Kisah Saya di Wuhan: 9 Hari Bertahan di Tengah Wabah Virus Corona

Konten dari Pengguna
26 Februari 2020 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak hari pertama Wuhan di lockdown pada 23 Januari 2020, pemerintah setempat dan KBRI Beijing mengimbau kami untuk tetap berada di asrama, mengurangi aktivitas di luar. Kami hanya keluar untuk membeli keperluan logistik untuk bertahan hidup dan setiap keluar wajib memakai masker.
ADVERTISEMENT
Hari demi hari dilalui, masih menunggu langkah pemerintah Indonesia untuk bisa mengevakuasi kami dari Wuhan. Saya bersama 12 teman-teman lain tinggal bersama. Kami menjalani masa-masa menegangkan ini dengan saling support mengingat psikologis kami semua semakin memburuk setiap harinya karena khawatir akan terinfeksi virus Corona karena setiap hari korban meninggal semakin bertambah.
Kebetulan saya yang paling tua di antara mereka di mana itu menjadi tanggung jawab saya sebagai orang tua sementara untuk mendampingi mereka. Kami menjalani kegiatan dengan teratur seperti membagi tugas merata kepada semuanya. Siapa yang berbelanja logistik, siapa yang memasak, siapa yang bersih-bersih dan tugas-tugas lainnya.
Kesulitan yang kami rasakan di saat mencari kebutuhan logistik adalah pada saat itu hanya 2 toko yang buka menyediakan sembako. Beberapa item terkadang habis stok, ditambah lagi dengan melonjaknya harga 2 hingga 3 kali lipat. Namun bantuan berupa dana tunai dari pemerintah Indonesia dan pemerintah Aceh sedikit membantu menutupi kebutuhan kami selama di sana.
Berbelanja kebutuhan logistik.
Hampir 24 jam kami habiskan bersama di kamar saya, kecuali pada saat tidur malam—semuanya kembali ke kamar masing-masing. Kami memasak bersama, makan bersama, setelah makan kami saling bercerita dan bermain guna menghilangkan rasa cemas.
ADVERTISEMENT
Setiap hari juga kami rutin menghubungi keluarga di rumah via video call untuk meminta doa agar ada kabar baik dari pemerintah Indonesia terkait evakuasi. Pada saat itu saya sudah pasrah, di dalam hati sempat terpikirkan seperti menunggu giliran terkena virus.
Dan sudah ikhlas apabila memang harus berakhir di Wuhan tanpa sempat kembali berkumpul dengan keluarga di rumah.
Namun support dari keluarga dan pemerintah yang membuat kami semua kembali memiliki rasa optimistis bahwa masih ada kesempatan untuk melanjutkan hidup.
Setiap hari kami menunggu kabar update dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok Wuhan terkait komunikasi dengan pihak KBRI Beijing dan perwakilan Kemenlu. Sembari setiap hari saya juga terus memberi kabar keadaan kami di Wuhan ke media televisi berita di Indonesia.
Stay di asrama dengan melakukan aktivitas seperti belajar, main game, dan bermain musik.
Secercah harapan hadir di saat mengetahui kabar bahwa ada beberapa negara akan segera dievakuasi dari Wuhan. Itu berarti WNI juga akan segera merasakan hal yang sama. Dan akhirnya berita yang menggembirakan pun tiba, yaitu evakuasi.
ADVERTISEMENT
9 hari bertahan di Wuhan, akhirnya kami mendapat kabar baik bahwa pemerintah Indonesia akan mengevakuasi 238 WNI di Wuhan dan sekitarnya untuk pulang ke Indonesia. Rasa syukur yang luar biasa akhirnya doa orang tua kami terkabulkan.
Kuasa Allah SWT ternyata merupakan rahmat yang luar biasa yang kami rasakan pada saat itu. 5 orang tim KBRI Beijing datang langsung ke Wuhan untuk menjemput kami. 1 Februari 2020 proses evakuasi dilakukan.
Semua mahasiswa Indonesia di kampus yang berbeda dijemput menggunakan bus yang sudah disediakan oleh pihak KBRI Beijing. Sesampai di Wuhan Tianhe International Airport kami sudah sedikit lega karena selangkah lebih dekat untuk kembali ke kampung halaman.
Setelah melewati pengecekan kesehatan di bandara dan pendataan WNI yang akan di evakuasi akhirnya kami siap-siap untuk boarding. Rasa bahagia dan haru yang kami rasakan tiba-tiba berubah menjadi kelam dan sedih.
ADVERTISEMENT
Ada 3 orang teman kami yang ternyata harus tinggal karena mereka dalam keadaan batuk dan demam. Padahal itu efek dari kelelahan karena kami sudah terlalu lama menunggu di bandara. Berbagai usaha dilakukan untuk meminta 3 orang teman saya supaya bisa ikut pulang ke Indonesia namun semuanya sia-sia. Otoritas bandara tetap tidak mengizinkan mereka untuk pulang dan harus tetap tinggal di Wuhan.
Wajah-wajah bahagia setelah mengetahui kabar evakuasi.
2 Februari 2020, tepat pukul 04.00 pagi waktu Wuhan, pesawat AirBus Batik Air siap-siap lepas landas dari Wuhan Tianhe International Airport menuju Indonesia.
Rasa sedih bercampur haru yang kami rasakan karena akan kembali ke Tanah Air dan berkumpul lagi dengan keluarga. Atas prosedur WHO dan pemerintah Indonesia, kami 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan wajib menjalani obeservasi selama 14 hari untuk melakukan pengawasan kesehatan dan itu dilakukan di Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Saya senang namun di samping itu juga sedih karena masih ada teman saya yang tertinggal di Wuhan di tengah mewabahnya Virus Corona. Saya mendoakan mereka semua tetap sehat selalu dalam lindungan Allah SWT dan akan segera bisa kembali ke tanah air yang sudah ditunggu-tunggu oleh keluarga tercinta.