Barasuara Buat Saya Jatuh Cinta dengan Bahasa Indonesia

Fahri Hardiansyah
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad
Konten dari Pengguna
8 November 2021 13:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahri Hardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Source: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), guru saya selalu mengajarkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Beragam pengetahuan mengenai kaidah bahasa Indonesia, mulai dari penggunaan ejaan, pemilihan diksi, hingga penyusunan struktur kalimat yang tepat, subjek-predikat-objek, merupakan makanan sehari-hari yang selalu saya dapatkan dari guru saya di sekolah.
ADVERTISEMENT
Memasuki bangku kuliah, pengajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar makin saya rasakan. Saya yang memutuskan untuk berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi, dituntut untuk dapat berkomunikasi, entah itu secara lisan maupun tulisan, dengan memperhatikan penggunaan kaidah Bahasa Indonesia yang ada.
Apa yang diajarkan oleh para guru dan dosen, tidak serta merta membuat saya menyukai Bahasa Indonesia. Justru hal tersebut malah membuat saya seringkali berpikir, “Saya ini sebenarnya orang Indonesia apa bukan? Sebab, belajar bahasa sendiri saja rasanya susah betul".
Hingga suatu hari, saya menyadari betapa apiknya Bahasa Indonesia yang kita miliki. Kejadian tersebut bermula ketika saya tidak sengaja mendengarkan sebuah lagu dari band asli Indonesia. Merekalah Barasuara, sebuah band yang digawangi oleh Iga Massardi, yang membuat saya tersadar bahwa bangsa ini memiliki bahasa yang tidak kalah kerennya dengan bahasa-bahasa asing di luar sana.
ADVERTISEMENT
“Bahas Bahasa” begitulah judul lagu yang tertera pada laman pencarian ketika saya mencoba untuk mencari lirik dari lagu tersebut secara lengkap. Sebuah judul yang sangat menarik perhatian saya, unik, dan mudah diingat. Sekilas, bila melihat dari judulnya, mungkin orang akan mengira lagu ini akan membahas mengenai kiat-kiat belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, jika kita lebih cermati penggalan lirik demi lirik dari lagu tersebut, ada pesan yang lebih mendalam yang ingin coba Barasuara sampaikan.
Dalam lagu yang memiliki nuansa rock berpadu dengan folk khas etnik Tionghoa ini, lirik-lirik yang disajikan dikemas secara konotatif. Lihat saja penggalan dari dua baris pertama lirik lagu tersebut. “O! Itu tak kau lihat, tak kau ragu. Peluh dan peluru hujam memburu”. Fokus saya langsung tertuju pada kata “peluh” dan “peluru”. Kata “peluh” yang di KBBI berarti keringat, dapat diasosiasikan dengan hal-hal yang melambangkan kerja keras dan perjuangan. Beda lagi dengan kata “peluru”. Kata ini bisa jadi memiliki arti yang sangat beragam. Bila kita mengaitkan kata ini dengan kata sebelumnya, “peluru” bisa mewakili rasa sakit, peperangan, ancaman, atau mungkin kematian. Namun, kata “peluru” juga dapat diidentikkan dengan hal-hal yang sifatnya cepat dan kencang.
ADVERTISEMENT
Beranjak ke bait selanjutnya, Barasuara dengan lantang mengingatkan pendengarnya untuk berhati-hati ketika berbicara dengan orang lain. Pesan tersebut mereka sampaikan dalam lirik “bahasamu bahas bahasanya, lihat kau bicara dengan siapa”. Iga Massardi mampu menangkap kebiasaan yang terjadi di masyarakat Indonesia di mana orang-orang saling adu mulut yang tak berkesudahan dan saling meninggikan derajatnya satu sama lain.
Setelah dibuat menggebu-gebu dan panas di tengah lagu, Barasuara memberikan pesan yang menenangkan bagi para pendengarnya sebelum mengakhiri lagu ini. “Berlabuh lelahku di kelambu jiwamu”. Penggalan lirik tersebut seolah menjadi klimaks atas pesan yang disampaikan dalam lagu berdurasi sekitar empat menit ini.
Setelah saya selesai membaca seluruh lirik dalam lagu ini, saya merasa takjub sekaligus bangga menjadi warga Indonesia. Bagaimana tidak, band ini mampu menghadirkan lirik-lirik puitis berbahasa Indonesia yang jauh sekali dari kesan melankolis. Hal itu dapat dilihat dari rentetan lirik yang memiliki rima di setiap akhirannya.
ADVERTISEMENT
Ini baru satu lagu. Masih banyak lagu Barasuara lainnya, yang tentu sama ajibnya dengan “Bahas Bahasa” ini. Kalau saya bahas semua di sini, bisa-bisa tulisan ini malah berbentuk jadi skripsi. Kalau saya mahasiswa Sastra, sih, enak. Tinggal melanjutkan aja. Sayangnya, saya mahasiswa Ilmu Komunikasi.
Akhir kata, saya ingin berterima kasih kepada Barasuara karena telah membuat bahasa Indonesia baku sebagai sesuatu yang “seksi”. Sejak hari itu, saya jatuh cinta dengan bahasa saya sendiri, bahasa Indonesia.