Mengintip Keunikan Adat Laut Aceh

Fendi Hamid
Seorang pemuda kelahiran Nanggroe Aceh Darussalam. Semenjak kecil sudah menyukai dunia literasi.
Konten dari Pengguna
21 Januari 2020 11:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fendi Hamid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aceh merupakan daerah yang tidak ada habisnya untuk diceritakan. Selain nilai sejarah yang kuat, Aceh juga menyimpan sejuta pesona lain yang selalu memikat.
ADVERTISEMENT
Terbentang di sepanjang pantai di ujung pulau Sumatera, Aceh memiliki keindahan pemandangan alam laut yang tak ada duanya. Banyak sekali lokasi wisata di sana yang tak pernah sepi akan pengunjungnya. Berlibur ke Aceh sepertinya benar-benar wajib masuk dalam agenda akhir tahun Anda.
Laut selalu menjadi berkah tersendiri, tidak hanya sektor wisata saja, sektor perikanan juga menjadi sumber pendapatan masyarakat yang luar biasa. Jadi, tidak heran jika mayoritas dari masyarakat Aceh yang tinggal di pesisir memilih profesi nelayan sebagai aktivitas setiap harinya.
Untuk mengatur ribuan nelayan yang ada, di Aceh ternyata memiliki Panglima Laot (Panglima Laut). Setiap Panglima Laot mengawasi setiap wilayah kerjanya dari aktivitas nelayan asing, penggunaan bom ikan, dan jaring tertentu yang bisa merusak terumbu karang.
Mendukung kegiatan konservasi penyu termasuk salah wewenang yang dipegang oleh Panglima Laot.
Tidak hanya itu saja, Panglima Laot juga membantu menyelesaikan konflik yang mungkin sewaktu-waktu terjadi di antara para penangkap ikan. Panglima Laot akan menjadi penengah di antara dua kelompok yang berselisih. Jika masalah itu tidak kunjung usai, barulah pihak yang berwajib yang akan turun tangan.
ADVERTISEMENT
Sesuatu yang spesial di Aceh lainnya adalah pantangan untuk melaut di hari Jumat. Pantangan ini berlaku dari jam 4 sore hari Kamis hingga jam 4 sore di hari Jumat. Jika ada yang melanggar aturan ini, maka mereka harus siap-siap untuk menerima sanksi adat yang berlaku.
Biasanya di waktu libur seperti hari Jumat itu, para nelayan semuanya menyandarkan perahu dan kapalnya di pelabuhan. Sembari menunggu waktu salat Jumat tiba, para nelayan sering berkumpul di warung kopi, berdiskusi dengan tokoh masyarakat atau sekedar membenarkan peralatan tangkapnya yang mengalami kerusakan.
Semuanya itu berjalan dengan indah. Nelayan Aceh dikenal sebagai nelayan yang taat. Bagi mereka, melanggar aturan laut yang berlaku adalah sebuah aib yang tak boleh terjadi.
ADVERTISEMENT