Pembusukan Filsafat di Ruang Publik

Fajar Widi
Mantan wartawan yang jatuh cinta pada bisnis/ marketing. Pernah viral di internet karena mahar nikah 1 Bitcoin.
Konten dari Pengguna
13 Februari 2019 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi-ist
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi-ist
ADVERTISEMENT
Seruan untuk mencegah pembusukan filsafat terjadi sudah hampir 2.500 tahun lalu. Dikumandangkan oleh Socrates dalam dialog Plato, Apology.
ADVERTISEMENT
Kini seolah timeline Facebook saya kembali ramai dengan "jagoan-jagoan filsafat" yang tiba-tiba muncul. Pagi ini, grup WhatsApp (WA) saya pun ramai oleh perayaan seruan pembusukan filsafat di ruang publik. Maksudnya apa, nih?
Belakangan ini, pembusukan filsafat kembali muncul, paling tidak dalam dua bentuk. Pertama, filsafat digunakan untuk menjustifikasi kepentingan politik tertentu, tanpa konfrontasi apakah hal tersebut menyumbang pada telos setiap politi, yaitu kohabitasi yang berkedamaian dan bonum communae.
Kedua, filsafat 'dilacurkan' sebagai alat untuk tujuan subsistens semata dan bukan lagi sebagai sebuah art of thinking, sebagaimana menjadi praktik para filsuf Yunani kuno.
Saya kadang pun juga bingung dengan debat yang terjadi pada sebuah TV swasta. Ada banyak orang-orang yang tak lagi muda, yang seharusnya bertambah bijak saat menua. Orang-orang itu--enggak perlu disebut namanya lah ya--tampil di panggung industri TV dengan opini-opini yang--awalnya--saya pikir mencerahkan.
ADVERTISEMENT
Bagi manusia-manusia yang berpikir, jelas sudah ketebak ke mana arah dan tujuan para "filusuf TV" tersebut. Bagi manusia-manusia yang tidak berpikir, mereka sangat mudah terbuai dengan pemikiran-pemikiran kritis para "Sofis" tersebut.
Mereka selalu berusaha memengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung. Mirip tayangan di bawah ini.
Berdasar surat edaran yang saya terima, pengebawahan akal sehat tampak dari berbagai praktik sofisme atau kelihaian bersilat lidah [Istilah Sofis (Yunani: σοφιστής)] mengacu kepada para guru atau penulis pada zaman Yunani Kuno yang berbicara mengenai berbagai tema dengan bermodalkan kemampuan bersilat lidah dan argumentasi yang manipulatif.
ADVERTISEMENT
Tujuan seorang Sofis adalah untuk memperoleh bayaran dari pihak yang menggunakannya, dan bukan agar pendengarnya memperoleh pengetahuan yang benar, penyampaian kabar bohong [disinformasi], serta ujaran kebencian.
Tidak hanya dalam politik, praktik-praktik serupa membahana lewat publikasi media-media massa dan percakapan media sosial. Alih-alih mendorong diskursus publik berdasarkan hikmat kebijaksanaan, sebagian pihak malah membajak ruang publik demi menegaskan demarkasi permusuhan kawan dan lawan.
ADVERTISEMENT