Kedai Kopi Sebagai Sarana Untuk Diskusi dan Berbagi Inspirasi

Fadhil Azhar Permana
Sociology Student at UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Konten dari Pengguna
7 Agustus 2020 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadhil Azhar Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi foto: savanapost.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi foto: savanapost.com
ADVERTISEMENT
Kedai kopi merupakan tempat yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, terutama kalangan muda yang sampai saat ini masih menggunakan kedai kopi sebagai sarana untuk mencurahkan buah pemikirannya atau sekadar bincang santai.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi banyak didapati diberbagai kedai kopi yang memasang fasilitas wifi untuk kebutuhan seperti; tugas kuliah, tugas kantor atau tugas proyek lainnya. Hal itulah yang membuat konsumen menjadi sangat betah untuk datang ke kedai kopi.
Namun, seandainya saja anak muda sekarang mengetahui latar belakang berdirinya kedai kopi, pasti akan lebih cakap dalam bertingkah di kedai kopi. Realitasnya bahwa konsumen yang datang di kedai kopi hanya menginginkan fasilitas wifinya saja untuk kebutuhan bermain game online.
Saya agak sedikit resah ketika kawula muda menggunakan kedai kopi untuk bermain game online, apalagi sampai teriak-teriak dan mengganggu konsumen yang lainnya. Memang tidak jadi masalah, akan tetapi sejarah mengatakan bahwa berdirinya kedai kopi untuk sarana diskusi. Hal ini ditandai dengan banyaknya tokoh publik yang sukses.
ADVERTISEMENT
Kita mengenal Benjamin Franklin, tokoh Amerika Serikat yang terkenal dan telah meninggalkan berbagai karya dalam hidupnya. Franklin adalah seorang pemimpin Revolusi Amerika dan juga salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Saat Franklin masih tinggal di London, beliau sering menghabiskan waktunya untuk nongkrong dan biasanya sambil mengadakan pertemuan politik disana.
Begitupula dengan tokoh yang satu ini yakni; Voltaire. Beliau adalah seorang penulis ulung dan seorang filsuf Prancis pada Era Pencerahan. Voltaire terkenal dengan tulisan filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan beragama.
Voltaire dikenal ketika diketahui bahwa ia tergila-gila terhadap kopi. Bagaimana tidak? Voltaire mengkonsumsi 40-50 cangkir kopi dalam sehari. Dia mengakui bahwa kopi adalah salah satu hal yang paling berpengaruh dalam menghasilkan sebuah karya. Dihari-terkahir dalam hidupnya Voltaire mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang banyak, meski dokter mengatakan kopi membunuhnya, namun Voltaire sendiri mengatakan “If coffee is a poison, it is a slow poison”.
ADVERTISEMENT
Tidak kalah saing dengan tokoh Indonesia yang satu ini, yakni; Ir. Soekarno. Telah dikabarkan bahwa Presiden Indonesia yang pertama ini, penggila kopi juga. Ketika pagi hari, sebelum berangkat untuk bekerja, beliau selalu meminum kopi dan kopi favorit nya adalah kopi tubruk.
Sudah dibuktikan bahwa dengan meminum kopi atau bercengkrama dikedai kopi, dapat menghasilkan berbagai ide dan gagasan baru. Begitupun dengan saya untuk membuat sebuah karya tulis tidak bisa dikamar sendiri. Karena nuansa kamar hanya memberikan ide itu-itu saja.
Saya sepakat dengan ungkapan Che Guevara bahwa “revolusi tidak lahir dari tempat tidur”. Begitupun inspirasi tidak lahir ditempat tidur saja. Bagi saya kedai kopi adalah tempat yang cocok untuk menimbulkan gagasan dan inspirasi baru.
ADVERTISEMENT