Ekstrapolasi Menulis Jurnal

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
22 Juli 2021 11:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto charting analisis jaringan sosial/SNA. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto charting analisis jaringan sosial/SNA. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Angin semakin besar, bahkan cenderung membadai. Tidak ada matahari yang menyorot tajam seperti awal kedatangan saya di kota San Bernardino ini. Awal September, panas terik dengan hampir 100 derajat Fahrenheit masih menampar muka. Tapi akhir bulan Oktober ini telah berubah.
ADVERTISEMENT
Dengan berat saya beranjak dari single bed, menggeser selimut tebal hasil beli murah dari seorang rekan Amerika keturunan Manado. Segera menghangatkan diri dengan meraih air hangat untuk diusapkan ke muka. Lalu memanggang roti, membuat susu hangat, dan semangkuk mi instan favorit rasa ayam bawang dengan dua telur ayam organik.
Laman website yang pertama saya buka adalah laman kampus, tertera pengumuman karena dampak badai, seluruh aktivitas kampus ditutup. Di email pun ada dua inbox, salah satunya dari supervisor, yang memberikan peringatan jika cuaca sedang tidak baik dan diharapkan untuk tetap tinggal di rumah.
Saya melanjutkan coding lalu charting data yang telah saya peroleh dari informan. Ribuan kolom dataset harus saya cek satu per satu agar nir kesalahan. Sekali salah kode, berisiko salah charting dan analisis. Sakit kepala kembali menyerang dan dua butir tylanol saya minum.
ADVERTISEMENT
Kepusingan ini terjadi karena saya dengan percaya diri harus menyelesaikan target submit paper di bulan Desember. Sebelum saya kembali pulang ke Jakarta. Terlalu berani orang udik ini, pikir saya. Bahkan, tawaran jalan-jalan ke Big Sur, bentangan pantai indah di antara Carmel dan San Simeon California, saya tolak karena mengejar target ini.

Memilih jenis jurnal

Janji telah dibuat dengan Profesor Gisela Bichler, Direktur Pusat Penelitian Peradilan Pidana California State University, San Bernardino, untuk bertemu esok hari. Saya meminta waktu lebih sore karena saya harus menunaikan salat Jumat dahulu.
Saat saya menemuinya di lantai dua, tempat ruang kerjanya berada, wanita keturunan Jerman-Kuba ini sedang diskusi serius dengan peneliti dan dosen senior lainnya, Alexis Norris PhD. Setelah pengajar di Department Criminal of Justice ini pergi, saya mengambil tempat duduk di depan Prof Bichler.
ADVERTISEMENT
Tampak dua bundel kertas dengan label “Maman” di atasnya. Pakar bidang analisis jaringan kejahatan ini mengajak diskusi untuk memilih dua jurnal yang cocok dengan tema yang sedang dikerjakan. Saya yang tak kenal apa pun soal jurnal-jurnalan ini tentu tak bisa memilih. Akhirnya diskusi berlanjut soal tema dan tujuan tulisan yang akan dibuat.
Setelah diskusi sekitar 30 menit, menyepakati bangunan metode yang akan dibuat, menyesuaikan data yang saya olah, mencari keunikan dan potensi pengembangan pembahasan dibandingkan kajian-kajian yang sudah ada, kami memilih jurnal Global Crime.
Wanita artistik yang menghabiskan masa kecil di Kanada ini menjelaskan secara rinci soal syarat dan ketentuan yang berlaku di jurnal yang fokus pada isu kejahatan internasional ini. Dengan cekatan, dia mencetak beberapa model jurnal dengan tema terkait terbitan Global Crime.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba kepala saya cenat-cenut. Mencoba mencerna semua detail perintahnya. Diam-diam, saya juga merekam agar saya dapat mendengarkan kembali penjelasannya. Maklum, keluarga petani ini sangat terlambat dan selalu lambat berurusan dengan Bahasa Inggris.
Lima jurnal saya lahap dalam tiga hari, memahami dan mencerna detail jurnalnya. Bukan hanya memahami isinya, tapi juga skema dan teknis detail penulisannya.

