungkapkan terdapat beberapa negara dengan kondisi ekonomi yang masih cukup kuat untuk menghindari resesi, dan Indonesia merupakan salah satu dari negara tersebut. "Emerging countries, seperti India, Indonesia dan Brazil, Meksiko relatif dalam situasi cukup baik," kata Sri Mulyani, dikutip Sabtu (22/10/2022).
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan RI mengatakan hal tersebut dikarenakan pada tahun ini neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus serta aktivitas manufaktur Indonesia yang terus meningkat sehingga Indonesia diperkirakan selamat dari jurang resesi global. Selain itu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat yaitu sebesar 5,44% pada triwulan II 2022 juga merupakan faktor penyebab mengapa Indonesia dapat selamat dari jurang resesi global, karena Indonesia tidak mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut seperti pengertian dari resesi maka Indonesia dikatakan masih dapat selamat. Berbeda dengan AS yang pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022. Ini berdasarkan dari data Biro Analisis Ekonomi AS.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III dan IV tahun 2021 dan Triwulan I dan II tahun 2022 l Sumber: Foto buatan sendiri
Meskipun diperkirakan Indonesia dapat selamat dari resesi global, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia dapat terkena efek samping dari resesi negara maju. Oleh karena itu kita harus tetap waspada dan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia agar terhindar dari resesi global, dengan cara tetap melakukan konsumsi agar perputaran uang dan aktivitas ekonomi di Indonesia terus berjalan. Selain itu masyarakat dapat membantu pemerintah untuk memperbanyak lapangan pekerjaan, bisa dengan memulai Usaha Mikro Kecil dan Menengah maupun tetap melakukan aktivitas ekonomi kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah karena Usaha Mikro Kecil dan Menengah menyumbang peran yang besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal yang dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan untuk mencegah penyebab resesi 2023 yaitu dengan memperkuat cadangan devisa, memfasilitasi pekerja yang diputus kerja, dan memberi bantuan untuk rumah tangga yang rentan.