Menciptakan Ruang Aman Bagi Anak-Anak di Era Pandemi

Esra Junita Aritonang
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 20:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Esra Junita Aritonang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/stop-gender-violence-with-woman_8967331.htm#query=sexual%20harassment&position=12&from_view=search&track=sph
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/stop-gender-violence-with-woman_8967331.htm#query=sexual%20harassment&position=12&from_view=search&track=sph
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah dua tahun lamanya pandemi Covid-19 di Indonesia berlangsung. Pastinya dengan kurun waktu dua tahun tersebut, kita juga telah merasakan berbagai dampak yang sangat berpengaruh besar dalam perubahan kondisi negara, baik dari aspek kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya. Namun, apakah kita menyadari bahwa tampaknya terdapat salah satu aspek yang terlupakan oleh perhatian masyarakat, yaitu jaminan rasa aman bagi seluruh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dilupakannya aspek tersebut ternyata memberikan dampak negatif yang tidak pernah terpikirkan akan hadir di era pandemi ini, yaitu melonjaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Ironisnya, kelompok yang rentan sebagai korban dari kasus kekerasan dan pelecehan seksual tersebut adalah anak-anak.

Mengapa anak-anak sebagai kelompok yang rentan?

Hal tersebut dikarenakan, selama pandemi anak dijadikan objek pemberian pelampiasan kekesalan karena adanya peningkatan stres yang tinggi dari anggota keluarga dan adanya masalah ekonomi akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Selain itu, anak-anak dinilai sebagai pihak yang tak berdaya, mudah ditipu, dan masih memerlukan arahan dari orang dewasa dalam mengambil sebuah keputusan. Sebaliknya, pihak pelaku berpotensi dalam menyalahgunakan kekuasaan tersebut dengan melakukan kekerasan dan pelecehan seksual karena merasa anak-anak tidak akan mampu untuk melawan perbuatan yang dilakukannya.
ADVERTISEMENT

Lantas, siapa yang seharusnya berperan penting dalam mengatasi masalah ini?

Manusia sejatinya sebagai makhluk sosial tidak lahir dalam ruang yang hampa dan pastinya membutuhkan peranan dari orang lain. Maka berbagai macam upaya yang dilaksanakan oleh seseorang dalam menghadapi kasus kekerasan dan pelecehan seksual, tidak akan berhasil apabila Negara masih belum bertindak dengan tegas, masyarakat dan media masih menyalahkan pihak korban, serta abainya peran dari pihak keluarga.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan?

Keluarga sebagai kelompok sosial terdekat harus memiliki hubungan yang baik dengan anak-anaknya sehingga anggota keluarga tidak akan melampiaskan kekerasan baik yang berbentuk verbal maupun fisik. Selain itu, diperlukan arahan dari anggota keluarga dengan pemberian edukasi mengenai seksual sehingga anak-anak memiliki kuasa sepenuhnya atas tubuhnya. Maka anak-anak tidak lagi ditipu dan diberdayakan atas ketidaktahuannya mengenai pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, masyarakat dan media harus berhenti menyalahkan korban dari kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Sangat disayangkan bahwa hingga kini masih ada anggapan bahwa korban mendapatkan kekerasan dan pelecehan seksual atas apa yang ada pada korban, seperti tingkah laku korban atau pakaian korban. Padahal kekerasan dan pelecehan seksual dapat timbul karena pelaku dan yang dapat bertanggung jawab hanyalah pelaku, bukan korban. Fenomena ini harus segera dihentikan agar hilangnya stigma bahwa kekerasan dan pelecehan seksual dapat timbul karena peran korban.
Lalu, bantuan hukum sangat diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Untungnya, telah terdapat peraturan yang dapat memberikan efek yang jera kepada para pelaku pelecehan seksual anak-anak, yaitu pelaku akan diberikan hukuman penjara selama 20 tahun, dilakukan kebiri kimia, dan pemasangan alat pendeteksi elektronik. Sanksi ini diharapkan dapat memberikan efek yang jera kepada pelaku pelecehan seksual anak-anak yang tidak memiliki moralitas.
ADVERTISEMENT
Sebagai masyarakat kita tidak boleh lengah dan harus saling bahu-membahu dalam mengatasi peningkatan kekerasan dan pelecehan seksual pada anak-anak. Walaupun meretas kasus ini bukan suatu hal yang terbilang mudah, tetapi kita harus bekerja sama demi menciptakan ruang yang aman bagi anak-anak korban kasus kekerasan dan pelecehan seksual.