Ketololan: Wajah Kebodohan

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2023 6:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketololan adalah sebuah fenomena yang tak asing bagi banyak orang, yang sering kali merasa geram terhadap perilaku keras kepala dan ketidakmampuan untuk melihat kebenaran. Ketololan adalah ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan, bahkan ketika bukti berbicara sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, ketololan merusak. Orang-orang yang terperangkap dalam ketololan seringkali menjadi pencipta konflik dan perang. Mereka mungkin memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi pikiran mereka seringkali lemah dan tidak kritis. Mereka sulit menyelesaikan masalah dengan jalan damai, yang berujung pada konflik dan kekerasan.
Kedua, ketololan membuat segala sesuatu menjadi rumit. Orang-orang yang memegang prinsip “Jika bisa sulit, mengapa harus dibuat mudah?” sering menghambat kemajuan. Di banyak negara, birokrasi pemerintah menjadi hambatan utama bagi kemajuan, dengan ketololan menjadi penyebabnya.
Ketiga, ketololan menghambat dialog. Orang-orang tolol sering menjadi marah dan kecewa saat berhadapan dengan perbedaan pendapat. Ini dapat menghasilkan kata-kata kasar dan bahkan kekerasan fisik, yang mempengaruhi politik dan masyarakat.
Keempat, ketololan bersifat keras kepala dan menolak perubahan. Orang-orang ini sering takut pada perubahan dan cenderung memegang erat pada tradisi dan identitas lama, yang dapat menghambat perkembangan.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, orang-orang tolol ini sering menjadi korban kepentingan politik dan ekonomi yang lebih besar, dimanfaatkan untuk menyebarkan ketakutan dan ketidakpastian di masyarakat.
Mengapa orang menjadi tolol? Ada beberapa akar penyebabnya. Pertama, ketololan berakar pada keengganan untuk belajar. Orang yang takut dengan kompleksitas dunia modern mungkin merasa minder dan menolak untuk belajar.
Kedua, ketololan berakar pada ketakutan terhadap perbedaan. Orang-orang tolol sering terjebak dalam zona nyaman mereka dan menjadi kasar saat perbedaan muncul.
Ketiga, ketololan berakar pada ketakutan akan perubahan. Orang-orang ini cenderung memegang erat pada identitas lama mereka dan menolak perubahan.
Ketololan merugikan masyarakat secara luas dan individu yang terjebak di dalamnya. Ini memicu berbagai krisis, dari kemiskinan hingga konflik global. Saat dunia dihadapkan pada berbagai masalah seperti krisis lingkungan, bencana alam, korupsi, dan ancaman perang, adalah saat yang tepat untuk mengenali dan mengatasi ketololan. Kita harus melepaskan virus ketololan yang mungkin menjangkiti pikiran kita, dan mempromosikan pemikiran kritis, belajar, menerima perbedaan, dan merangkul perubahan sebagai kunci menuju masa depan yang lebih baik.
sumber : Koleksi Pribadi