Konten dari Pengguna

Pengaruh dan Dampak Seruan Boikot Produk Pro-Israel Terhadap Masyarakat

Fika Suni Salsabila
Mahasiswa S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Santri, Intelektualis, Aktivis
11 Juni 2024 13:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fika Suni Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustasi/ Zahra Nurul
zoom-in-whitePerbesar
Ilustasi/ Zahra Nurul
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh : Fika Suni Salsabila
Konflik antara Palestina dan Israel sudah tidak asing lagi di mata dunia. Konflik tersebut telah terjadi dari abad ke-20 hingga kini masih saja belum menemukan titik terang. Israel tanpa henti menyerang warga Palestina atas bantuan Amerika Serikat. Penyerangan Israel terhadap Palestina bukan lagi dipandang sebagai perebutan suatu wilayah dan konflik agama, akan tetapi sebuah tindakan kejahatan, genosida, ketidakadilan, dan tidak berperikemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini Israel meluncurkan kembali serangan ke kota Rafah, Palestina. Rafah adalah salah satu wilayah yang menjadi pengungsian warga Palestina. Akibat dari serangan tersebut, banyak warga Palestina yang terbunuh dari kalangan warga sipil, wanita, hingga anak-anak. Penyerangan Israel ke kota Rafah dinilai sangat tidak manusiawi. Tak hanya itu, Israel juga menghambat akses bantuan dari berbagai negara untuk Palestina. Media sosial pun akhirnya ramai dengan postingan “ALL EYES ON RAFAH”, yang artinya seluruh mata tertuju pada Rafah.
Berbagai negara mendesak kepada PBB untuk memberikan kemerdekaan kepada Palestina, namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Akibat hal tersebut, sebagian masyarakat di belahan dunia melakukan boikot terhadap produk pro-Israel. Boikot bertujuan supaya produk-produk tersebut berhenti menjadi sumber dana Israel dalam perang. Akibatnya banyak perusahaan yang mengalami penurunan saham secara drastis hingga menurunkan pernjualan domestic. Dilansir dari UNAIR NEWS, Prof. Dr. Tika Widiastuti, S.E, M.Sc, guru besar ekonomi Universitas Airlangga mengatakan bahwa boikot tersebut dapat membawa dampak yang signifikan. Terutama pada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja Indonesia dan menggunakan bahan baku dari dalam negeri. Akibatnya sejumlah orang terpengaruh dan merasa takut akan kehilangan pekerjaan yang akan berdampak pada penurunan perekonomian mereka. Namun mereka tidak sepenuhnya menolak pemboikotan produk tersebut karena takut dianggap anti Islam atau pro-Israel, dsb.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu perlu dipahami kembali, boikot merupakan jihad yang sah dan bentuk perlawanan sekaligus kepedulian terhadap masyarakat yang tertindas agar mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan. Boikot bukanlah bertujuan untuk menghancurkan suatu perusahaan ataupun membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, akan tetapi upaya untuk memberi tekanan dan pengaruh secara ekonomi dan politik supaya negara yang diboikot tunduk kepada hukum internasional. Tak hanya itu, boikot juga bertujuan untuk meminimalisir pembuatan senjata yang digunakan oleh Israel untuk menyerang warga Palestina. Dengan demikian perlu kita sadari, bahwa dengan adanya boikot produk pro-Israel juga akan membawa dampak positif dengan meningkatnya keuntungan untuk produk-produk lokal.