Menulis Apa Untungnya?

Fiderman Gori
Penulis Merupakan Penggiat Literasi Sosial
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 14:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fiderman Gori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pexels.com
Dalam peradaban manusia menulis adalah salah satu kegiatan fundamental manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan menulis seseorang bisa menyampaikan pesan dan menerima pesan melalui sebuah tulisan. Tetapi, siapa sangka jika menulis bukanlah sembarang menulis, apa lagi jika kita menulis hal-hal yang bersifat teknis seperti, esai, opini dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
***
Saya mempunyai sebuah pengalaman menarik ketika saya pertama kali mengenal dunia penulisan pada pertengahan 2017 yang silam. Awalnya, sebelum saya memahami dan mengenal dunia penulisan secara kontekstual, saya mempunyai pandangan yang sempit dan konservatif, bahwa dunia penulisan itu hanya bisa di lakukan oleh segelintir orang yang memiliki kapasitas intelektualitas tertentu.
Tetapi, sadisnya lagi saya memiliki pikiran yang tidak cerdas pada saat itu, dimana saya membangun sebuah steoritip tersendiri di dalam diri saya tanpa memiliki dasar dan alasan subjektif. Di mana, saya menilai kegiatan menulis tersebut adalah kegiatan membosankan, buang-buang waktu, buang-buang energi dan sudah umum di lakukan oleh banyak orang.
Benar kata orang bijak katakan, "jangan menyimpulkan sesuatu dengan cepat tanpa melihat kebenaran yang sesungguhnya".
ADVERTISEMENT
Suatu ketika di fakultas di mana saya di bentuk dan di asah menjadi seorang intelektual, ada sebuah kegiatan yang di programkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada saat itu. Kegiatan tersebut salah satu kegiatan yang bersifat akademis yakni, workshop yang di ikuti oleh seluruh mahasiswa dari jurusan ilmu komunikasi dan ilmu pemerintahan di fakultas saya.
Sebagai seorang yang menyandang gelar mahasiswa, saya pun ikut berpartisipasi untuk mengikuti kegiatan workshop tersebut. Menariknya, tema workshop yang di angkat oleh BEM pada waktu itu adalah "Giat Menulis di Era Digital". Jujur saat itu, saya kaget dan penuh pertanyaan dari tema tersebut. Sebab, menurut saya tema tersebut sudah umum dan bukan hal baru untuk di perbincangkan di tengah-tengah mahasiswa. Meski dengan sudut pandang yang berbeda, namun saya tetap memberikan perhatian serta memahami secara serius dari konsep yang di bicarakan dalam seminar tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan waktu yang sangat terbatas, narasumber pertama dengan profesi penulis dan akademisi/dosen. Beliau mulai membuka pembicaraan tentang dunia penulisan dengan mengajukan sebuah pertanyaan sederhana. Apa dan bagaimana itu menulis?, Katanya. Saya yang tadinya ambigu, lantas nalar kritis mencoba mengeluarkan perintah, apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Akan tetapi faktanya, saya hanya diam dan tidak bisa memberi jawaban apa-apa.
Memahami dan menganalisa setiap penjelasan dari materi workshop membuat saya termotivasi dan terinspirasi. Dari sikap pesimis saya sebelumnya berubah menjadi optimis tentang esensi dari dunia penulisan. Di akhir materi ada sebuah kalimat menarik yang saya petik dari beliau, kalimat tersebut dia kutip dari seorang sastrawan terkenal di Indonesia namanya
Pramoedya Ananta Toer yakni, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Oleh sebab itu, jika ingin menjadi penulis, membaca dan mulailah menulis. Tulislah apa yang kamu pikirkan, menarik atau tidak sebuah karya tulismu itu urusan belakang. Begitu katanya.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari tingkat literasi yang sangat minim tentang penulisan, pelan-pelan saya mulai paham, bahwa kegiatan menulis bukan hal yang mudah untuk di lakukan oleh semua orang. Memang pada umumnya semua orang bisa menulis apa yang ingin dia tulis. Namun, pertanyaannya menulis yang di maksud itu seperti apa dan bagaimana? Karena tidak semua orang mampu membuat tulisan dengan gagasan yang rapi, runtut, menarik dan mencuri perhatian pembacanya.
Ternyata menjadi seorang penulis banyak proses dilakukan untuk mendapatkan bagaimana membuat tulisan yang menarik, berisi dan bernyawa. Mulai dari mempelajari trik-trik penulisan maupun KBBI dan PUEBI sebagai landasan memulai menulis .
Nah, dari pengalaman tersebut saya mulai belajar dan terus belajar dengan sungguh-sungguh. Mengikuti kelas menulis online dan offline, membaca tulisan orang, dan memahami setiap peristiwa yang terjadi sebagai sumber inspirasi untuk menulis. Berlatih terus menerus dan bertanya kepada orang-orang yang tepat. Sehingga, akhirnya saya tertarik untuk menulis di era digital sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Menulis apa untungnya? Pertanyaan tersebut muncul dari seorang teman dekat saya yang selalu memperhatikan kegiatan saya ketika sedang meramu sebuah tulisan. Dengan nada minor saya menjawab, menulis itu sebagai alat untuk menyalurkan isi kepala. Menulis memberikan banyak manfaat seperti, media untuk menyampaikan pendapat, kekecewaan, melatih daya ingat, meningkatkan daya kreativitas dan tidak kalah penting dapat menghasilkan uang. Selain itu, sebuah tulisan juga menjadi saluran untuk mengedukasi dan mengadvokasi setiap pembaca.
Meski kualitas tulisan saya masih dalam level masih biasa, namun paling tidak saya telah berhasil melawan sikap skeptis saya terhadap dunia penulisan. Memberanikan diri mengirim tulisan di beberapa platform digital, di luar dugaan akhirnya tulisan berhasil di tayangkan. Senang sudah pasti, karena kualitas sebuah tulisan di ukur ketika media tersebut layak menayangkan tulisan yang kita kirimkan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, bagi saya menulis adalah kegiatan menyenangkan sekaligus cara merawat imajinasi dan memperbanyak ilmu, sebab tidak semua orang bisa menuangkan ide menjadi sebuah tulisan dengan baik dan benar.