Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
FOMO: Fenomena Sosial Budaya di Era Digital Gen Z
7 Desember 2024 20:33 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Faris Putra Rinaldy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam era digital yang saling terhubung, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu isu sosial yang banyak dirasakan oleh generasi Z. FOMO menggambarkan perasaan cemas dan takut kehilangan kesempatan atau pengalaman yang sedang berlangsung, terutama yang terlihat di media sosial. Di kalangan anak muda, FOMO bukan hanya sekadar perasaan pribadi, tetapi juga mencerminkan konflik sosial budaya yang lebih luas, di mana nilai-nilai tradisional dan modern saling berbenturan.
ADVERTISEMENT
FOMO dan Keterkaitan dengan Ketegangan Sosial Budaya
FOMO pada dasarnya berakar dari interaksi intens antara individu dengan dunia maya yang terus berkembang, terutama melalui platform media sosial. Generasi Z, yang tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi, memiliki cara pandang yang berbeda tentang hubungan sosial dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi yang lebih tua sering kali menilai hubungan sosial berdasarkan interaksi langsung, sementara Gen Z lebih sering berinteraksi secara virtual. Ketegangan ini muncul ketika nilai-nilai yang lebih tradisional bertabrakan dengan norma-norma baru yang berkembang di kalangan anak muda.
FOMO memunculkan ketidaknyamanan bagi mereka yang merasa "tertinggal" karena tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial atau pengalaman yang terlihat menggiurkan di media sosial. Dalam banyak kasus, ini memperburuk jarak antara generasi yang menganggap bahwa aktivitas digital adalah bagian alami dari kehidupan sosial, dan mereka yang masih memegang erat nilai-nilai sosial tradisional yang lebih mengutamakan interaksi fisik dan langsung.
ADVERTISEMENT
Dampak FOMO terhadap Kesehatan Mental Generasi Z
Salah satu dampak signifikan dari FOMO adalah pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Generasi Z sering kali mengalami perasaan cemas, rendah diri, dan terisolasi karena membandingkan diri mereka dengan orang lain yang tampaknya memiliki kehidupan yang lebih menarik atau lebih sukses. Media sosial yang dipenuhi dengan gambaran kehidupan ideal sering kali memperburuk kecemasan ini. Dalam konteks sosial budaya yang lebih luas, fenomena ini menunjukkan bagaimana standar sosial yang dibentuk oleh media dapat menciptakan ketidakseimbangan, di mana seseorang merasa tidak cukup baik atau "tertinggal" jika tidak mengikuti tren yang sedang populer.
Dari perspektif sosial budaya, hal ini menggambarkan bagaimana media sosial menciptakan realitas alternatif yang tidak selalu mencerminkan kondisi kehidupan nyata. Gen Z, yang memiliki kecenderungan untuk mengadopsi kehidupan virtual sebagai bagian dari identitas mereka, sering kali merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi sosial yang dibangun di platform digital. Ini mengarah pada masalah psikologis yang lebih dalam, seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
ADVERTISEMENT
Ketegangan Antargenerasi dalam Menghadapi FOMO
Salah satu aspek menarik dari FOMO adalah bagaimana fenomena ini menciptakan ketegangan antara generasi Z dan generasi yang lebih tua. Generasi yang lebih tua cenderung melihat media sosial sebagai sesuatu yang tidak begitu penting atau bahkan sebagai gangguan, sedangkan Gen Z menganggapnya sebagai bagian integral dari kehidupan sosial mereka. Dalam banyak kasus, generasi yang lebih tua sering kali tidak mengerti atau tidak memahami tekanan yang dialami oleh anak-anak muda dalam menghadapi standar sosial yang dibentuk oleh media sosial.
Ketegangan ini juga mencerminkan perbedaan nilai antara generasi. Generasi yang lebih tua, khususnya di pedesaan atau daerah yang lebih tradisional, sering kali menilai hubungan sosial melalui interaksi langsung, sementara Gen Z memandang interaksi digital sebagai cara untuk menghubungkan diri dengan dunia. Hal ini menimbulkan ketidaksepahaman dan bahkan konflik antar generasi, di mana orang tua atau masyarakat merasa khawatir akan isolasi sosial yang disebabkan oleh kecanduan teknologi, sementara Gen Z merasa tertekan karena tidak bisa sepenuhnya terlibat dalam aktivitas sosial jika tidak aktif di media sosial.
ADVERTISEMENT
Solusi dan Pendekatan Mengatasi FOMO dalam Konteks Sosial Budaya
Untuk mengatasi dampak FOMO dalam konteks sosial budaya, perlu ada pendekatan yang lebih terpadu, yang tidak hanya menyasar individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Salah satu langkah penting adalah melalui pendidikan yang menekankan pentingnya kesadaran diri dan penerimaan diri. Pendidikan yang mengajarkan keterampilan sosial yang kuat, yang tidak bergantung pada status online atau popularitas di media sosial, dapat membantu generasi muda untuk lebih memahami bahwa kehidupan nyata jauh lebih berharga daripada apa yang terlihat di dunia maya.
Selain itu, penting untuk mempromosikan kebijakan sosial yang mendukung keseimbangan antara kehidupan digital dan dunia nyata. Ini bisa melibatkan pengembangan program kesehatan mental di sekolah dan universitas, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kecanduan media sosial. Pemerintah dan masyarakat juga harus bekerja sama untuk mengurangi ketidaksetaraan akses terhadap teknologi dan memastikan bahwa tidak ada individu yang merasa terisolasi hanya karena ketidakmampuan untuk mengakses dunia digital.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Jadi, FOMO bukan hanya fenomena pribadi yang dialami oleh individu dalam generasi Z, tetapi juga sebuah refleksi dari ketegangan sosial budaya yang lebih besar yang timbul dari perbedaan pandangan antara generasi. Perbedaan cara pandang mengenai hubungan sosial, ketidaksetaraan akses teknologi, dan tekanan dari media sosial menggambarkan bagaimana FOMO berperan dalam membentuk dinamika sosial dan budaya kita. Dengan pendekatan yang tepat, baik dalam pendidikan maupun kebijakan sosial, kita dapat mengurangi dampak negatif FOMO dan membantu membangun masyarakat yang lebih terbuka dan seimbang secara sosial budaya.