Halal Bi Halal dan Nilai-Nilai Pancasila

Erni Juliana Al Hasanah N
Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Konten dari Pengguna
4 Juni 2020 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erni Juliana Al Hasanah N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Halal Bi Halal IKAL '59 sedunia, Senin 1 Juni 2020
zoom-in-whitePerbesar
Halal Bi Halal IKAL '59 sedunia, Senin 1 Juni 2020
ADVERTISEMENT
Oleh : Erni Juliana Al Hasanah Nasution
Dosen Institute Tehnologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD), Jakarta
ADVERTISEMENT
Alumni PPRA LIX Lemhannas RI, tahun 2019
Indonesia bukan saja sebuah negeri yang indah dan kaya akan sumber daya alamnya, tapi juga unik dan menarik. Budaya masyarakatnya senang “ngariung” tidak terkecuali dalam pelaksanaan hari-hari besar keagamaan. Termasuk pelaksanaan halal bi halal yang merupakan perayaan khas Indonesia pasca Idul Fitri.
Karena dampak Covid-19, perayaan halal bi halal kali ini berbeda, dilaksanakan secara virtual, dari tempat masing-masing. Sebuah desktop, televisi, atau smartphone lah yang mempertemukan wajah-wajah kita.
Bisanya dalam penyelenggaraan acara-acara besar keagamaan seperti halal bi halal, diperlukan persiapan khusus, mulai dari pembentukan tim panitia pelaksana, penentuan waktu, mencari sponsor, menentukan penceramah, hidangan konsumsi, konten acara, sampai dress code dan hiburan untuk memeriahkan acara, plus penggalangan dana untuk membiayai kebutuhan acara yang tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Tujuannya tentu saja untuk merayakan hari kemenangan setelah satu bulan lamanya berpuasa menahan hawa nafsu dan kembali ke fitri. Karena jihad yang paling besar adalah melawan nafsu diri sendiri maka Idul Fitri dimaknai sebagai hari kemenangan. Pada tahun ini, mentaati protokol pecegahan penularan Covid-19 menjadi tambahan jihad kita dalam berpuasa, antara lain dengan tetap melakukan kegiatan apapun dari rumah.
Biasanya, halal bi halal bisa kita lakukan dengan silaturahmi, berkumpul dalam satu tempat bertemu dengan saudara, sahabat, para kolega, sampai pada teman-teman masa muda (reuni) yang tidak memungkinkan untuk kita kunjungi satu persatu. Karena butuh waktu dan tempat khusus, kadang kala bentrok dengan acara serupa di tempat lain pada waktu yang bersamaan.
ADVERTISEMENT
Tapi halal bi halal Idul Fitri 1441 H kali ini terasa istimewa dan berbeda. Di tengah suasana pandemi Covid-19 ini semuanya berubah. Halal bi halal dilakukan secara tidak biasa, dengan silaturahmi yang sederhana dan bersahaja.
Sebagai contoh, baru-baru ini (Senin, 1 Juni 2020) kami melaksanakan halal bi halal IKAL ‘59 sedunia. IKAL adalah organisasi Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas angkatan 59 dimana saya menjadi anggotanya. Kami melaksanakan halal bi halal secara virtual bertepatan pula dengan hari lahirnya Pancasila. Dikatakan sedunia karena IKAL 59, selain dari Indonesia juga ada perwakilan dari Malaysia, Singapura, Bangladesh, Australia, Myanmar, India, Timur Leste, dan Sri Langka --walaupun tidak semuanya bisa hadir.
ADVERTISEMENT
Acara ini hanya disosialisasikan di Group WA kelompok. Dikoordinir beberapa orang, dengan bugjet nol rupiah, alhamdulillah berjalan lancar, tanpa konsumsi dan teh poci, tanpa panggung, artis, serta pernak-pernik lainnya --yang bukan esensi, hanya pelengkap untuk memeriahkan saja.
Bahkan ada juga yang dapat mengikuti dua atau lebih kegiatan sekaligus melalui gajet yang berbeda. Dalam tausiahnya ustad Lalu Makripuddin mengatakan bahwa silaturahmi Insya Allah dapat memperpanjang usia, menambah rezeki dan meningkatkan imunitas tubuh yang dibutuhkan dalam memasuki new normal.
Walaupun secara virtual tidak kalah hikmatnya, tidak mengurangi inti dari halal bi halal yang dilaksanakan, bahkan lebih khusu/fokus. Tetap ada pembawa acara, ada penceramah yang memberikan tausiah Idul Fitri 1441 H. Tetap ada ramah tamah dan do’a bersama dan yang lebih seru lagi tetap ada hiburannya, yakni beryanyi bersama secara virtual dengan diiringi gitar dari salah satu peserta seraya menayangkan slide presentasi berupa foto-foto kegiatan.
