Transformasi Pendidikan Itu Dimulai dari Guru Berkualitas

Fathin Robbani Sukmana
Penulis dan Pengamat Kebijakan Publik, Manajer Riset, Publikasi dan Media di Seknas LS-VINUS
Konten dari Pengguna
22 Juni 2023 17:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathin Robbani Sukmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir-akhir ini, di media sosial ramai seorang guru yang berkomentar terkait gaji mereka. Guru honorer tersebut mengatakan bahwa mereka hanya dibayar 300 ribu rupiah. Itu pun dibayarkan 6 bulan sekali serta mendapatkan potongan, mereka berkeyakinan bahwa menjadi seorang guru di Indonesia tidaklah mudah, dan berharap mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah.
ADVERTISEMENT
Persoalan pendapatan guru honorer memang selalu menjadi perbincangan. Belum lagi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) berencana akan menghapuskan status honorer dari seluruh lembaga negara.
Di sini, selain gaji dan “ancaman” hilangnya honorer, kemarin Mendikbud sempat menyampaikan akan membuat marketplace bagi guru PPPK agar memudahkan sekolah dalam mencari SDM yang tepat dan sesuai.
Sebetulnya, guru honorer sudah diprioritaskan untuk menjadi guru PPPK, namun tidak sedikit yang ternyata secara kualitas belum memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Lagi-lagi pengembangan guru harus terus dilakukan oleh Pemerintah.

Guru Penggerak Sebagai Salah Satu Solusi

Tidak dipungkiri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi (Kemendikbudristek) terus berinovasi dalam mengembangkan kualitas guru. Tidak hanya prajabatan, sertifikasi dan pelatihan saja. Namun juga melalui program Guru Penggerak yang sudah rutin dilakukan.
ADVERTISEMENT
Usaha dari Kemendikbudristek dalam memerhatikan kualitas dan pendapatan guru sudah sedikit membuahkan hasil meskipun masih banyak Pekerjaan Rumah yang harus dibenahi sehingga bisa hasil maksimal. Hal yang harus dibenahi di antaranya adalah memperluas jangkauan program guru penggerak, sehingga bisa menyentuh seluruh lapisan guru yang ada di Indonesia dan menjadi solusi persoalan guru honorer.
Saat ini, program guru penggerak sudah mencapai angkatan ke 8 yang diikuti oleh 11.730 guru (Kemendikbud). Total guru penggerak hingga saat ini 61.650 guru di 32 Provinsi di seluruh Indonesia, dan akan diproyeksikan mencapai 405.000 guru penggerak di 2024.
Namun, penyebaran belum maksimal ke seluruh pelosok Indonesia. Program guru penggerak harus bisa “berlari” agar guru honorer bisa menambah penghasilannya setidaknya sampai mereka diangkat menjadi PPPK.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang harus dibenahi berikutnya adalah rekrutmen guru penggerak yang bukan berdasarkan ujian namun minat dan bakat. Sehingga program guru penggerak bisa tepat sasaran pada guru yang memang memiliki minat dan bakat yang sesuai. Lalu, jika dilakukan sesuai minat dan bakat, pelatihan bisa dilakukan secara maksimal dan akan menghasilkan guru penggerak yang berkualitas. Setelah guru berkualitas, maka perlahan pendidikan pun akan menjadi berkualitas.
Selanjutnya, hal yang harus dibenahi dalam guru penggerak ini adalah pemerataan seleksi yang harus diawasi oleh pemerintah daerah sehingga kebutuhan guru di daerah tersebut bisa dipenuhi. Bukan hanya mendorong Guru honorer menjadi PPPK, namun bisa juga mendorong dan mengawasi guru honorer menjadi Guru Penggerak.
Terakhir, memaksimalkan Guru Penggerak sebagai agen perubahan pendidikan di tempat mengajar. Guru Penggerak harus berani mengambil langkah-langkah yang berdampak maksimal pada perubahan pendidikan serta juga mengawal program merdeka belajar. Program Guru Penggerak jika dilaksanakan maksimal bisa berdampak pada perubahan pendidikan serta juga membantu persoalan pendapatan guru yang selama ini belum diperhatikan secara maksimal.
ADVERTISEMENT

Transformasi Pendidikan Indonesia

Transformasi pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak adanya program merdeka belajar. Transformasi menurut Agus Salim (2002) merupakan penciptaan yang baru yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Hal ini juga bisa dimulai dari guru yang berkualitas, misalnya dengan adanya Program Guru Penggerak kualitas guru akan semakin meningkat. Namun harus dibarengi juga dengan minat dan bakat guru sehingga bisa sesuai dengan yang akan diajarkan kepada Siswa.
Kita bisa mencontoh Finlandia, negara tersebut merupakan negara yang pendidikannya terbaik di dunia menurut dari data PISA (Program for International Student Assessment). Dan ini bisa dicontoh oleh Indonesia.
Banyak yang bisa dicontoh dari sistem pendidikan di Finlandia, salah satunya adalah fokus dengan kualitas guru. Walau melalui tes yang ketat, tes berdasarkan minat dan bakat guru-guru di sana. Sehingga materi yang dilatih bisa diterima secara maksimal oleh guru.
ADVERTISEMENT
Dari sisi SDM tenaga pendidik, program-program peningkatan kualitas guru harus sering dilakukan, bukan hanya untuk kenaikan pangkat dan pendapatan saja, tapi juga agar kemampuan guru di Indonesia bisa selevel dunia Internasional. Dengan adanya Program Guru Penggerak yang berbasis komunitas, diharapkan kualitas guru akan terus meningkat.
Terakhir, tidak hanya guru, kurikulum dan sistem pendidikan harus berorientasi pada proses bukan hanya hasil. Kurikulum yang fleksibel tentunya bisa meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Lalu tentunya, kesejahteraan guru harus juga menjadi prioritas. Namun, siapkah kita semua dengan transformasi pendidikan di Indonesia?
Fathin Robbani Sukmana, Pemerhati Pendidikan