Cerpen: Sepintas di Yogya (4)

Ferryal Abadi
Lecturer/Socioprenuer/Writer
Konten dari Pengguna
8 Agustus 2020 7:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferryal Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tugu Yogyakarta. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tugu Yogyakarta. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
ADVERTISEMENT
Sahabat sejatiku, Hilangkah dari ingatanmu, Di hari kita saling berbagi, Dengan kotak sejuta mimpi, Aku datang menghampirimu, Kuperlihat semua hartaku, Kita slalu berpendapat, Kita ini yang terhebat, Kesombongan di masa muda yang Indah, Aku raja kaupun raja, Aku hitam kaupun hitam, Arti teman lebih dari sekedar materi. (Sahabat Sejati : Sheila On 7 )
ADVERTISEMENT
“Aku sudah sampai Stasiun Yogyakarta” suara Haris menelepon aku.
“Wah cepet banget aku baru mau mandi, oke deh aku berangkat sekarang aja aku jemput !!” jawab aku
Haris sahabat aku sejak kuliah. Kita janjian di Yogya karena kebetulan kita sama-sama pernah kuliah di 1 kampus di daerah Condong Catur. Dia sahabat aku yang selalu membantu aku khususnya waktu aku tinggal di kos-kosan. Selalu menemani aku kalo aku ada kesulitan. Sekarang Haris tinggal di Malang karena dapat kerja di perusahaan swasta di Malang, sebelum ke Malang dia sempat tinggal dan kerja di Surabaya dan Klaten. Aku pernah main ke rumahnya di Solo dan diapun pernah aku ajak ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pernah ada cerita lucu. Kita sama-sama belum pernah masuk diskotik, lalu kita merencanakan untuk pergi ke diskotik dan pada malam yang kita tentukan kita berangkat kira-kira jam 11:00 malam. Dalam perjalanan tiba-tiba hujan turun dan kita berteduh. Ternyata hujannya lama dan akhirnya kita membatalkan pergi ke diskotik. Kita menjadwalkan di hari lain. Dalam perjalanan tiba-tiba ban motor aku kempes. Tempat tambal bannya jauh sehingga kita berjalan cukup jauh. Akhirnya kita membatalkan untuk pergi ke diskotik kedua kalinya. Kita jadwal ulang kembali. Kita berangkat lebih awal tapi \karena berangkat awal kita memutuskan makan gudeg dulu di deket tugu Yogya. Namun setelah makan untuk melanjutkan perjalanan tiba-tiba helmnya hilang satu.
“OMG sudah 3 kali nih mau berangkat ke diskotik selalu ada halangan,” kataku
ADVERTISEMENT
“Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk pergi ke diskotik ya Fer” kata Haris sambil tertawa terbahak-bahak.
Stasiun Tugu Yogyakarta stasiun yang penuh kenangan. Sudah lama ke Yogya tidak lewat stasiun kereta karena kalo ke Yogya sekarang lewat Bandara naik pesawat.
Jam 7 pagi aku janjian untuk menjemput Haris. Dia ingin sekali bertemu dengan aku. Kebetulan dia sedang ada di Solo menengok ibunya.
“Hai Ferr !! apa kabar ?” iba-tiba dia muncul dari pintu kereta di Stasiun Tugu.
“Alhamdulillah baik Ris” jawab aku.
“Gimana kabar kamu dan ibu mu ?” tanya aku kepada Haris
“Alhamdulillah baik semua Fer walau ibu sedang sakit tapi sudah membaik” jawab Haris
“Kita ngobrol di mana nih Fer ?
ADVERTISEMENT
“Kita ngobrol di dalam stasiun saja di sinikan banyak kursi. Pagi-pagi begini pasti masih sepi," kataku kepada Haris.
Haris memang datang ke Yogya dengan waktu singkat karena ibunya sedang sakit. Tapi bagi aku Stasiun Yogya adalah bagian dari sejarah hidup di Yogya. Dulu Haris sering mengantar jemput kalo aku akan pergi ke Jakarta.
“Sudah lama ya tidak bertemu”
“Iya ya….habisnya sudah sibuk masing-masing”
Kemudian Haris bercerita perjalanan hidupnya selama ini.
