Mengejar Pembangunan Infrastruktur

Ferryal Abadi
Lecturer/Socioprenuer/Writer
Konten dari Pengguna
7 September 2020 8:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferryal Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi pembangunan infrastruktur Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi pembangunan infrastruktur Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2017 banyak pembangunan infrastruktur dimulai dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Pembangunan infrastruktur ini setelah hampir 20 tahun kita nyaris berhenti membangun. Akibat krisis ekonomi 1998 banyak proyek infrastruktur berhenti di tengah jalan sehingga kurun waktu 20 tahun Indonesia praktis hanya membangun proyek-proyek pilihan untuk menekan biaya yang tinggi. Setelah Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia mulailah proyek infrastruktur yang dulu terhenti mulai di jalankan.
ADVERTISEMENT
Presiden Soekarno setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga membangun infrastruktur hanya saya infrastruktur yang dibangun lebih ke arah dasar negara, falsafah negara dan nilai-nilai kebangsaan. Infrastruktur politik pada saat itu lebih dibutuhkan agar rakyat Indonesia mempunyai identitas sebagai suatu negara yang baru merdeka. Tapi bukan berarti mengabaikan infrastruktur fisik walau masih terpusat di Jakarta. Proyek mercusuar banyak yang menganggap Presiden Soekarno melupakan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Padahal proyek-proyek tersebut sangat bermanfaat dan sampai saat ini banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia seperti Gelora Bung Karno, Gedung MPR/DPR, Hotel Indonesia, Masjid Istiqlal dan masih banyak lagi.
Era Presiden Soeharto pembangunan digalakan setelah era Presiden Soekarno. Pembangunan jalan-jalan sampai ke desa-desa, pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS), SD inpres, pasar inpres, jalan tol Jakarta-Cikampek, jalan tol Jagorawi, bandara-bandara, program jalan masuk desa, bahkan masjid-masjid seperti masjid amal bakti pancasila dan masih banyak lagi pembangunan lainnya. Pembangunan relatif lebih merata ke seluruh Indonesia walau masih terpusat di Jawa. Dan Presiden Soeharto menjadi bapak Pembangunan Indonesia. Begitupun seterusnya pembangunan infrastruktur di lanjutkan Presiden Indonesia di setiap periodenya.
ADVERTISEMENT
Penulis pernah berkunjung ke negeri China atau yang disebut Tiongkok di pertengahan 2017. Tapi bukan berkunjung ke kota-kota besar di China seperti Beijing, Shanghai atau Guanzhuo. Penulis berkunjung ke kota Weihai di Provinsi Shandong. Weihai bukanlah Ibukota Shandong tapi infrastrukturnya sangat baik melebihi Ibukota Provinsi di Indonesia di luar Jawa. Kebetulan penulis datang dan pergi melalui bandara Yantai. Bandara Yantai yang ditempuh sekitar 1 jam lebih ke Kota Weihai memberikan kesempatan untuk mengamati perjalanan. Dari bandara Yantai hingga kota Weihai mengunakan perjalanan darat dan melewati jalan tol. Di China antar daerah tersambung jalan tol yang di sebelah jalan tersebut terdapat jalur kereta. Di bandara Yantai walau kota kecil tapi bandaranya sangat jauh lebih baik dari bandara-bandara di Indonesia kecuali Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Juanda Surabaya. Kota Weihai sangat bersih dan mempunyai jalan-jalan yang lebar padahal mungkin Kota Weihai itu setingkat kabupaten/kota di Indonesia. Artinya kita sangat tertinggal jauh dengan infrastruktur yang saat ini ada. Ketimpangan Jawa dan luar Jawa masih sangat jauh.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah di tulis di awal pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo sedang giat-giatnya membangun infrastruktur khusus pembangunan jalan tol. Untuk jalan tol menurut data Badan Pengatur Jalan Tol hingga akhir November 2017 mencapai 332 kilometer dan target hingga akhir tahun 2019 sekitar 1.852 kilometer. Jalan tol yang di bangun tidak hanya di Pulau Jawa tapi di seluruh pulau di Indonesia seperti dibangun Trans Sumatera, Trans Kalimantan bahkan Trans Papua. Penambahan jalan tol berdampak pada pembangunan kota-kota yang dilewati jalan tol. Penyebaran distribusi barang yang lancar bisa mengurangi biaya/efisiensi biaya. Tol laut juga dibangun untuk mengurangi biaya pengiriman yang berpengaruh pada harga jual. Selain tol, bandara juga menjadi perhatian pemerintah kini banyak bandara di daerah yang di renovasi/diperbaiki. Bandara Soekarno Hatta kini mempunyai terminal yang modern dan baru saja beberapa minggu lalu Presiden meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta yang baru di daerah Kulon Progo. Membangun bendungan, LRT, MRT, kereta cepat, sekolah, rumah sakit dan proyek infrastruktur fisik maupun non fisik akan membuat Indonesia ke depan menjadi negara dengan Infrastruktur yang lebih baik sehingga bisa mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam mensukseskan program infrastruktur. Hambatan yang paling utama pembangunan infrastruktur adalah pembebasan lahan. Ini yang menyebabkan pembangunan menjadi lama dan menjadi high cost bagi investor. Apalagi di disengketakan ke pengadilan yang menyebabkan bertambah lama waktu pengerjaannya. Kesadaran masyarakat masih rendah padahal mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri lebih baik dalam menanamkan kebersamaan yang diajarkan pendiri bangsa kita. Pemerintah, masyarakat, dan investor haruslah saling bersinergi untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik karena pembangunan infrastruktur dapat menjalankan perekonomian.
Ferryal Abadi, Dosen Magister Manajemen, Universitas Esa Unggul, Jakarta