Bangkit dari Pandemi

Faozan Amar
Mengajar, berbisnis, berorganisasi, dan kadang menulis. Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah | Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2021 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faozan Amar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pandemi COVID-19. Foto: LEHTIKUVA/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pandemi COVID-19. Foto: LEHTIKUVA/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang berlangsung lebih dari satu tahun telah meluluhlantakkan hampir berbagai sektor kehidupan manusia. Mulai dari ibadah, politik, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, pertahanan, dan keamanan. Sehingga kehidupan manusia tidak bisa berjalan normal sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Apalagi ancaman terjadinya badai tsunami wabah virus corona gelombang kedua seperti di India, masih terus menghantui kehidupan manusia di berbagai belahan dunia, termasuk di tanah air. Sehingga perlu kehati-hatian, kewaspadaan, dan kerja keras bersama seluruh komponen bangsa untuk menghadapinya.
Dampak pandemi COVID-19 pada sektor ekonomi antara lain terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), terjadinya PMI Manufacturing Indonesia, penurunan impor, peningkatan harga (inflasi) barang dan jasa, serta terjadi juga kerugian pada hampir semua sektor industri pariwisata yang menyebabkan terjadinya penurunan okupansi.
Akibat dari pandemi COVID-19 ini juga berdampak pada perekonomian global. Tiongkok merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke dua di dunia. Terjadi perlambatan ekonomi di Tiongkok akibat dari dampak COVID-19 ini, pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi di Tiongkok sebesar 6,1% menjadi sekitar 3,8% pada 2020 ini.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp56,9 Juta atau US$3.911,7 juga mengalami penurunan. Tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019.
Berbagai lembaga riset kredibel di dunia telah memprediksi dampak-dampak negatif ekonomi secara global yang akan mencekam dunia. Ekonomi dunia di tahun 2020 tidak jauh dari diprediksi JP Morgan yang hanya mencapai -1,1%. Kemudian, ekonomi dunia diprediksi mencapai - 2,2% oleh EIU, -1,9% diprediksi oleh Fitch EIU memprediksi minus 2,2%, Fitch, serta -3% diprediksi oleh IMF. Prediksi-prediksi ekonomi ini sangat mengkhawatirkan masyarakat di dunia (Iskandar et al, 2020) yang faktanya bahkan lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi wabah pandemi yang entah sampai kapan akan berakhir. Upaya preventif melalui kampanye penerapan protokol kesehatan gencar dilakukan, termasuk regulasi dan kebijakan yang mengaturnya seperti pembatasan jumlah pekerja hanya 50-75% pekerja (work from home), pembatasan jam buka operasional, bahkan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Mikro, pembelajaran jarak jauh, vaksinasi, peniadaan mudik lebaran, dan lain sebagainya.
Sedangkan upaya kuratif dilakukan dengan penyediaan fasilitas dan sarana kesehatan bagi yang terpapar COVID-19, bantuan sosial bagi yang terdampak, bantuan kuota belajar bagi guru, dosen, mahasiswa dan pelajar, bantuan modal usaha, pembebasan pajak untuk kendaraan, dan lain-lain. Semuanya bermuara pada meningkatnya kesejahteraan rakyat.
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi, Pemerintah membentuk tim percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Bermacam stimulus dan relaksasi dikeluarkan untuk mengurangi beban pengusaha agar tetap roda usahanya tetap berputar, seperti keringanan pengembalian pinjaman pokok dan bunga, keringanan cicilan kendaraan bermotor untuk pelaku UMKM, termasuk cicilan kredit perumahan. Bahkan pemerintah memberikan subsidi listrik gratis kepada masyarakat dengan pelanggan 450V dan diskon 50% kepada pelanggan 900V.
ADVERTISEMENT
Dengan ekonomi yang mulai bergairah, diiringi konsumsi rumah tangga yang mulai membaik dan penyerapan tenaga kerja yang semakin meningkat, pertumbuhan ekonomi akan membaik. Yang sangat diharapkan adalah pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 mengarah ke positif sebagai daya dorong untuk pertumbuhan ekonomi kuartal selanjutnya yang semakin menguat, sehingga target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 pada kisaran 4,5%-5,5% dapat terealisasi.
Namun, pencapaian target pemulihan ekonomi nasional akan kembali kepada tingkat kesadaran seluruh masyarakat. Yakni dengan semangat kebersamaan, gotong royong, kolaborasi dan sinergi untuk menyukseskan vaksinasi COVID-19 dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Sehingga ikhtiar untuk mengatasi wabah COVID-19 dapat berhasil walaupun bukan hal yang mudah karena banyak tantangan yang dihadapi.
Momentum Hari Kebangkitan Nasional ke 113 tahun ini, harus kita jadikan sarana untuk bangkit dari Pandemi COVID-19. Kita harus optimis, bergerak dan berjuang bersama untuk kejayaan bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan pendapat ketua DPR RI, Puan Maharani, bahwa “Hari Kebangkitan Nasional harus jadi pengingat bahwa kita adalah bangsa yang optimis, bangsa yang mampu keluar dari berbagai ujian, dan sejarah telah membuktikan itu,”.
ADVERTISEMENT
Jadi mari kita jadikan momentum Hari Kebangkitan Nasional untuk bangkit dari wabah pandemi COVID-19. Dengan semangat gotong-royong dan kolaborasi seluruh komponen bangsa, kita optimis bisa wabah ini secara bersama-sama. Tetap optimis dan patuhi protokol Kesehatan. Wallahualam.
Faozan Amar, Dosen FEB UHAMKA dan Direktur Eksekutif Al Wasath Institute