Self Reward Itu Baik, tapi Bisakah Itu Jadi Bencana?

Faisal Ramzy
Mahasiswa Universitas YARSI - Fakultas Teknologi Informasi Progam Studi Perpustakaan dan Sains Informasi
Konten dari Pengguna
11 Maret 2023 5:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Ramzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi self healing. Foto: U__Photo/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi self healing. Foto: U__Photo/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kebiasaan bagi anak-anak muda adalah setelah mereka lelah bekerja atau melakukan aktivitas yang cukup melelahkan akan melakukan self reward. Self reward memang perlu karena bertujuan untuk memberi hadiah bagi diri kita sendiri. Namun, self reward tidak sepenuhnya baik karena akan menjadi bencana jika kita benar-benar boros.
ADVERTISEMENT
Beberapa alasan mereka memilih untuk self reward karena banyak tugas hingga pusing tujuh keliling, mempunyai bos yang toxic, dan sebagainya. Kehidupan di era sekarang memang keras seperti hal yang disebutkan.
Kita memang sangat perlu self reward atau supporting system. Konsep tersebut memang bagus untuk memulihkan pikiran kita yang penuh dengan beban pikiran. Istilahnya kita perlu mengapresiasikan diri setelah berjuang setelah melakukan aktivitas yang bernilai positif.
Namun, tidak sepenuhnya self reward itu baik karena harus bisa membatasi diri. Jika terlena dalam konsep self reward akan mengundang bencana.

Munculnya Self Reward

Ilustrasi anak muda healing. Foto: interstid/Shutterstock
Munculnya self reward karena maraknya kesehatan mental atau bisa disebutkan mental awareness. Kesehatan mental yang baik juga didasari dari mencintai diri kita sendiri. Kita harus menyadari juga kapan kita beristirahat, bekerja, dan melakukan sesuatu yang lain. Kita tidak bisa bekerja secara terus-menerus karena diri kita mempunyai batasan.
ADVERTISEMENT
Dampak kita akan selalu bekerja tanpa adanya istirahat akan menjadi burnout. Kita juga harus menghargai diri kita sendiri secara pantas dan harus melakukan self reward sebagai tanda apresiasi.

Self Reward Sehat dan Tidak Sehat

Ilustrasi healing di pedesaan. Foto: Nikkolia/Shutterstock

Coping Stress

Konsep tersebut termasuk bencana karena arti mengelola stress yang jatuhnya kabur-kaburan. Ibaratnya belajar lima menit beristirahat lima jam. Permasalahan pada anak muda ada pada stress coping. Jelasnya, konsep ini kita stres akan bingung harus melakukan apa. Konsep tersebut dibagi menjadi dua yaitu emotion focus coping dan problem focus coping.
Emotion focused coping adalah disaat stres, mereka lebih condong untuk menenangkan diri. problem focused coping adalah dengan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Contoh dari kedua tersebut adalah ada dua orang yang mempunyai coping stress yang berbeda. Saat mengerjakan tugas dari dosen yang super killer dan tugas yang diberikan sangatlah susah, emotion focused coping biasanya harus bersantai dahulu seperti jalan-jalan, membeli makanan, sampai sekadar tarik napas.
ADVERTISEMENT
Kekurangan dari emotion focused coping adalah dilihat dari cost yang ada. Apakah keuangan kamu cukup atau tidak. Jika keuangan tidak mencukupi tetapi tetap memaksakan akan menjadi bencana bagi diri kita sendiri. Derajat orang memang berbeda, ada cara mudahnya dengan kabur sejenak untuk menenangkan diri
Selanjutnya dari problem focused coping adalah lebih fokus dalam menyelesaikan masalahnya. Misalnya, mahasiswa yang mendapatkan nilai rendah akan mencari permasalahannya. Setelah menemukan permasalahan akan digali lebih jauh untuk menemukan kebenarannya.
Ilustrasi anak muda healing. Foto: frantic00/Shutterstock
Maka dari itu, jika kalian mempunyai permasalahan bisa dilakukan pada problem focused coping di mana kita belajar bagaimana menyelesaikan masalah kita seperti mengikuti webinar, lebih rajin dalam belajar, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak semuanya bisa diselesaikan dengan problem focused coping dan harus melakukan healing.
ADVERTISEMENT
Self reward sesungguhnya adalah di mana kita benar-benar bisa menyelesaikan target yang kita kerjakan, misalnya sudah menyelesaikan ujian akhir semester dan mendapatkan nilai yang sudah ditargetkan.
Self reward juga bisa menghargai diri kita atas pencapaian yang kita miliki, bukan hanya sekadar stres saja lalu kabur. Self reward yang hanya mengandalkan stres akan menjadi kita tambah malas untuk bekerja dan susah untuk beraktifitas. Maka dari itu akan bisa membuat bencana bagi diri kita sendiri.
Kesimpulannya, self reward yang baik adalah kita benar-benar bisa menguatkan diri kita terhadap target yang positif dan bisa menyelesaikan dengan baik. Jika standar tersebut bisa ditetapkan akan jauh lebih bahagia daripada hanya healing untuk bolos. Akan tetapi, jangan memaksakan juga bila ekonomi tak cukup. Berilah self reward sesuai budget kita untuk menghargai diri sendiri.
ADVERTISEMENT