Jadilah Otentik

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
2 November 2023 12:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Media Sosial. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Media Sosial. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era sosial media yang begitu deras, kita seringkali terjebak dalam arus informasi yang terus mengalir. Tren dan popularitas seseorang bisa naik dan hilang dalam waktu singkat. Perasaan “FOMO” atau takut ketinggalan membuat banyak dari kita tergoda untuk mengikuti apa yang sedang tren, meskipun kadang-kadang itu tidak selalu sesuai dengan keadaan atau kebutuhan pribadi kita.
ADVERTISEMENT
Apakah di tengah serbuan informasi ini, kita harus selalu bergerak ke arah mayoritas untuk mendapatkan cap “normal”? Pertanyaan ini menjadi penting karena seringkali tindakan yang dianggap “normal” dalam masyarakat sekarang bisa jauh dari akal sehat.
Banyak orang terjebak dalam peristiwa-peristiwa yang tidak normal, seperti mengikuti tren kecantikan atau gaya fesyen dengan menghabiskan banyak uang, bahkan sampai rela berutang demi status sosial.
Namun, menjadi otentik artinya kita bisa menunjukkan sisi diri kita apa adanya. Kita memiliki sikap hidup kita sendiri dan tidak ikut-ikutan hanya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Mengikuti orang lain mungkin terlihat seperti jalan pintas untuk mendapatkan pengakuan instan, tetapi ini seringkali tidak sesuai dengan keadaan dan kondisi pribadi kita.
ADVERTISEMENT
Kita perlu berhenti sejenak dan merenung, apa yang sebenarnya kita butuhkan dalam hidup ini. Apakah pengakuan semata atau ada hal-hal lain yang lebih penting? Apakah kita harus selalu ikut-ikutan untuk mendapatkan pengakuan? Mungkin yang kita butuhkan adalah waktu untuk merenung tentang diri kita sendiri.
Setelah kita mengetahui apa yang kita butuhkan, saatnya memiliki sikap dalam menjalani kehidupan ini. Dengan memiliki sikap, kita tidak selalu harus mengikuti arah yang diambil orang lain. Kita bisa berjalan sendiri sesuai dengan tujuan hidup kita. Dengan memiliki sikap ini, hidup kita menjadi dalam kendali diri kita sendiri, tidak lagi tergantung pada perasaan “FOMO.”
Menjadi otentik atau memiliki sikap hidup sendiri mungkin memiliki risiko. Mungkin kita akan dicap “aneh” karena berbeda. Namun, kita harus ingat bahwa tidak ada dua individu yang sama. Setiap orang memiliki kebutuhan dan kondisi yang berbeda. Ketika kita memilih jalur yang berbeda, kita mungkin merasa sendirian. Namun, dengan waktu, kita mungkin akan bertemu dengan teman-teman baru yang memiliki pandangan dan nilai yang serupa.
ADVERTISEMENT
Dalam hidup, kita perlu menjadi seperti penunjuk arah bagi diri kita sendiri, sama seperti peta dan kompas dalam perjalanan. Biarkan diri kita yang menentukan langkah hidup kita, tidak hanya mengikuti arus. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia yang sesungguhnya otentik dan memiliki makna dalam hidup.