Ragnarok Eternal Love: Dendam Masa Kecil yang Belum Tuntas

Fajar Widi
Mantan wartawan yang jatuh cinta pada bisnis/ marketing. Pernah viral di internet karena mahar nikah 1 Bitcoin.
Konten dari Pengguna
10 November 2018 19:22 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda memiliki impian masa kecil namun terkendala suatu hal? Itulah yang terjadi pada saya sekitar 17 tahun lalu. Waktu itu, saya adalah gamer warnet yang menghabiskan waktu 50 persen bermain game.
Salah satu game yang hampir membuat saya tidak naik kelas adalah: Ragnarok Online!
ADVERTISEMENT
Saat itu mungkin terasa lucu. Saya menghabiskan waktu sehari minimal 2 jam sepulang sekolah untuk sekedar menaikan level Ragnarok. Tak jarang, kalau saya lagi malas sekolah saya pun membolos demi bisa naikin level karakter saya.
Oiya, waktu itu semua karakter Ragnarok pernah saya coba. Knight, Assasin, Hunter, Priest, sampai Blacksmith. Itu semua sebelum kedatangan Job 3.
Zaman itu masih zaman internet. Belum zaman internet mobile. Maksudnya, akses internet tidak seluas sekarang.
Alhasil, saya harus jauh-jauh datang ke warnet kalau mau main Ragnarok. Sejam warnet di Jogja menghabiskan kocek sekitar Rp 2.000,-. Kalau happy hour bisa sampai Rp 1.000,-.
Dalam seminggu, saya pun harus rela menabung tidak jajan saat SMA untuk bisa bermain Ragnarok Online di malam Minggu dari sore hingga Minggu pagi. Biasanya saya menginap di warnet (alasannya ke orang tua, menginap di rumah teman).
ADVERTISEMENT
Ragnarok Online: Petualangan, Sahabat, dan Cinta
Nah, Ragnarok adalah pembuktikan eksistensi saya pada komunitas. Game ini cukup unik. Datang pada saat game online menjamur di Indonesia. Di sini, orang bisa main bersama, berbagi bersama, merasakan susahnya hnt monster level gede bareng-bareng dan sebagainya.
Pokoknya, waktu itu Ragnarok adalah tempat saya menemukan petualangan, sahabat, dan cinta. Ciee..
Tapi cintanya pun juga sebatas cinta virtual. Kalau malam Minggu, anak-anak SMA pada ngapelin pacarnya. Tidak dengan saya. Saya lebih memilih hangout bersama rekan-rekan guild Ragnarok di sekitar Glast Heim, Pyramid, atau Pulau Komodo.
Di situ, biasanya saya bantuin cewek-cewek untuk naik level. Sebagai gantinya, saya bisa ngobrol sampai lama sama cewek-cewek itu. Hati saya sudah senang karena sebagai anak IPS yang introvert, ego state saya yang agak antisosial bisa terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, karakter saya di Ragnarok adalah Knight tanker full VIT. Sebagai tank menurut saya keren banget kalau kita bisa GB-in (tahan badan ke monster orang lain yang mukul). Kita cuma senyum-senyum ngegodain orang yang kita bantu. Kalau mereka naik level, ada perasaan bangga juga bisa ikut ngebantu. Waktu itu, karakter saya khusus ngebantu cewek-cewek yang susah naik level.
Sampai saya tau bahwa saya dibohongi! Cewek-cewek yang saya bantu naik level ternyata adalah cewek berhode a.k.a cowok tulen. WTF!
Di Ragnarok, orang memang terhubung secara chatting. Video call belum ada waktu itu. Jadi, ya, saya percaya aja kalau ada yang pura-pura jadi cewek minta dibantu naik level. Itulah sekelumit kisah — cinta — yang sungguh pahit.
ADVERTISEMENT
Nasib cinta sang Knight pun kandas. Kalau sudah begini, saya biasa nonngkrong di Payon Selatan. Tempat paling gaul anak-anak Se-Payon.
