Derita Cinta Istri Pengedar Narkoba

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 17:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
empat bungkus narkoba jenis sabu. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
empat bungkus narkoba jenis sabu. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Pertemuan Cahaya dengan Dani saat SMA menambatkan mereka dalam dekapan rumah tangga. Cintanya bersemi, melalaikan status mereka berdua sebagai pelajar. Tidak ada pikiran panjang selain curahan nafsu syahwat yang menjebak mereka dalam hubungan di luar nikah.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya mereka harus menikah dengan status MBA, married because accident selepas SMA. Delapan tahun yang lalu, anak pertamanya lahir, seorang perempuan. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang tampak mungil, anak gadisnya kini tampak tumbuh tinggi besar.
Kehidupan mereka terombang-ambing dalam upaya pencarian nafkah, serabutan dan serampangan demi pundi-pundi rupiah. Ijazah SMA tidak cukup menjadi bekal bagi Cahaya dan Dani untuk bersaing di sektor formal dengan ribuan sarjana yang jumlah jobless-nya terus bertambah.
Dani menjadi preman pasar, badan kecilnya ditato ragam gambar. Lengan kekarnyapun tampak tato merah jingga menutup sebagian besar kulit kasarnya. Rambutnya tampak lusuh kemerahan, terbakar sengat matahari pasar dan lembabnya pasar Kramat Jati.
Cahaya pun tampak memadu dengan nasib suaminya. Bahkan, anaknya pun tumbuh dalam didikan generasi orang tua yang tinggal di daerah padat. Sesekali anaknya dititipkan ke neneknya di daerah Batu Ampar, Kramat Jati. Rumah neneknya tampak sangat padat, untuk tidak disebut kumuh, berada di lantai dua dengan komponen anak tangga yang tidak manusiawi.
ADVERTISEMENT
Tangga menajam, melengkung dengan tikungan tajam, besi berkarat, dan saat menemui akhir tangga itulah rumahnya di lantai dua berada. Tampak depan rumahnya adalah dapur dengan tumpukan cucian piring dan kotoran kucing yang menyengat. Sirkulasi udara di daerah padat penduduk yang berada di sisi timur Kali Ciliwung ini tampak kebingungan dan menimbulkan kelembaban yang berlipat. Keringat menjadi lebih mudah bercucuran.
***
Matahari tampak sudah menyengat di sisi Timur searah pukul sembilan. Pasangan Cahaya dan Dani masih tertidur pulas di kontrakan yang berada di kawasan Pasar Minggu, berada di sisi barat Kali Ciliwung. Kosan pasangan usia 25 tahunan ini diketuk petugas, “Paket.. Pak, paket paak!!” Cahaya mengucek mata dan membuka pintu kontrakannya dengan masih berpakaian baju daster mini. Sementara Dani pun mulai terbangun.
ADVERTISEMENT
Begitu pintu terbuka, tiga orang petugas langsung masuk menyergap Dani. Informasi telah dihimpun petugas setelah berbulan-bulan. Tidak tanggung-tanggung, Dani adalah pengedar narkotika sabu yang bernilai miliaran rupiah.
Tidak ditemukan narkotika di rumah kosan tersebut. Penggledehan dilanjutkan di rumah mertuanya, juga nihil. Tapi petugas tidak menyerah dan Dani tetap diangkut untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di kantor BNNP DKI Jakarta.
Smartphone milik Dani dilakukan pemeriksaan dengan teliti, sesuai standar pemeriksaan. Masih ada sedikit bukti berupa foto narkotika sabu. Petugas fokus pada bukti tersebut, melakukan analisis lebih lanjut. Dani tidak bisa mengelak. Kontrakan kedua digeledah dan ditemukan narkotika beberapa gram.
Petugas berupaya untuk menjemput istrinya di kontrakan, agar dapat membantu menunjukkan tempat-tempat yang kerap Dani kunjungi. Wanita berbadan kurus kecil tersebut sudah tidak ada. Info tetangganya, dijemput seseorang sehari sebelumnya dan entah pergi ke mana. Anaknya pun ikut dibawa.
ADVERTISEMENT
Hari berikutnya, Dani kembali tak bisa mengelak setelah dicecar pertanyaan-pertanyaan dengan teliti. Preman pasar yang pernah ditangkap lalu dilepas kepolisian karena tak cukup bukti ini kini tak bisa berkutik. Dia kembali menunjukkan kosan ketiga tempat di mana dia menyembunyikan narkotika. Dengan terlatih, di balik lemari, petugas berhasil mengendus empat bungkus narkotika sabu yang dikemas denagan Teh China berwarna hijau.
Dari dalam sel, Dani merengek, memelas dan meminta agar keluarganya menjenguknya. Petugas menyampaikan jika keluarga sudah tahu dan sudah sampai hari ketiga tidak ada satu pun keluarganya yang berkunjung. Dani merasa sendiri, diam dalam nestapa penjara narkotika.
***
Sementara Cahaya masih dalam pelarian, ketakutan yang menjadi. Dia tahu suaminya adalah pengedar narkotika. Sempat mencari perlindungan laki-laki lain, tapi akhirnya harus kembali kepada cinta dari sejak menjadi pelajar SMA.
ADVERTISEMENT
Tingkah laku buruk suami telah diingatkan, tapi Cahaya juga tahu bahwa sejak dahulu suaminya memang seorang laki-laki yang akrab dengan perilaku menyimpang. Kekerasan dalam rumah tangga pun sesekali terjadi.
Cahaya takut jika dirinya turut dijerat petugas karena membiarkan suaminya bekerja sebagai pengedar. Nasi sudah menjadi bubur, belahan cintanya kini sudah mendekam dalam jeruji besi. Janji suaminya bahwa akan kembali dalam tiga hari pada akhirnya hanya isapan jempol belaka. Dia harus menerima kenyataan kini harus menepi, menyendiri, hanya dapat membersamai anak perempuan semata wayangnya.
Derita Cahaya kini bertambah lara, satu dua luka kini bertambah menganga, sementara ketakutan terus menghantu. Derita cinta kepada pengedar narkoba sungguh tak terkira.
Waktu delapan atau sembilan tahun tak dapat kembali. Cintanya pada Dani sunguh tidak dapat dicerna akal sehatnya kini. Tak ada prestasi barang setitikpun dari Dani sejak SMA dahulu kala, tapi kenapa dirinya mau saja membersamainya. Bahkan, merelakan kegadisan terhadap pria ingusan yang tidak taat norma.
ADVERTISEMENT
Sesal dan derita yang harus diterima. Menata ulang jiwa raga dalam pelarian dari kenyataan hidup. Cahaya ingin hidup normal. Ingin kembali terang dalam gelap nanar.