Memulai menulis jurnal

Hari tampak lebih dingin. Kampus yang berada di lembah Taman Nasional San Bernardino ini tampaknya hemat oksigen. Kayuhan sepeda saya tampak sangat berat, apalagi beberapa trek adalah tanjakan. Napas tersengal-sengal.
Saya datang lebih awal dan meminta waktu belajar kepada salah satu peneliti di ruang kerja yang sama soal prosedur input dan ekstrak dataset ke dalam salah satu software Social Network Analysis (SNA), Ucinet.
ADVERTISEMENT
Citlalik Ibarra, seorang wanita berdarah Meksiko, menjelaskan dengan sabar. Beberapa kali dia meminta saya mengulangi maksud pertanyaan saya. Tampaknya dia tidak paham Bahasa Inggris gaya Bekasi, LOL.
Kelas crime and intelligence analysis tampak seru. Aplikasi SNA diterapkan dalam beberapa kasus seperti kejahatan, pembunuhan, terorisme, perkelahian antar geng, dan narkoba. Profesor kembali meminta kami mengekstrak jurnal. Entah, dalam dua bulan ini sudah berapa jurnal harus dibaca. Pantas saja kelasnya tidak banyak diminati mahasiswa, tak sampai belasan. Dia dikenal dengan tugasnya yang berat.
Kelas Social Network Analysis CSU-SB. Dok. Pribadi
Setelah kelas selesai, saya diminta untuk tidak beranjak dari ruangan. Padahal celcius semakin menurun drastis. Dia meminta waktu membahas soal bangunan metode atas sodoran data dan fokus bahasan yang saya ajukan. “Kita harus membangun metode ini dengan kokoh, agar kekuatan tulisan tersusun rapi dan tidak salah. Itu adalah inti dari sebuah paper.” Saya yang anak tukang bangunan ini bertambah linglung.
ADVERTISEMENT
Profesor penyuka kopi ini lalu melakukan simulasi charting dan analisis melalui alat bantu Ucinet dan data Vipot. Setelah data terbaca di layar lebar, matanya berbinar dan berteriak “Wow!! interesting. we can start analysis the data with a unique analytical model. Kita akan mengkombinasikan analisis posisi aktor dengan peran-peran yang dimiliki aktor dalam setiap tahapan penyelundupan methamphetamine ke Indonesia. Ini juga akan menambah khazanah analisis yang telah saya buat sebelumnya.”
Saya kembali menggoes sepeda biru di tengah kegelapan yang datang lebih cepat. Layar kaca telepon genggam samsu** menunjukkan angka 12 °C. Rasanya ingin segera masuk kamar lalu menyimulasikan kembali apa yang saya dapat hari ini. Simulasi membangun metode atas data dan tema yang ingin ditulis dalam sebuah paper. Saya mabuk dalam imajinasi menulis jurnal, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
***
Sepulang dari subuhan di masjid perumahan tempat saya tinggal di daerah Bekasi, saya mengecek inbox email. Spontan saya sujud sukur, untuk pertama kalinya nama saya tertera dalam sebuah jurnal, Explaining the positional importance of actors involved in trafficking methamphetamine into Indonesia. Jurnal Global Crime, penerbit Routledge, indeks scopus, Q1.
Beberapa bulan kemudian, tawaran datang untuk menjadi reviewer jurnal, tentu saya menolak karena belum pantas untuk ada di posisi tersebut. Datang kembali undangan untuk mempresentasikan paper tersebut dalam forum tahunan the American Society of Criminology di Washington DC bersama peneliti analisis jaringan kenamaan lainnya. Tapi pandemi membatalkan acara tersebut.
Beberapa minggu lalu, saya juga diminta untuk menjadi salah satu dalam sesi expert panel di forum UNODC setelah mereka membaca paper saya tersebut. Ini semacam ekstrapolasi dalam membuat jurnal. Nilai jurnal tampak melampaui interval perkiraan awal dan melampaui pengetahuan bodoh saya atas suatu masalah.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu pun, saya pun berhasil meraih juara I lomba Karya Tulis Ilmiah BNN 2021 dengan modal bacaan jurnal dan model analisis yang telah saya lakukan pada penulisan jurnal sebelumnya.
Hari ini, saya masih menanti inbox email dari rekan peneliti di AS terkait perkembangan paper kedua. Sementara draft paper ketiga sedang saya susun untuk didiskusikan lebih lanjut dan dataset untuk paper keempat telah disusun 70 persen.
Foto sebagai narasumber (expert panel) di UNODC forum. Dok. Pribadi