Ganja tidak Untuk Rekreasional

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
16 September 2020 6:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ganja tidak Untuk Rekreasional
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tahun 2017 lalu, secara mendadak, saya seorang diri mendapatkan tugas ke Meksiko City, ibu kota negara Meksiko. Karena mendadak, saya tidak dapat mengkoordinasikan diri dengan rombongan dari instansi lain untuk teknis keberangkatan. Delegasi yang lain berangkat dengan jalur timur, transit di Jepang. Sementara saya terpaksa memilih rute menjauh karena harga tiket yang over budget. Saya memilih jalur barat transit di Singapura dan Amsterdam, Belanda.
ADVERTISEMENT
Di Meksiko City, dengan alasan-alasan teknis, saya tinggal di mess KBRI. Tidak seperti ketika di negara-negara lain yang pernah saya kunjungi, di Meksiko City saya tidak pernah beranjak dari mess kecuali ada yang mendampingi ketika bepergian. Alasan utama adalah keamanan.
Di beberapa sudut jalan, saya lihat homeless. Tampak juga warga yang terlihat asik menghisap cerutu. Seorang pegawai KBRI berbisik kepada saya bahwa itu kemungkinan ganja. Dia juga menceritakan di kereta yang dia tumpangi saat pulang kerja kerap mendapati penumpang yang menggunakan cerutu ganja.
Tahun 2019 lalu, saya tinggal di daerah San Bernardino, California, Amerika Serikat selama studi di California State University San Bernardino. Tuan rumah tempat saya tinggali menyampaikan bahwa dia punya lahan ganja di daerah Sacramento, ibu kota negara bagian California.
ADVERTISEMENT
California memang menjadi negara bagian yang melakukan legalisasi ganja. Jangan anda bayangkan legal dalam arti bebas. Selain mengatur soal pajak penjualan yang tinggi, pemerintah juga mengatur lokasi penanaman, mengatur bagian mana yang boleh di konsumsi (yaitu hanya bunga dan bijinya), cara memusnahkan daun dan batang ganja, kategori orang yang boleh mengkonsumsi, dan seterusnya.
Beberapa kali saya mendapati warga di daerah tempat saya tinggali menghisap cerutu ganja. Tentu saja saya hafal aromanya, menyengat dan tidak sedap. Room mate saya, seorang black American, beberapa kali saya dapati menggunakan ganja di depan rumah, di dalam mobil. Saat saya lewat, dia menutup mobilnya. Mungkin dia khawatir saya tidak suka dengan aroma yang berasal dari asap pembakaran ganja.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, pada kunjungan kenegaraan ke Kanada tahun 2018 lalu merespon rencana Kanada yang akan melegalisasi ganja dengan kalimat singkat “don’t try it.” Mark Rutte kini sadar bahwa terdapat implikasi negative atas kebijakan Belanda sejak tahun 1976 yang memberikan toleransi atas penggunaan ganja di bawah lima gram. Faktanya, ganja secara masif tersebar di Belanda dan penggunaannya tidak terkendali. Mark Rutte juga mengatakan ganja yang beredar saat ini lebih kuat, buruk untuk kesehatan, terutama untuk anak-anak muda.
Keindahan Amsterdam yang saya kunjungi selama hampir sepuluh jam saya transit di Belanda memiliki sisi buruk seperti yang dikeluhkan Mark Rutte. Belanda kesulitan mengendalikan peredaran ganja.
Kontroversi Ganja
UNODC mencatat Ganja adalah jenis narkotika yang menempati peringkat teratas penyalahguna di dunia dari tahun ke tahun. Ganja sendiri adalah salah satu tanaman endemik di Indonesia. Di sepanjang daerah pegunungan Bukit Barisan dari Aceh hingga ke Sumatera Utara, bahkan sampai ke Jambi dengan hanya menebar benih ganja, maka tanaman ganja akan tumbuh subur.
ADVERTISEMENT
Secara illegal, ganja menjadi bagian dari penghasilan warga di daerah-daerah tersebut. Sementara secara resmi, pemerintah melarangnya dan memasukkan ganja sebagai narkotika golongan 1 sebagaimana diatur dalam UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Ganja juga hanya boleh dalam jumlah terbatas untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sampai hari ini, pro dan kontra terkait legalisasi dan ilegalisasi ganja masih terjadi. Kelompok seperti LGN di Indonesia masih terus aktif mengkampanyekan legalisasi ganja. Namun, pemerintah tetap pada pendiriannya, ganja adalah illegal.
Ganja tidak untuk Rekreasional
Di tengah kontroversi tersebut, satu hal yang tidak bisa ditawar adalah mengkonsumsi ganja untuk foya-foya, untuk rekreasional. Jika masyarakat beranggapan ganja legal atau boleh digunakan, walau dalam jumlah terbatas, maka cerita ganja digunakan secara salah seperti di Meksiko atau di Belanda akan terjadi juga di Indonesia. Apalagi kesadaran hukum masyarakat Indonesia masih rendah.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat pun, evaluasi terhadap negara bagian yang telah melegalisasi masih terus dilakukan. Pemerintah negara bagian tidak berharap akhirnya ganja menambah persoalan, alih-alih mendapatkan pendapatan dari pajak penjualan.
Menjadi pecandu ganja adalah masalah serius. Ganja adalah jenis narkoba depresan dan halusinogen. Silahkan cek secara langsung orang yang menjadi pecandu ganja. Mereka tampak lusuh, cenderung cuek, suka menyendiri, tidak focus, atau bentuk depresan dan halusinogen lainnnya.