Harmonisasi Keberagaman: Refleksi Global Indonesia pada Resolusi Konflik Budaya

Fatih Azri Al-Hasani
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
1 April 2024 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatih Azri Al-Hasani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendidikan Keberagaman. Foto: istockphoto.com/@FatCamera
zoom-in-whitePerbesar
Pendidikan Keberagaman. Foto: istockphoto.com/@FatCamera
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai negara yang terkenal dengan keberagaman budaya dan agamanya, Indonesia menghadapi tantangan dalam mengelola konflik yang timbul dari keberagaman tersebut. Dengan merefleksikan praktik global dan mengintegrasikannya melalui kearifan lokal, Indonesia dapat meningkatkan strategi penyelesaian konflik budaya.
ADVERTISEMENT
Salah satu program yang memperkenalkan toleransi dan kehormatan yaitu, program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) di Indonesia merupakan bukti komitmen negara dalam menumbuhkan pemahaman dan toleransi antar kelompok agama yang berbeda. Program ini cukup banyak dilirik oleh lingkungan global untuk memberikan edukasi yang efektif di masing-masing negara. Dengan mengajarkan evaluasi introspektif, pengambilan perspektif, dan keterampilan kolaboratif di berbagai kelompok, program ini telah menjangkau lebih dari 6.000 guru. Integrasi budaya dan agama Indonesia dalam pendidikan bertujuan untuk mewujudkan negara kesatuan meskipun terdapat keberagaman yang sangat besar. Keberhasilan program ini di sekolah, di mana siswa dari latar belakang agama yang berbeda terlibat dalam kolaborasi praktis, merupakan contoh dampak upaya pendidikan dalam meningkatkan toleransi.
ADVERTISEMENT
Indonesia dapat mempertimbangkan penerapan program serupa di Kazakhstan, di mana perwakilan pemerintah dan aparat penegak hukum diajarkan untuk menghormati keberagaman sambil mempertahankan identitas budaya mereka sendiri. Dengan memperluas jangkauan prinsip-prinsip ini ke wilayah dan negara lain, Indonesia dapat berkontribusi pada kancah global mengenai literasi agama sebagai alat penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian. Hal ini mencerminkan tren global di mana pendidikan dan dialog antaragama merupakan alat penting untuk menumbuhkan pemahaman dan toleransi di antara komunitas agama yang berbeda.
Pengakuan Indonesia terhadap enam agama resmi turut berkontribusi pada permadani budaya yang dinamis. Namun, ketegangan antaragama dan kekerasan yang kadang terjadi menimbulkan tantangan. Dengan mengkaji bagaimana negara-negara lain dengan keberagaman serupa melindungi hak asasi manusia, termasuk kebebasan beragama dan hak minoritas, Indonesia dapat memperkuat komitmennya terhadap pluralisme agama dan keharmonisan sosial. Signifikansi global dari upaya-upaya ini terlihat dari meningkatnya keragaman masyarakat di seluruh dunia akibat migrasi dan globalisasi.
ADVERTISEMENT
Pendekatan penyelesaian konflik yang dilakukan Indonesia melalui kearifan lokal, seperti penggunaan bahasa dan praktik budaya daerah, merupakan model yang dapat dikembangkan lebih lanjut dengan belajar dari daerah lain yang memiliki praktik serupa. Pemanfaatan kearifan lokal di wilayah Maluku untuk membangun perdamaian dan menjaga stabilitas merupakan salah satu contoh. Dengan mempelajari bagaimana masyarakat multikultural lain menggunakan pengetahuan dan praktik asli mereka dalam penyelesaian konflik, Indonesia dan lingkup global dapat menyempurnakan strategi untuk menjamin keamanan dan kesinambungan.
Upaya Indonesia untuk menyelesaikan konflik budaya dapat diperkaya dengan merefleksikan praktik global dan begitu pula sebaliknya. Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya di negara tersebut dan juga penggunaan kearifan lokal dalam penyelesaian konflik merupakan langkah yang patut dipuji. Dengan belajar dari pengalaman masyarakat yang beragam, Indonesia dapat meningkatkan strateginya dalam mendorong pluralisme agama, keharmonisan sosial, dan manajemen konflik yang efektif. Pendidikan tetap menjadi landasan dalam upaya ini, yang berpotensi menumbuhkan toleransi dan pemahaman antar komunitas agama yang berbeda. Jika praktik ini terus berkembang dan berjalan, integrasi wawasan global dengan praktik lokal akan menjadi sangat penting dalam membangun masyarakat yang lebih damai dan kohesif.
ADVERTISEMENT