Con te Partiro Bola!

Fajar Widi
Mantan wartawan yang jatuh cinta pada bisnis/ marketing. Pernah viral di internet karena mahar nikah 1 Bitcoin.
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2018 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu lagi media legendaris yang terkena dampak disrupsi media. Titi kala mangsa. Con te Partiro, Bola!
Dalam bahasa Italia, Con te Partiro berarti Time to Say Goodbye. Bagi Millenials tua pasti pernah dengar lagu yang dipopulerkan Andrea Boceli dan Sarah Brightman tersebut. Lagu ini sangat emosional dan menyayat hati. Mendeskripsikan sebuah perpisahan, harapan, dan rasa terima kasih.
ADVERTISEMENT
Begitu juga ketika saya membaca judul artikel pagi ini:
:')
Saya merasa sedih namun bahagia. Sedih karena setelah Tabloid Soccer yang ‘tenggelam’ per 11 Oktober 2014 dan Harian BOLA yang hilang dari peredaran sejak 1 November 2015, kali ini giliran Tabloid BOLA yang pamit.
Bahagia karena Tabloid BOLA membawa kenangan indah di masa-masa kecil saya.
Bagi pecinta olahraga, siapa tidak ingat poster ini:
Poster yang tayang dalam rubrik OLE ini mungkin masih ada di rumah lama saya di Jogja. Ini adalah poster gol indah Widodo Cahyono Putro (Wiwid) --namanya seperti nama saya ketika kecil, ke gawang Kuwait dalam fase grup Piala Asia 1996.
Lewat poster tendangan salto yang diabadikan oleh fotografer yang saya nggak tahu namanya. Tapi poster ini menjadi awal kesukaan saya akan membaca berita olahraga.
ADVERTISEMENT
Saya masih ingat betul Bola memiliki rubrik OLE, OLE NASIONAL, ataupun OLE INTERNASIONAL. Tulisan deskriptif yang panjang memang tidak terlalu menarik buat saya. Namun foto-foto yang ada di rubrik tersebut seolah menghidupkan kecintaan saya pada ...Basket.
Loh kok basket? bukannya bola?
Entah kenapa dari dulu saya paling tidak bisa main sepak bola, tapi senang membaca berita sepak bola. Ya mungkin saya tidak berbakat di bola. Tapi waktu kecil saya jago main basket. Saya memang terlahir sebagai shooter kala itu. Dan yang mewarnai kecintaan saya akan gegap gempita NBA hanyalah berita-berita basket yang porsinya lebih sedikit dari berita sepak bola.
Mungkin karena di jaman itu internet belum ada. Jadi praktis asupan informasi soal NBA hanya saya dapatkan dari Tabloid BOLA. Hingga menginjak kelas SD saya menjadi satu-satunya "NBA expert" di kelas.
ADVERTISEMENT
Saya koleksi kartu basket Panini, saya gunting-gunting foto Grant Hill, Kobe Bryant yang masih imut, Dikembe Mutombo, hingga poster triangle offense masa kejayaan Chicago Bulls. Foto-foto itu saya tempel di dinding kamar.
Saya masih ingat betul ketika Jumat pagi tiba, selepas bangun tidur yang saya cari adalah Tabloid Bola terbaru. Kebetulan ibu saya yang pegawai negeri dapat jatah langganan Tabloid Bola dari kantornya.
Dua puluh enam tahun kemudian.
Jaman sudah berubah. Perusahaan jasa transportasi tergerus perusahaan aplikasi. Pasar tradisional dan mall tergerus e-commerce. Pundi-pundi bisnis kapitalis untuk keuntungan pribadi tergerus economic sharing. Perusahaan remitance tergerus blockchain. Media cetak tergerus online.
Ya mungkin inilah yang saya sebut 'Titi Kala Mangsa'.
ADVERTISEMENT
Lugasnya industri media cetak sangat boleh terkonversi menjadi online dengan segala turunannya. Itu fakta pasar dan logika bisnis yang harus dijalani demi kelangsungan hidup.
Sebelumnya Soccer. Beberapa bulan lalu Bernas. Sekarang Bola.
Gelombang-gelombang kecil disrupsi media ini makin membuat saya bersemangat untuk terus mempelajari bisnis media ke depannya. Saya dulu mungkin cuma anak SD yang suka baca BOLA. Sekarang tugas besar ada di pusaran industri ini.
Terima kasih, Bola
Con te Partiro!