ADVERTISEMENT
Sangat efektif dan efisien, bahkan lebih dapat kemistrinya, karena fokus pada layar monitor tanpa terganggu oleh pandangan-pangangan lain yang mengalihkan perhatian. Antar sesama peserta tetap bisa saling melihat dan menyapa dengan akrabnya, dan tertawa bersama.
Energi positif dari silaturahmi juga tetap terpancar, tetap ada kehangatan berinteraksi seperti tatap muka. Bahkan terasa lebih natural apa adanya, tidak ada simbol/aksesoris, dan embel-embel ”duniawi” lainnya yang menganggu dan kadang kala bisa menciptakan jarak antara satu dan lainnya.
Dan pertemuan secara virtual ini melahirkan budaya baru, melaksanakan suatu acara bermutu lintas negara melibatkan banyak orang hanya membutuhkan biaya internet saja dari para peserta masing-masing, yang tidak terbayangkan di forum konvensional sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sepanjang aktivitas webinar yang penulis ikuti jarang sekali ada bugjet khusus untuk pengisi acara. Di masa pandemi ini sangat patut disyukuri. Semuanya terasa ringan, dilakukan secara sukarela, tanpa pamrih, dan dilakukan dari rumah. Luar biasa. Inilah semangat gotong royong dan kebersamaan, yang merupakan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Halal bi halal Idul Fitri ini bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila dalam suasana Covid-19 juga menjadi pembuktian bahwa nilai-nilai Pancasila itu masih ada di dalam hati dan perbuatan kita.
Covid-19 telah menyadarkan kita, bahwa ada yang berkuasa atas diri kita dan alam semesta ini yang mengirimkan mahluk kecil bernama virus korona yaitu Tuhan YME. Situasi ini menyadarkan kita akan hakikat hidup di dunia ini sebagai perwakilan Tuhan untuk menjaga keseimbangan antara alam dan manusia.
ADVERTISEMENT
Di samping kesulitan yang mendera bangsa kita, kiranya masih bisa berbangga bahwa bangsa ini ternyata memiliki modal sosial yang tinggi untuk bisa segera bangkit dari pandemi. Rasa simpatik, gotong royong, suka menolong orang yang tidak dikenal sekalipun merupakan nilai-nilai kemanusian yang adil dan beradab. Bagi umat Muslim, kewajiban membayar zakat disertai dengan infak dan sedakah sudah terbukti dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Tidak ada orang yang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, menjadi makhluk sosial merupakan sunatullah, karenanya persatuan, rasa kebersamaan yang tumbuh di masyarakt Indonesia sangat membantu bangsa ini tetap tenang menghadapi gelombang. Tidak ada hasil yang besar bila dikerjakan sendirian, demikian juga tidak mungkin dengan keterbatasannya pemerintah bisa berjalan sendirian. Dukungan semua elemen bangsa dengan meletakkan ego sectoral, mengutamakan kepentingan masyarakat dan bangsa akan membawa bangsa ini keluar dari berbagai persoalan.
ADVERTISEMENT
Setiap masalah dimusyawarahkan untuk mencari jalan keluar terbaik. Pemerintah dengan otoritasnya, MUI dengan kewenangan membuat pedoman dalam bentuk fatwa, para profesional dengan keahliannya, pengusaha swasta dengan kemampuan finansialnya, masyarakat dengan kesadarannya mematuhi aturan, sama-sama bermufakat untuk mendapatkan sebesar-besarnya maslahat bagi masyarakat
Dan tentu saja ujung dari semua itu adalah adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai alasan dan tujuan adanya bangsa ini. Walaupun masih jauh dari ideal tapi semua usaha ke arah sana merupakan proses yang patut diapresiasi oleh semua komponen bangsa.
Harapannya silaturahmi yang dilaksanakan secara virtual tetap memberikan semangat dan rasa optimisme yang tertanam dalam diri setiap anak bangsa. Dengan halal bi halal ada suasana berbagi rasa dan bertukar pikiran, yang bisa mempersatukan kita. Seberapa besar pun masalah yang dihadapi, kalau dihadapi secara bersama-sama insya Allah akan selesai juga.
ADVERTISEMENT
Di balik duka akan ada suka cita, di balik ujian pasti ada hikmat, dan setiap badai pasti akan berlalu dan hujan pun akan berganti pelangi yang indah.