Bakeri duduk dikelilingi sejumlah pemuda yang menunggu giliran menghapus tato. Sebagai pemilik rumah dan yang memodali pengadaan setrika dan sebagai yang paling tahu cara menggunakannya karena pernah diminta oleh bosnya di Sandakan menyeterika baju, maka Bakeri alias Sanro alias Rahman dapat giliran pertama. Dia hanya akan menghapus tato di bagian lengan saja dengan pertimbangan tato di badannya akan ditutupi baju sehari-hari. Di kedua lengan Rahman, hampir penuh tato, ada gambar yang tidak jelas, ada tulisan, ada huruf W, ada angka-angka, dan semua punya ceritanya masing-masing.
“Yakin saya yang pertama?”
Dia mengulang meyakinkan pemuda-pemuda lain yang menunggu giliran. Sebenarnya dia agak ragu karena pernah mendengar dari buruh sawit sewaktu di Malaysia kalau rasanya seperti mau mati.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814