Dampak COVID-19, Bank Dunia Memprediksi Resesi Global Terburuk Sejak PD II

Etus Umbu Tauwa Padanga
Halo Salam kenal semuanya Perkenalkan Saya Etus Umbu T. Padanga, saat ini adalah Mahasiswa Program Ilmu Ekonomi, Fakutas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana - Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Terimakasih Salam Literasi!!
Konten dari Pengguna
12 Juni 2020 5:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Etus Umbu Tauwa Padanga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meningkatnya penyebaran pandemi covid-19 didunia menjadi perhatian yang serius bagi negara terdampak. Hal ini di tunjukan Banyak langkah yang diterapan oleh sejumlah negara untuk memutus rantai penyebaran covid-19 di masyarakat. Dengan adanya pademi covid-19 diprediksi akan memperdalam resesi ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Bank Dunia (Word Bank) dalam laporan terbarunya, memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) global akan mengalami penurunan hingga 5,3 persen di tahun ini, sekaligus angka resesi global terdalam sejak Perang Dunia Ke-II.
Dalam laporan tersebut disebutkan juga, aktivitas ekonomi di negara-negara maju di prediksi akan mengalami konntraksi sebesar 7% pada tahun 2020 hal tersebut disebabkan permintaan dan penawaran yang terjadi dimasa pandemi sangat tertekan.
Di prediksi pula, pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging markets dan berkembang akan terkontraksi sebesar 2,5 persen di tahun ini. Dan pendapatan perkapita di prediksi akan mengalami penurunan sebesar 3,6 persen, dan akan membuat jutaan orang jatuh dibawah garis kemiskinan yang buruk di tahun 2020 ini.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pandemi covid-19 ini, negara yang paling mengalami tekanan ekonomi paling tinggi adalah negara yang menggantungkan ekonominya pada pariwisata, perdagangan global, ekspor-impor dan pembiayaan dari luar negara.
Walaupan masing-masing negara memiliki tekanan yang berbada, namun negara berkembang sangat memiliki tekanan yang sangat kuat dari ekternal luar dan dalam negaranya.
Untuk pertumbuhan ekonomi, institusi, dan keuangan. Menurut wakil presiden work Bank Outlook ekonomi dunia saat ini sangat mengkhawatirkan karena, kondisi krisis yang terjadi cenderung meninggalkan resesi dalam waktu lama dan menjadi tantangan globar yang sangat berat.
“Tujuan pertama kami adalah menangani kesehatan global dan keadaan darurat ekonomi. Dan juga, komunitas global harus bersatu untuk menemukan solusi untuk membangun kembali pemulihan sekuat mungkin untuk mencegah lebih banyak orang jatuh ke dalam kemiskinan dan pengangguran," ucap Wakil presiden Work Bank yang dirilis di situs resmi Bank Dunia, Senin (8/6/2020).
ADVERTISEMENT
Word Bank juga memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan kembali tumbuh dan meningkat pada tahun 2021 sebesar 4,2 persen, dengan perkiraan perekonomian negara maju mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,9 persen dan negara berkembang sebesar 4,6 persen. Dengan dengan prediksi tersebut, akan menjadi tidak pasti jika pandemi covid-19 ini terus berkepanjangan. Tentu hal ini akan membuat pergolakan keuangan yang tidak stabil, dan tekanan perkenomian global yang ikut tidak pasti.
Prediksi pertumbuhan ekonomi global saat ini, merupakan penurunan terdalam dan tercepat. Dan mungkin juga akan mengalami penurunan yang berkelanjutan, yang memgambarkan bahwa pemangku kebijakan harus mempersiapkan langkah baru untuk mendukung aktivitas ekonomi global.
Dengan adanya pandemi covid-19, banyak memprioritaskan akan kebijakan kesehatan dan ekonomi yang cepat dan tepat, guna melindungi manusia yang rental akan covid-19 dan memperkuat ketahanan negara di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Dan juga sebagai negara berkembang yang sangat rentan untuk memgutakan sistem kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang masih lemah ini menjadi langkah untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
Bank Dunia (Word Bank) menyarankan bagi negara-negara berkembang dengan ruang fiskal dan kondisi pembiayaan yang memadai untuk mempertimbangkan langkah-langkah tambahan jika efek dari pandemi yang terus berlanjut, namun harus disertai dengan stimulus pemulihan fiskal jangkah pendek hingga menengah.
Penulis : Etus Umbu T.Padanga
Mahasiswa program study Ilmu Ekonomi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.