Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Awalnya Manis dan Berakhir Pahit, Itulah Sikap Posesif
12 Desember 2022 17:46 WIB
Tulisan dari Elizabeth Veronica Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Sebuah hubungan menjadi kacau balau akibat sikap posesif."
Dalam hidupnya, manusia memiliki kebutuhan untuk mendapatkan dan menerima afeksi dari orang lain. Kebutuhan manusia untuk dapat menjalin hubungan yang lebih dalam dan lebih serius dengan seseorang yang ia pilih menimbulkan berbagai reaksi psikologis. Seperti rasa ingin memiliki, rasa ingin memberi kasih sayang, rasa ingin melindungi, rasa ingin menjaga, rasa khawatir, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Jika reaksi ini dapat dilakukan dengan baik, maka akan menciptakan suatu hubungan yang mutual dan tidak berat sebelah. Namun, jika tidak terkontrol dengan baik, dapat berujung pada hubungan yang
tidak sehat. Contohnya, merasa ingin memiliki seseorang sepenuhnya sehingga mengatur pasangannya secara berlebihan tanpa memikirkan kebutuhan lain yang dibutuhkan oleh pasangan. Hal ini dapat berujung pada apa yang disebut posesif. Posesif dapat ditimbulkan dari berbagai macam faktor, seperti trauma masa kecil, pola asuh orang tua yang tidak baik, trauma terhadap hubungan masa lalu, dan sebagainya.
Posesif Dalam Hubungan
Dalam artikel Arti Posesif: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Faktor Penyebabnya yang ditulis oleh M. Prawiro, seorang psikolog bernama Alexander Sriewijono mengatakan bahwa sifat posesif adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak aman dengan dirinya dan hubungan yang dijalani oleh orang lain. Perasaan tidak aman ini membuat seseorang mengejar validasi rasa aman dari orang lain, terutama pasangannya. Pencarian validasi yang dilakukan dapat melibatkan tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti mengatur orang secara berlebihan, merasa paling memiliki, egois, tidak mau pengertian, dan tidak ingin disalahkan. Semakin lama dilakukan, maka akan semakin sulit untuk diberhentikan dan diubah.
ADVERTISEMENT
Untuk mendalami hal ini, saya mewawancarai seorang teman dekat yang pernah berada di dalam hubungan dengan orang yang posesif. Hubungannya berjalan selama 6 bulan, namun ia mengaku bahwa hubungan tersebut memiliki dampak yang berat di kehidupannya hingga saat ini. Dalam ceritanya, ia mengatakan bahwa sebelum dia berada di dalam hubungan tidak sehat tersebut, ia berteman dengan siapa saja tanpa melihat jenis kelamin, materi, ataupun kemampuan akademis. Ia memiliki satu orang teman dekat lawan jenis yang sudah cukup lama berteman dengannya. Namun, selama ia berada di dalam hubungan tersebut, ia benar-benar dibatasi oleh pasangannya dalam berteman, lawan jenis maupun sesama jenis. Semua waktunya tersita oleh pasangannya, hingga akhirnya ia kehilangan teman dekatnya bahkan setelah hubungannya berakhir.
ADVERTISEMENT
Setelah menanyakan pengalamannya, saya pun menanyakan sifat-sifat dan perilaku dari orang tersebut, Ia menyebutkan, bahwa orang ini sangat mudah tersinggung dan marah. Setiap ia marah, orang ini akan merusak barang atau melakukan hal yang membahayakan dirinya dan menyalahkannya untuk hal-hal yang dilakukan. Tidak hanya membatasi interaksi langsung dengan teman lawan jenis, orang ini juga membatasi interaksi secara dunia maya, seperti membalas chat, membalas direct message dari lawan jenis mana pun. Selama berada di hubungan tersebut, ia merasa sangat lelah dan terus-terusan merasa bersalah karena orang ini selalu menyalahkannya atas hal-hal yang sebenarnya bukan salahnya. Hingga akhirnya ia mulai mengumpulkan keberanian dan mengakhiri hubungan tersebut.
Dari cerita yang dipaparkan, dapat dicerna bahwa orang posesif memiliki rasa kepemilikan yang sangat tinggi terhadap sesuatu hingga rela melakukan apa pun agar ia merasa yakin dan aman bahwa orang tersebut akan selalu menjadi miliknya. Selain merugikan pihak lain, efek negatif yang dapat ditimbulkan pada orang yang posesif adalah kelelahan emosional yang diakibatkan dari overthinking dan kecemasan yang terus menerus.
ADVERTISEMENT
Cara Menghindari Sikap Posesif
Orang-orang seperti itu lebih baik dihindari sebelum terlambat. Ketika mereka sudah merasa memiliki kekuasaan terhadap sesuatu, maka mereka akan melakukan apa pun agar mereka tetap bisa berkuasa atas segala hal yang dimiliki targetnya. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari hubungan tidak sehat dengan orang yang posesif.
Pertama, mengenali latar belakangnya terlebih dahulu. Kita dapat menganalisa hal-hal yang dapat menjadi cikal bakal terbentuknya sifat posesif. Seperti hubungannya dengan orang tua, kisah percintaan masa lalunya, hubungannya dengan teman-temannya, dan cara ia menangani masalah-masalah kehidupan yang pernah ia lewati. Apabila pada sebagian besar latar belakang tersebut terdapat kejadian yang kurang baik, dan memiliki relasi dengan emosinya, maka waspadailah.
ADVERTISEMENT
Kedua, perhatikan bagaimana ia menangani permasalahan-permasalahan kecil dan besar. Apabila dia menyelesaikan masalah dengan memenangkan dirinya dan menjatuhkan orang lain, melibatkan emosi dan hati yang panas, tidak menerima kesalahan yang dijatuhkan pada dirinya dan seringkali memutar balikkan fakta yang ada, maka itu juga bisa menjadi tanda-tanda adanya sifat posesif.
Ketiga, bertanyalah pada orang-orang yang lebih dulu mengenalnya daripada kamu. Apabila selama mengenalnya mereka lebih banyak menyebut yang buruk, maka pertimbangkan kembali keinginanmu untuk membangun hubungan dengannya.
Keempat, menolak untuk diperdaya. Jangan biarkan dia memegang kuasa atas dirimu. Apabila kamu merasa bahwa orang ini sudah mulai mengambil kuasa atas dirimu, maka berdirilah dengan pendirian yang kuat. Bangun batasan yang tinggi dan kuat dan tegaslah terhadap batasan-batasan yang kamu buat. Jika kamu bisa tegas terhadapnya, maka dia akan merasa sulit untuk menguasaimu dan akan berhenti mencoba.
ADVERTISEMENT
Kelima, jangan takut meninggalkan. Tidak ada salahnya untuk memutus komunikasi atau pertemanan dengan orang tersebut. Ingatlah bahwa manusia bisa menjadi benalu bagi manusia lainnya. Sebelum dia berbuat lebih banyak hal yang memberimu dampak negatif, tinggalkanlah terlebih dahulu demi menyelamatkan diri.
Kebutuhan mendapatkan afeksi atau kasih sayang memanglah kebutuhan yang penting, tapi jangan sampai memilih orang yang salah untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena akan berdampak pada kesehatan psikologis dirimu sendiri. Tidak ada orang yang berhak berkuasa atas dirimu selain dirimu sendiri.