Menekan Suplai Narkoba Tiongkok dan Myanmar

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2020 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto bunga opium, bahan utama heroin. (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
foto bunga opium, bahan utama heroin. (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Tiongkok adalah negara Asia yang mempunyai sejarah panjang perdagangan narkoba. Sejarah perang narkoba di Tiongkok terjadi pemberontakan Boxer (the Boxer Rebellion) dan Perang Candu Inggris (British Opium War) pertama pada pertengahan 1800-an. Sebagai konsekuensi logis dari luasnya daratan Tiongkok termasuk wilayah perbatasan Tiongkok dengan negara-negara tetangga, maka persoalan narkoba di Tiongkok mengait negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Ryan Clark (2008) mengutip James Milord (1997) bahwa telah terjadi perubahan situasi sosial-ekonomi di Tiongkok dengan terjadinya peningkatan kepentingan dagang dan komersial Tiongkok dengan negara-negara Asia Tenggara. Situasi tersebut mendorong terjadinya kelonggaran pembatasan perjalanan dengan Tiongkok, peningkatan urbanisasi, peningkatan jam kerja, dan orientasi pembangunan yang bergeser menjadi konsumtif menjadikan Tiongkok sebagai titik transit tidak hanya untuk menyuplai narkoba ke negara-negara Asia, tapi juga ke Amerika Utara, Rusia, Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.
Laporan PBB untuk urusan Narkoba dan Kejahatan mencatat bahwa Tiongkok menyumbang produksi methamphetamines (ATS) sebanyak 50% untuk pasar Asia. Pusat produksi terletak di wilayah bagian tenggara provinsi Guangdong. Peredaran narkoba dari Tiongkok ke negara-negara lain didukung oleh terjadinya diaspora keturunan Tiongkok yang tersebar di berbagai wilayah. Misalnya Nailene Chou Wiest (2004) mencatat market narkoba diaspora Tiongkok di Korea Selatan, Jepang, dan Filipina. Keterhubungan etnisitas tersebut juga terjadi di negara-negara lain, termasuk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Polri atau BNN dalam beberapa operasi penangkapannya adalah terkait jaringan diaspora Tiongkok. Kasus penangkapan BNN pada tahun 2015 dengan barang bukti sebanyak 862 kg sabu tersangkanya terdiri dari warga negara Indonesia, Malaysia dan Tiongkok (Hong Kong). Mereka adalah keturunan Tiongkok.
Ryan Clark juga mengutip catatan Erik Asplund and Anjelika Mamytova, di papernya yang ditulis tahun 2004, bahwa lebih dari 1 juta orang yang terlibat dalam jaringan peredaran narkoba Tiongkok dengan raihan miliaran dolar Amerika Serikat. Tingkat pasar yang fantastis. Situasi sekarang tentu saja tidak berkurang, namun lebih dinamis dan progresif.
Tiongkok dan Myanmar Gerbang Narkoba di Kawasan
Arus orang dan barang dari dan ke Tiongkok adalah berbanding lurus dengan upaya penyelundupan narkoba. Jika kita googling saja, penyitaan narkoba dari Tiongkok yang dilakukan oleh petugas wajib di Indonesia sudah sangat sering.
ADVERTISEMENT
Di antara yang viral misalnya penyelundupan narkoba ratusan kilo gram yang disembunyikan ke dalam tiang pancang pada tahun 2016. Modus-modus lainnya pun banyak, misalnya disembunyikan dalam mesin, peralatan elektronik, peralatan kesehatan, makanan, dan ragam modus lainnya.
Penyelundupan juga dilakukan oleh kurir terbang dengan modus swallow (ditelan), body wrapping (direkatkan di tubuh), atau inserter (dimasukkan ke anus atau alat vital).
Di kawasan, Tiongkok juga berbatas langsung dengan Myanmar sebagai salah satu dari Golden Triangle (Thailand dan Laos). Negara bagian Shan dan United Wa di Myanmar adalah berbatas langsung dengan provinsi Yunnan, Tiongkok dengan total batas darat melebihi 2.000 kilo meter. Di negara bagian Myanmar tersebut, mayoritas penduduknya adalah etnis Tiongkok.
Kawasan perbatasan tersebut adalah surga narkoba yang menghubungkan dua kawasan, Asia Tenggara dan Asia Timur. Persoalan konflik politik yang berbasis etnik, persoalan kemiskinan, dan berkelindan dengan persoalan kecanduan narkoba itu sendiri membuat bisnis narkoba menjadi pilihan rasional.
ADVERTISEMENT
Kawasan tersebut menjadi pusat produksi methamphetamine, pil Yaba, dan heroin karena tanaman opium adalah endemik di kawasan tersebut. Prekursor yang mudah masuk dari Tiongkok atau dari India menjadi pendukung peningkatan produksi narkoba di wilayah tersebut. Sementara hasil produksi narkoba dialirkan melalui jalur laut dan darat ke berbagai kawasan di dunia. Pasar utamanya adalah Asia Timur, Asia Tenggara, dan Oceania.
Perang Narkoba (tidak) akan Berakhir?
Perang tidak akan berakhir jika tidak ada senjata. Sementara bisnis senjata adalah bisnis yang menguntungkan. Begitu juga dengan perang narkoba. Perang narkoba tidak akan berakhir kecuali narkoba tidak ada. Sementara menghilangkan narkoba juga mustahil, karena bahan baku pembuatan narkoba (precursor) juga adalah bahan baku pembuatan obat legal dan bahan-bahan industri.
ADVERTISEMENT
Menghentikan perang terhadap narkoba, hampir mustahil karena satu hal, hukum pasar klasik, adanya permintaan dan penawaran. Pasar narkoba telah terbentuk di berbagai belahan di dunia. Yang menjadi prioritas untuk menekan peredaran narkoba adalah merusak pasar narkoba, menekan permintaan. Dengan menekan permintaan, maka suplai secara otomatis akan berkurang.
Dengan penurunan permintaan dan penawaran narkoba, maka kontrol atas peredaran narkoba dapat dilakukan. Orang-orang yang terlibat dalam jaringan peredaran narkoba hanya dapat melakukan aktivitasnya dalam skala terbatas sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh narkoba dapat diatasi.
Apa yang terjadi di Myanmar dan sekitarnya adalah cermin nyata ketika narkoba menjadi masalah kompleks dan mempengaruhi sektor keamanan. Narkoba menjadi alat perang dan pemberontakan.
Memahami peta peredaran narkoba dari negara-negara sumber atau produksi seperti Tiongkok dan Myanmar adalah penting agar langkah antisipasi dapat lebih efektif. Langkah lainnya adalah dengan melakukan kerja sama intelijen dengan negara-negara di kawasan.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan menekan narkoba yang berasal dari negara-negara produsen dan negara-negara tetangga, maka peredaran narkoba akan lebih mudah dikendalikan.
Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika