Derita Pengedar Narkoba yang Tiada Berakhir

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
31 Juli 2021 12:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto  barang bukti narkoba sabu, timbangan digital, dan telepon genggam. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto barang bukti narkoba sabu, timbangan digital, dan telepon genggam. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Juli masih tampak mendung, sesekali awan berubah menjadi hujan ukuran sedang. Tampaknya tahun ini menjadi musim kemarau yang basah. Sementara Sapardi berpuisi soal hujan, cinta, dan bulan Juli, Danil tampak sibuk menjalankan semua perintah bos-nya.
ADVERTISEMENT
Bermula dari perkenalan awal tahun 2021 melalui media sosial facebook, Danil kini mulai dipercaya dengan penuh. Laki-laki kelahiran 1991 ini mulai dapat menyambung nafas setelah kembang-kempis nafas keluarganya semakin mengencang. Pandemi Covid-19 membuatnya semakin tersungkur ke dalam.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, bantuan pemerintah tidak sampai ke rumah mereka. Kalaupun ada, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup di Jakarta. Untuk keluar rumah mencari pekerjaan serabutan, berkali-kali terbentur PSBB lalu sekarang PPKM. Mau tidak mau, pekerjaannya sekarang adalah solusi terbaik. Begitulah penjelasan Danil saat istrinya, Cahaya, menyoal soal aktivitas suaminya yang semakin jauh dari hidup normal.
Istrinya tidak dapat memberikan solusi yang lebih atas masalah ekonomi yang mendera keluarganya. Teman sejak SMA itu membiarkan suaminya melanjutkan pekerjaan ilegal, menjadi pengedar narkoba. Sesekali, mereka juga mulai menikmati efek ikatan kimia saat asap narkoba sabu dihisap, merasuk dan merusak saraf.
ADVERTISEMENT
***
Dengan sigap, Danil membaca pesan WA-nya. Perintah bos-nya adalah menghubungi nomer orang yang akan mengambil barang. Danil bertugas sederhana, menerima barang, memecah barang dalam ukuran puluhan atau ratusan gram lalu membagikan ke penerima yang sudah ditentukan.
Namun, risiko pekerjaan Danil tidak sederhana. Ancaman hukumannya adalah hukuman mati. Karena barang yang diambil dan diedarkan adalah narkoba golongan satu sebagaimana tercantum dalam UU No.35/2009 tentang narkotika, methamphetamine alias sabu. Harga eceran per gram-nya adalah satu juta rupiah. Sementara sabu yang disimpannya adalah lima ribu gram.
Minggu lalu, Danil mengambil tiga bungkus sabu dari mobil minibus. Seperti dua bungkus sebelumnya yang diambil dari mobil sedan mewah, sabu selalu disimpan di bagian bawah mobil. Seseorang mengantar mobil tersebut kepada Danil di sebuah titik, jika aman, maka sabu yang disembunyikan tersebut diambil. Sabu kemudian disimpan di tempat kontrakan yang lain, terpisah dari tempat keluarganya tinggal.
ADVERTISEMENT
Hari ini, Danil diminta mengeluarkan dua ratus gram. Sesuai dengan kebiasaan, Danil membungkus narkoba yang telah ditimbang dengan bungkus bekas susu. Setelahnya, pria berambut ikal tersebut menaruhnya di bawah tiang listrik yang berjarak sekitar 500 meter dari gedung ANTAM TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Danil memantau dari motor RX-Kingnya sampai bungkus susu tersebut diambil oleh pemesan dengan aman.
Tiap seratus gram yang keluar tersebutlah, pundi-pundi rupiah dihitung. ATM BCA-nya kini mulai terisi bahkan puluhan juta rupiah. Senyumnya pun mulai merekah. Danil kini mengontrak tempat lain untuk menyimpan sabu. Total rumah kontrakan yang disewanya adalah tiga kontrakan berbeda, hanya berjarak beberapa kilometer saja.
***
“Dan, lu jangan kerja ini mulu dong. Kan resikonya gede. Gue takut aja lu ditangkap. Gue juga takut dibawa-bawa.” Cahaya, istri Danil, nyerocos dengan khas bibir monyongnya.
ADVERTISEMENT
“Iye, gue faham. Kalau gak gini, gue kerja apalagi. Gue udah hati-hati banget koq. Buktinya dah mau setahun kan gue aman-aman aja.” Timpal Danil.