“Hidup aku kok ya susah terus”.
“Beda dengan hidup mu Fer…kamu wis jadi orang sukses sedang aku belum”.
“Hidupku ya gini-gini wae”
“Bahkan pernah lho jualan roti keliling”, cerita Haris.
Whaattt jualan roti keliling !!! aku bener-bener terkejut
ADVERTISEMENT
“Kok bisa ?? aku penasaran.
“Habis cari kerja susah terus ada tawaran jadi penjual roti keliling ya di terima aja” sambil dia tertawa terbahak-bahak.
“Ibu kamu tahu ?”. tanya aku.
Nggak lah, kalo tahu bisa marah…nyekolahin aku sampai sarjana sampai jual sawah masa jadi tukang roti keliling” . Wajahnya yang ceria menjadi sedih, mungkin jadi inget ibunya yang sedang sakit.
Sudah 4 jam kita ngobrol ngalor ngidul. Akhirnya Haris pamit untuk kembali ke Solo naik Kereta Prambanan Ekspres.
“Sampai ketemu lagi ya Fer, lain waktu kita ketemu lagi” Haris sambil bangun dari duduknya.
“Iya Ris..salam buat ibu kamu ya” aku pun menemani sampai dia naik ke dalam kereta.
Lambat laun kereta meninggalkan Stasiun Tugu Yogyakarta. Dan aku kembali ke hotel tempat aku menginap.
ADVERTISEMENT
****
Malam itu hujan deras. Aku bersama-sama teman kuliah hendak pulang ke Jakarta. Biasanya kita pulang sendiri-sendiri kalo pulang ke Jakarta. Baru kali ini kita pulang ke Jakarta bersama. Kita berempat teman kuliah. Faris rumah di Cilandak, Rizky rumah di Slipi, Dwi rumah di Pondok Indah dan aku rumah di Pasar Minggu.
Naik Kereta Senja Utama kelas bisnis. Kalo lebaran arah Jakarta penumpang kereta sepi karena kita lawan arah arus mudik. Yang dari Jakarta ke Yogyakarta yang penuh sesak.
Sepanjang jalan Yogyakarta sampai Purwokerto di guyur hujan sehingga didalam kereta terasa dingin.
Tibalah kereta memasuki Stasiun Purwokerto. Kereta mulai berjalan lambat karena di Purwokerto kereta akan berhenti untuk mengambil penumpang. Biasanya berhenti antara 5 menitan. Ketika kereta berhenti beberapa menit, kita melihat ada siswa-siswi SMA sedang duduk-duduk di pos arus mudik. Diantara siswa-siswi SMA tersebut tiba-tiba ada yang menarik perhatian. Ada cewek manis berdiri menggunakan baju Pramuka.
ADVERTISEMENT
“Eh temen-temen itu cewek cantik ya, yang pakai baju pramuka?” kata Rizky
“Oh iya ya, kenalan yuk? Dwi langsung bangun dari duduknya.
“Elu Fer biasanya paling jago kalo kenalan sama cewek!! Rizky sambil membuka pintu kereta.
Akhirnya aku panggil dia dari kereta sampai melambaikan tangannya agar dia mendekati pintu. Tapi tiba-tiba kereta mulai berangkat karena diumumkan kereta segera berangkat. Kereta mulai berjalan pelan-pelan. Tapi cewek SMA itu ternyata melihat aku melambaikan tangan. Akhirnya aku mengeluarkan kartu nama aku dan meminta cewek itu mengambil dari pintu kereta. Dia berlari-lari kecil hingga akhirnya mendapatkan kartu nama aku. Dan kereta meninggalkan Stasiun Purwokerto menuju Jakarta. Beberapa bulan kemudian aku dapat email dari cewek tersebut.
ADVERTISEMENT
Bersenang-senanglah Karena hari ini yang akan kita rindukan Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan, Bersenang-senanglah Karena waktu ini yang akan kita banggakan di hari tua ( Kisah Klasik Untuk Masa Depan : Sheila On 7 )
Ferryal Abadi - 8 Agustus 2020