Glenmore, Kecamatan di Banyuwangi Beraroma Kompeni

Fareh Hariyanto
Manusia yang sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi
Konten dari Pengguna
1 Mei 2020 1:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fareh Hariyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berwisata ke Banyuwangi dengan Selamat
zoom-in-whitePerbesar
Berwisata ke Banyuwangi dengan Selamat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto di atas tak sekedar pemanis tulisan ini, kedua wanita dalam foto itu merupakan sahabat karib saya, teman seperjuangan dan seperantauan. Juga bisa dibilang saudara se-roudhoah Galon air minum kemasan di Unit Kegiatan Mahasiswa waktu di Semarang. Keduanya jadi korban spoiler saya hingga nekat menginjaan kaki ke desa saya di ujung timur pulau Jawa. ~Berikut ceritanya,
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Bumi Blambangan tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Kecamatan Glenmore Banyuwangi. Betul Glenmore, satu kecamatan di Banyuwangi yang memiliki luasan wilayah terbilang besar, besar bukan karena warganya tapi lantaran luasan daerah yang terdiri dari hamparan kebun tebu, kakao dan karet serta deretan perbukitan yang berbaris rapi, macam gigi gerigi milik sitha dewi
Glenmore kalau di bandingkan dengan kecamatan lain tentu bakal berbeda, hal ini tidak hanya dari segi pengucapan atau penulisan kata “Glenmore” yang masih cukup asing bagi sebagian orang. Tapi isi dari wilayah Glenmore khususnya kawasan perkebunan juga menyimpan banyak artefak bersejarah peninggalan penjajah di zaman kolonial dulu.
Jika di kecamatan lain di Banyuwangi masih biasa dengan nama-nama yang mainstreeam ditelinga kita tidak bagi Glenmore tentunya. Sebab kecamatan lain tetap sama saja, ada Kalibaru kecamatan di barat Glenmore, atau Kecamatan Genteng yang tepat di timurnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di sisi selatan ada Kecamatan Siliragung dan Pesanggaran yang notabene juga memiliki citra yang sama dengan kecamatan di Kabupaten lain. Saya yang tinggal di Glenmore kadang cukup bangga lantaran nama yang kedengerannya kebarat-baratan meski ya mayoritas warganya diisi mayoritas orang madura. Treetan kebbbih denak reh...
Meski kata Glenmore tidak berasal dari Bahasa Belanda, namun lahirnya kecamatan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan Belanda. Di masa Kolonial itualah sejarah Glenmore dimulai, tepat pada tahun 1906 saat pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan mengundang sejumlah investor Eropa untuk membuka perkebunan di wilayah Banyuwangi.
Nah kala itu pengusaha Eropa pun datang ke Banyuwangi. Salah satunya adalah Ros Taylor dari Skotlandia. Ia membeli lahan di sebelah selatan lereng Gunung Raung seluas 163.800 hektare dari pemerintah Belanda. Lalu pada 2 Februari 1910, Ros Taylor memulai kegiatan usaha perkebunannya. Untuk menunjang kegiatan bisnisnya dia juga membangun, Glenmore Estate. (Arif Firman:2019)
ADVERTISEMENT
Konon, nama Glenmore yang di pakai Ros Taylor tersebutlah yang digunakan hingga saat ini. Alasanya ialah saat Ros datang dan melihat kontur wilayah kebun yang ia beli berbukit-bukit sehingga jadilah Glenmore, dalam Bahasa Skotlandia 'glen' berarti bukit, sedangkan 'more' itu banyak.
Aroma kompeni paling mencolok dimiliki oleh Kecamatan Glenmore ialah penggunaan nama Afdeling untuk penyebutan satu kampung yang ada di perkebunan. Jika menilik sejarahnya, Afdeling merupakan bahasa Belanda yang berarti sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten.
Administratornya dipegang oleh seorang asisten residen. Nah, Afdeling ini pada masa lampau merupakan bagian dari suatu karesidenan. Suatu Afdeling dapat terdiri dari beberapa onderafdeling setingkat kawedanan yang diperintah seorang wedana dari Bangsa Belanda yang disebut controleur dan landschap yang dikepalai oleh seorang bumiputera yang disebut hoofd.
ADVERTISEMENT
Namun di bidang perkebunan Afdeling merupakan pembagian administratif dari suatu kebun. Nah, walau istilah yang Kemblanda (red. kancane keminggris) tapi cukup fasih dan mahfum ditemui di wilayah Glenmore Banyuwangi serta diucapkan dalam pola-pola akulturasi bahasa Jawa, Madura dan Belanda. Kerennn tohh gaesss...
Tidak hanya nama yang beraroma kompeni gaes, kalian kalau main ke setiap Afdeling yang ada di Glenmore Banyuwangi utamanya di Desa Karangharjo Kebun Kalirejo dan Kendenglembu. Maka, pemandangan rumahnya akan membawamu dari alam yang telah lalu, untuk menyusun kembali gerak tubuh dalam imajinasimu. Menyusun kembali senyuman dalam kelopak matamu. Atau sekadar menjelmakan angin menjadi suara yang tak berdesir di masa lalu.... Eyaa..
Sangking jadulnya bangunan yang ada di tiap Afdeling, membuat tidak sedikit sineas Indonesia yang memilih lanscape di Glenmore untuk pembuatan film. Sebut saja Film Kafir di awal Agustus 2018, Banyak scene yang mengambil rumah-rumah di Afdeling Pegundangan dan Kaliputih untuk mendapatkan value yang beda.
ADVERTISEMENT
Gimana kagak beda coba, meski usia bangunan sudah ratusan tahun. Tapi hingga saat ini masih kokoh dan kuat berdiri, sehingga masih laik ajalah ditempati oleh warga perkebunan sendiri hingga saat ini. Enggak bisa bayangin waktu pembangunan dulu itu kira-kira matrialnya diangkut pake apa. Lhaa wong jalan antar Afdeling jauhnya summa-summa naudzubillah.
Sebab meski tidak tinggal secara nomaden, namun masyarak di perkebunan Glenmore tinggal secara terpencar. Sehingga hampir ditemui jarak disetiap Afdeling yang berisi puluhan KK dipisahkan oleh perkebunan, baik kebun tebu, karet maupun kakao. Yaa jadi jangan heran kalau mbah-mbah saya disini kuat sekali jalan kaki. Secara sejak muda sudah ditempa oleh alam perkebunan yang mahaaa sannntuy..
Selain nama, bangunan dan rumah, sisa jejak kolonial Belanda juga terlihat dari adanya bentuk irigasi yang cukup brilian menurut saya. Ditengah indutri persanyoan (Red. Pompa Air) belum dikuasai industri dari Jepang.
ADVERTISEMENT
Masa kolonial justru sudaaah memanfaatakan sumber mata air pegunungan tanpa bantuan sii Sanyo untuk mengalirkan air hingga ke rumah-rumah. Lokasinya ada di Afdeling Rejosari yang notabene berada di bawah bukit, sehingga pasokan air alam yang infrastruknya dibagun saat zaman kolonial masih berfungsi hingga saat ini.
Jadi, tidak salahlah setelah pandemi Covid-19 kalian main ke Glenmore Banyuwangu, kecamatan di Banyuwangi dengan segudang peninggalan Kompeni. ~tabiiiikkkkkkk.