Orang Bilang Saya Penyebar Pornografi dan Merusak Institusi

Kita tidak bisa mengatur persepsi orang tentang kita. Yang bisa kita lakukan adalah mengelola aksi terhadap suatu reaksi. Seperti misalnya, menahan untuk tidak bilang “anjing…” ke orang yang mengira saya cukup kasual untuk diajak ketemuan dan melakukan seks, hanya karena saya menulis tentang seks. Atau mengumpat “jancuk…” ke mereka-mereka yang suka mengentengin saya hanya karena saya terkesan polos dan terlampau ramah.

Sesuatu yang digeluti, ditekuni, dan disukai kerap menjadi stigma untuk orang yang melihat tanpa mau memaknai konteks. Itu yang saya rasakan setelah menulis seks. Saya beberapa kali mendapatkan pesan di Instagram yang merujuk kepada urusan kelamin. Mulai dari ajakan bertukar nomor, komentar tidak senonoh, dan lain-lain.

Yah, sebenarnya sebelum menulis seks, ketika saya masih menjadi perempuan baik-baik khas masyarakat, saya juga kerap mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan sih. “Perempuan baik” seperti apa maksudnya, cuk? Yah gitu, nggak ngomongin seks, nggak merokok, nggak seks sebelum menikah.