Semua Salah Lyto!
Ragnarok Online adalah game yang gratis! Sampai pada suatu masa, Lyto (perusahaan distributor pemegang lisensi Ragnarok di Indonesia) memutuskan menerapkan bisnis model baru pada Ragnarok.
Semua pemain diharuskan membayar voucher jika ingin terus bermain Ragnarok. Satu bulan harga voucher-nya adalah Rp 60.000,-. Tersedia juga voucher harian dan mingguan.
Buat saya yang uang sakunya cuma Rp 5.000,- (seminggu), sungguh tak bisa diterima. Bagaimana mungkin total uang saku saya sebulan yang kalau dijumlah cuma Rp 20.000,- sebulan bisa main game keren ini.
Sungguh rasanya saya ingin mengumpat pada alam semesta. Cari duit dari mana? Akhirnya waktu SMA saya sempat ngamen agar bisa tetap bermain Ragnarok Online. Tapi hasilnya pun tak sesuai harapan. Cuma bisa buat main dua jam. Dapat apa leveling dua jam untuk level di atas 80?
ADVERTISEMENT
Rasa sakit hati saya makin menjadi tatkala teman-teman satu guild sudah pada keren-keren levelnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak orang kaya sih ya. Jadi rada enggak mikir uang segitu.
Karena itu pula saya di-kick dari guild saya karena jarang online. Saya sedih. Hati saya hancur. Apa boleh dikata, saya tidak bisa melanjutkan hidup game Ragnarok online karena terkendala biaya.
Pensiun pun menjadi pilihan saya. Saya berikan beberapa item ke teman. Saya titip mereka. Tolong dirawat baik-baik item-item wasiat ini. Saya mau pensiun. Sedih rasanya kalau ingat masa kecil dulu. Terima kasih, Ragnarok. Akhirnya, kita harus berpisah bersama dengan kehidupan SMA saya yang segera beralih fungsi menjadi mahasiswa.
17 Tahun Kemudian
ADVERTISEMENT
Waktu berjalan cepat. Sekolah, kuliah, kerja, dan menikah. Tiba-tiba saya sudah berkarier di Jakarta. Punya rumah di Depok. Punya istri cantik yang bisa menerima hobi game suaminya. Life is beautiful.
Sampai suatu pagi, saya menemukan notifikasi game untuk menginstal Ragnarok Mobile Eternal Love!
Wah, ini nih, bagian masa kecil saya yang hilang. Bagi saya, Ragnarok Online serasa hadir kembali dalam format mobile game yang dikemas cukup apik. Saya langung baca-baca review-nya, menunggu masa open beta dan ingin langsung mencobanya.
Tujuan saya satu: Balas dendam kepada mereka-mereka yang dulu menyingkirkan karakter saya. Bahkan saya tidak tahu apakah mereka (teman-teman semasa Ragnarok Online) masih hidup atau tidak.
Saya seolah ingin membalas dendam masa kecil. Saya punya kehidupan indah bersama Ragnarok Online namaun terkendala biaya.
ADVERTISEMENT
Sekarang semua berbeda. Kalau cuma cari 1 Juta Zeny (mata uang Ragnarok) sehari saja gampang. Terlebih sekarang bot adalah legal.
Alhasil, saya pun membuat grand plan baru terkait karakter Ragnarok. Misi saya cuma satu. Level up! Sebagai anak startup, saya menilai Nortstar Metrics Ragnarok adalah leveling.
Dan Hunter adalah karakter baru yang saya pilih! Karena ambisi ini, saya pun menjadi Hunter (level 40) hanya dalam waktu dua hari saja. Semua teman saya kaget. Well, hat’s a new me!
Add my id: jarviz — DPS Hunter!
Kenapa saya memilih jalan hidup seorang Hunter? Sabar, nanti saya ceritakan. Bersambug ke tulisan berikutnya, ya.