“Ya, namanya nasib kan gak tahu. Kalau sudah apes mah tetep aja lu bakal kena. Udahlah, kita coba kerjaan legal aja. Cari yang halal.” Cahaya kembali tersungut-sungut. Sementara anaknya asik memainkan games FF di telepon genggam pintar-nya di sudut lain rumah kontrakan petaknya.
“Lu gak usah sok suci lah.” Danil kesel karena beberapa hari lalu memergoki istrinya selingkuh. Cahaya mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi. Sebelum pintu kamar mandi ditutup, suaminya kembali berkata dengan nada cukup tinggi.
“Kalau barang yang ini udah habis, gue bakal pakai uangnya buat beli mobil. Buat nge-greb.”
ADVERTISEMENT
Keributan-keributan kecil mewarnai delapan tahun kebersamaan mereka. Kadang mereka saling serang, bongkar aib sana-sini, tapi kemudian kembali jalan bersama. Pesan bos-nya Danil dari balik jeruji adalah kelanggengan bisnis seperti ini adalah dukungan pasangan yaitu istri. Dengan demikian, maka kerahasiaan dan kekompakan akan terwujud.
***
Danil tampak merasakan ketakutan karena orang yang baru saja mengambil barang dari dia tertangkap oleh BNNP DKI Jakarta. Semua detail arahan bos-nya dilakukan agar dia tetap aman. Katanya, kalau sudah mulai ada yang tertangkap terhadap orang-orang yang pernah berhubungan dengannya, maka dirinya dipastikan menjadi target berikutnya.
Dua bulan kemudian, benar saja dirinya ditangkap oleh salah satu Polsek di Jakarta. Danil yang sudah melaksanakan prosedur pengamanan atas narkoba dan alat bukti lainnya, dinyatakan tidak cukup bukti untuk dijerat pasal kejahatan narkotika. Setelah kejadian tersebut, Danil tampak yakin bahwa prosedur arahan bos-nya cukup sempurna.
ADVERTISEMENT
Transaksi demi transaksi kembali dilakukan. Ada sedikit ketakutan, tapi lebih banyak harapan yang dipupuk. Keberanian juga tampak membesar karena efek sabu yang dibakar. Sesekali istrinya pun ikut menghirup sabu di rumah kontrakannya.
Mungkin, mereka terobsesi menjadi bandar besar seperti narcos di Meksiko. Mungkin juga, ke depan, istrinya berharap dapat melakukan operasi plastik agar masuk kategori wanita lu buchona. Sebutan wanita ideal ala pasangan narcos setelah dilakukan permak menyerupai penampilan fisik jam pasir, persis seperti Kim Kardashian.
Mereka pada akhirnya tersiksa oleh obesesi demi obsesi. Terjebak pada imajinasi kebahagiaan yang tiada berakhir. Persis seperti yang Mark Manson utarakan di bukunya, obsesi materi menjebak banyak orang untuk terus menderita sepanjang hidupnya.
Belumlah angan-angan mewujud, petugas dari BNNP menggedor rumah kontrakannya saat masih tertidur lelap efek basin nyabu bareng istrinya. Daya tahannya menutup mulut demi mengamankan barang bukti narkoba jenis sabu jebol setelah tidak bisa mengelak barang bukti yang ada di telepon genggamnya. Danil salah menilai bahwa tidak semua petugas dapat dikelabui seperti saat dia ditangkap pertama kalinya. Empat bungkus sabu berhasil ditemukan petugas di tempat persembunyiannya.
ADVERTISEMENT
Cahaya, kini lari. Jangankan sekedar menengok suaminya yang meringkuk di jeruji tahanan BNNP DKI Jakarta, berdiam di kontrakannya saja kini tidak berani. Mungkin istrinya kini kembali ke pelukan laki-laki yang pernah diselingkuhinya. Batin Danil semakin tertekan, penuh luka menganga. Untuk pertama kali setelah bertahun-tahun, Danil menitikkan air mata.
Tidak ada satupun yang peduli. Baju telah tiga hari tak berganti. Tak ada satupun keluarga apalagi teman sesama pengedar yang menjenguknya. Pasal demi pasal telah dibacakan oleh petugas. Semuanya adalah pemberatan karena keterangannya yang tidak konsisten. Hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara 20 tahun menanti diputuskan hakim di pengadilan, penuh derita!!