Meluaskan Makna War on Drugs

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
11 Juni 2021 17:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak muda gunakan narkoba. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak muda gunakan narkoba. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu, saya menemui tahanan narkoba di BNNP DKI Jakarta. Di antara yang saya temui adalah Iwan, bukan nama sebenarnya. Pemuda ini ditangkap karena mengedarkan narkotika jenis sabu di daerah Pasar Kecapi, Pondok Melati, Kota Bekasi. Nasibnya pilu.
ADVERTISEMENT
Sekitar empat ons sabu di tas ransel merah yang dibawanya saat ditangkap. Sabu sudah di-packing dalam beragam ukuran dan dibungkus rapi dengan bekas bungkusan rokok, susu, atau plastik kresek hitam. Sabu siap diedarkan kepada konsumen.
Tugas Iwan adalah mengambil sabu dalam ukuran ratusan gram, kemudian diedarkan dalam ukuran puluhan gram kepada pemesan. Iwan hanya menyerahkan kepada pemesan setelah menerima perintah pengendalinya. Saat saya tanya pengendalinya di mana, Iwan menjawab singkat “di dalam.” Maksud “di dalam” adalah di dalam penjara, rutan atau lapas.
Dalam ragam teori kejahatan, seseorang tidak begitu saja tiba-tiba terlibat dalam jaringan kejahatan. Seperti yang dialami oleh Iwan, terdapat proses belajar sehingga saat ini dirinya menjadi pengedar narkoba. Pemuda kelahiran tahun 1997 ini mengenal narkoba sudah sejak lama. Dalam kajian krimonologi, karier kriminal seseorang dapat dikaji dengan teori proses belajar (learning process).
ADVERTISEMENT
Dia mengaku mengawali “karier” profesionalnya dengan terlebih dahulu menjadi pemakai coba-coba saat lulus sekolah SMK enam tahun lalu. Pengalaman Iwan adalah pengalaman umum dalam anggota jaringan peredaran gelap narkoba. Apa yang dilakukan Iwan adalah proses permulaan learning to use seperti yang disebut oleh Bichler dalam bukunya Understanding Criminal Network (2019).
Cerita Iwan adalah persis seperti yang diceritakan oleh Shukla, penulis buku Methamphetamine: A Love Story (2016) ketika menceritakan seseorang bernama Jay di daerah pedalaman Oklahoma, Amerika Serikat. Jay mulai mengenal karena ajakan pesta temannya di sebuah tempat yang juga dijadikan tempat pesta narkoba. Dari sekadar melihat, Jay lalu mencoba mengkonsumsi narkoba.
Seperti halnya Iwan yang awalnya sekadar coba-coba, Jay pun mulai rutin datang ke tempat pesta tanpa ajakan temannya. Mereka berdua kesulitan untuk berhenti dari jeratan narkoba.
ADVERTISEMENT
Pada titik ini, terdapat perubahan perilaku (changing habit) seperti yang Bichler ulas. Bahkan, Iwan sempat berhenti ketika istrinya mengancam akan bunuh diri jika Iwan masih menggunakan narkoba. Tapi Iwan, secara diam-diam, kembali menggunakan narkoba.
Dengan alasan mendapatkan upah satu atau dua gram sabu, Iwan menerima tawaran temannya untuk sama-sama mengedarkan narkoba menjelang bulan puasa lalu. Terlebih, pandemi membuat pemuda satu anak ini kesulitan mencari pekerjaan halal setelah di PHK belum lama ini.
Dalam situasi seperti ini, seperti yang diulas oleh Bichler, Iwan telah terjebak dalam dalam jual beli narkoba (involvement in trade) atau bahkan sudah menjadi bagian dari jaringan pengedar (retail network). Proses belajar Iwan untuk menjadi bagian dari jaringan peredaran gelap narkotika terhenti karena saat ini ditangkap dan ditahan oleh petugas.
ADVERTISEMENT
Tidak ada jaminan jika Iwan benar-benar berhenti atau terputus dari jaringan peredaran gelap paska penangkapan oleh petugas BNNP DKI Jakarta. Pemuda Betawi ini mempunyai peluang tetap berkarier sebagaimana pengendalinya yang berada di dalam lapas.
Siklus peredaran narkoba tak ubahnya siklus lingkaran setan, tanpa ada titik henti yang jelas ketika seorang pelaku peredaran narkoba telah ditangkap dan dipenjara. Lapas, jika merujuk beberapa kasus yang mengemuka, tidak sepenuhnya menjadi solusi untuk menghentikan jaringan peredaran narkoba.

