Duet Maut di Shumaisi

Faiz nug
belajar menulis
Konten dari Pengguna
20 November 2020 7:05 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faiz nug tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lelaki itu tengah tegang menyiapkan dirinya. Berpakaian surjan, ia tengah komat-kamit menghafalkan lirik lagu campur sari Pamer Bojo. Tidak beberapa lama, ia menuju panggung, menyanyi dengan sangat luwes. Almarhum Didi Kempot, seperti tampil live di ruangan tersebut. Pertunjukan kecil menyambut Bapak Konsul Jenderal Republik Indonesia yang baru.
ADVERTISEMENT
Ketegangan telah hilang dari sosok lelaki tersebut. Tidak ada yang menyangka lelaki ini kelahiran Madura, tetapi sangat fasih berbahasa Jawa. Ia terkenal cerdik dan fasih berbagai bahasa daerah. Nama lelaki itu Talab.
Sehari-hari Talab bersama rekan sejawatnya Haris bekerja sebagai penghubung Indonesia di Kantor Deportasi Shumaisi di Jeddah. Haris lulusan dari al-Azhar, perguruan tinggi ternama di Mesir. Kemampuannya berbahasa Arab dan pengenalannya mengenai budaya Timur Tengah membantunya berkomunikasi dengan petugas di Shumaisi. Di kantor tersebut, mereka berdua memproses warga negara Indonesia yang tertangkap melakukan pelanggaran Imigrasi Arab Saudi, dari pendataan hingga proses pemulangan ke Indonesia.
Kami mencoba menghubungi kembali duet maut tersebut via virtual.
Dokumen Pribadi Talab
Setiap hari mereka menempuh perjalanan dengan total waktu dua jam pulang balik dari KJRI Jeddah ke Kantor Shumaisi. Rutinitas mereka dimulai dengan melakukan pendataan Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru saja ditangkap dalam waktu kurang dari 24 jam. Mereka menemui WNI tersebut, melakukan pendataan dan informasi yang diperlukan untuk penerbitan dokumen kepulangan. Pekerjaan ini sangat menantang, mengingat beberapa WNI tidak mudah untuk diwawancarai. Beberapa memilih menutup diri. WNI yang lain tidak bisa berbahasa Indonesia dan lebih lancar berbahasa Arab, dikarenakan telah tinggal di Arab Saudi lebih dari lima atau sepuluh tahun dan terputus kontak dengan keluarga.
ADVERTISEMENT
Tantangan ini tentunya menebalkan kesabaran pada Haris dan Talab. Sifat ini penting sekali dikarenakan informasi biodata WNI berguna untuk mencocokkan dokumen dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Saudi. Apabila data sudah sesuai antara kedua Pemerintah, tentunya dokumen untuk proses kepulangan dapat mudah diterbitkan. Kombinasi duet maut ini sangatlah efektif, Talab yang memahami banyak bahasa daerah di Indonesia mampu mendekati WNI, mengambil hati,, menggali informasi, dan cepat menangkap informasi yang beredar. Haris sangat efektif mendekati petugas lapangan maupun pejabat tinggi di Shumaisi. Tentunya mereka juga mengembangkan jejaring dengan petugas dari konsulat lain.
Selain pendataan, mereka melakukan tugas penting lainnya, membantu proses kepulangan bagi WNI yang sakit. Apabila kita ikuti di beberapa ulasan media mengenai WNI di Jeddah, pemberitaannya penuh dengan informasi pemulangan WNI yang sakit, dan tidak semua media memberitakan peran penting duet ini. Keduanya cukup cerdik menjalin hubungan dekat dengan level teknis di lapangan dan melakukan berbagai improvisasi di lapangan. Tidak semua WNI sakit dengan mudah dapat diloloskan dan memperoleh otorisasi untuk dapat dipulangkan, sehingga peran kedekatan keduanya dengan petugas yang menangani dan mereview sakit wni tersebut sangatlah vital.
ADVERTISEMENT
Duet ini berkoordinasi dengan Pelaksana Fungsi Konsuler, Staf Teknis Ketenagakerjaan, Staf Teknis Imigrasi KJRI Jeddah dalam pelaksanaan tugas mereka. Setiap WNI yang didata dilaporkan dengan baik sebagai pertanggungjawaban administrasi. Bisa dibilang, dari semua staf KJRI Jeddah, keduanya bertugas di tempat yang paling jauh dan peraturan kantor menuntut mereka tetap disiplin dalam mematuhi ketentuan administrasi.
Bulan puasa dan musim haji merupakan tantangan terberat. Jumlah WNI yang ditangkap bisa dua hingga tiga kali lipat dari jumlah biasa. Pada musim haji, dari hasil wawancara, dapat diketahui WNI yang tertangkap di kantor Shumaisi dan mengaku sebagai korban penipuan dari oknum tertentu. Mereka diminta membayar dalam sejumlah uang yang sangat besar dan tidak memperoleh visa haji, sehingga diberangkatkan dengan visa kerja, visa kunjungan yang melanggar ketentuan. Mirisnya, beberapa dari mereka bahkan tertangkap sebelum mengerjakan haji.
ADVERTISEMENT
Hampir setiap tahun, petugas kantor Shumaisi akan menghubungi mereka berdua. Razia kepolisian telah menangkap satu kelompok rombongan jemaah haji unprosedural yang melanggar ketentuan Saudi. Mereka bergegas ke kantor Shumaisi untuk memperoleh data secepatnya dan melaporkan kepada kantor agar segera diperoleh informasi yang akurat.
Selanjutnya mereka menyiapkan dokumen yang diperlukan, mengatur jadwal penerbangan dengan pihak Shumaisi. Tak jarang mereka harus bekerja hingga larut malam dan bekerja hingga masa wukuf di Arafah, mengingat jumlah WNI yang tertangkap mencapai ribuan. Di sisi lain, terkadang mereka harus mengerjakan tugas piket bandara ketika Musim Haji, karena posisi staf yang terbatas. Ketika ditanya apa yang membuat mereka tetap semangat ketika mengerjakan pekerjaan di musim haji, mereka menjawab ketika shelter untuk WNI di Shumaisi sudah mulai kosong dan tidak berpenghuni. Itu berarti saudara mereka setanah air telah pulang dan kembali ke Indonesia dengan selamat. Sedih terkadang memikirkan beberapa mereka tertangkap dan impian sehidup semati mereka dari tanah air belum terwujud. Sujud di depan Ka'bah.
dokumen pribadi
Selain pekerjaan, Haris dan Talab tentunya memiliki keluarga yang membutuhkan waktu dan perhatian. Haris menetap bersama keluarganya di Jeddah, sedangkan keluarga Talab di Indonesia. Di penghujung telepon, ketika ditanya apa cita-cita keduanya
ADVERTISEMENT
“Kami ingin haji Mas.” Jawab mereka sederhana.