Saya suka terkejut dan terheran-heran melihat cara dunia ini bekerja. Digital yang seharusnya mempermudah komunikasi justru malah memperumit nan memperuwet. Seperti rambut kemaluan yang tidak dipangkas-pangkas—semrawut.
Sebagai jurnalis/penulis yang bekerja selama sekian tahun di dunia tivu-tivu, di-PHP dan dikacangin sama narasumber—orang yang mau diwawancara—adalah hal biasa. Saya kira dengan kemunculan digitalisasi akan mempermudah komunikasi dan semakin menghemat biaya.
Soalnya nih, ketika di zaman media cetak, kalau kita mau wawancara orang, ya kita harus nyamperin orangnya. Bisa juga wawancara lewat telepon kantor, karena kalau mau wawancara pakai ponsel sendiri, gaji Rp 1.000.000 (tahun 2008) tidak akan menutupi bill-nya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814