Meluaskan makna war on drugs

Diperlukan upaya perang terhadap narkoba (war on drugs) dalam ragam bentuk untuk merusak lingkaran setan tersebut. Perang tidak hanya dalam aspek pemberantasan saja, namun juga perang dalam konteks menengah dan mengobati pecandu.
ADVERTISEMENT
Kampanye war on drugs yang digaungkan kembali oleh kepala BNN saat ini, Petrus Reinhard Golose, mengundang cukup banyak perdebatan karena konsep war on drugs dianggap sudah tidak relevan dan gagal diterapkan di berbagai negara.
Jika war on drugs hanya dimaknai perang atau penegakan hukum saja, maka war on drugs memang dianggap gagal. Situasi narkoba yang saat ini masih menjadi masalah utama beberapa negara Amerika Selatan adalah bukti kegagalan kampanye war on drugs yang dikomandoi oleh Amerika Serikat.
Karena itu, hemat saya, kita perlu menggeser atau meluaskan makan perang terhadap narkoba. Perang dalam menekan laju peredaran narkoba tidak hanya dimaknai dalam bentuk menangkap atau memutus jaringan an sich. Karena menekan laju peredaran juga dapat dilakukan dengan cara lain.
ADVERTISEMENT
Jadi, terminologi perang terhadap narkoba pun dapat diperluas dalam bentuk lain. Yang penting adalah tujuan utamanya adalah menekan laju peredaran narkoba.
Dengan demikian, war on drugs juga meliputi upaya mencegah masyarakat untuk tidak menggunakan narkoba dan menyembuhkan pecandu agar sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba.
Apa yang dialami oleh Iwan seperti cerita di atas adalah contoh sempurna bahwa menjadi pecandu bukan persoalan sederhana. Untuk dapat sembuh dari ketergantungan narkoba membutuhkan usaha yang besar.
Saat saya menemui Iwan di balik jeruji besi, dia menangis dan mengkhawatirkan istrinya akan melakukan bunuh diri karena kenyataan bahwa suaminya menjadi bagian dari jaringan pengedar narkoba.
Dalam konteks cerita Iwan, semangat war on drugs tidak hanya sebatas perang dengan cara menangkap jaringan, namun juga menyembuhkan pecandu dari narkoba. Upaya rehabilitasi pecandu saat ini menjadi bagian dari semangat war on drugs.
ADVERTISEMENT
Begitu juga upaya mencegah seseorang dari jeratan narkoba, baik sebagai pengguna atau sebagai pengedar, adalah bagian dari semangat war on drugs.

Membangun gerakan area bebas narkoba

Gerakan area bebas narkoba (drugs free zone) harus menjadi ruh utama menekan laju peredaran narkoba. Area bebas narkoba mempunyai implikasi terhadap pelibatan masyarakat untuk sama-sama bergerak menahan laju peredaran narkoba.
Adanya kampung-kampung narkoba di beberapa daerah seperti Kampung Ambon dan Kampung Bahari di Jakarta, Kampung Beting di Pontianak, atau Kampung Dalam di Pekanbaru menjadi eksis dan terkesan sulit diberantas karena ketidak pedulian warga di daerah tersebut. Bahkan, mereka terlibat secara masif dalam jaringan peredaran narkoba.
Gerakan area bebas narkoba juga berimplikasi terhadap upaya merusak pasar-pasar narkoba yang terbentuk. Pasar narkoba adalah sumber permintaan narkoba sehingga penawaran tidak dapat dihentikan.
ADVERTISEMENT
Konsep Desa Bersinar (bersih dari narkoba) yang saat ini mulai digerakkan oleh BNN adalah model gerakan yang selaras dengan gerakan area bebas narkoba. Sehingga gerakan ini juga harus diperluas tidak hanya sebatas desa atau kelurahan tapi juga area-are lain seperti apartemen, komunitas, lapas, dan lainnya.
Orang seperti Iwan akan benar-benar terputus dari jaringan peredaran gelap narkoba jika Iwan dipenjara di dalam lapas yang bersih dari narkoba. Jika tidak, maka war on drugs is never ending.