KEKUATAN HARAPAN SEORANG GURU

Konten dari Pengguna
22 Mei 2017 1:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firda Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KEKUATAN HARAPAN SEORANG GURU
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebut saja namanya Jo, seseorang lulusan perguruan tinggi yang mengutarakan pengalamannya. Jo di masa SMA tidak memiliki hubungan yang baik dengan gurunya, ia tak pernah menunujukan kemampuan terbaiknya. Baginya, guru yang paling berpengaruh dalam belajarnya adalah guru yang memberi tahu bagaimana harapannya kepada Jo dalam melakukan pekerjaan dan merajut prestasi. Dari harapan-harapan guru itu ternyata membangun keinginan Jo untuk belajar. Ya, belajar untuk dirinya, dan juga untuk gurunya.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan Anna Ritter, guru baru di SD Dry Creek-California, yang membuat kepala sekolahnya terheran-heran dengan apa yang dia lakukan. Ia mampu menaikan kempampuan siswa kelas 1 pada pelajaran membaca dan matematika secara drastis. Dia menyampaikan harapan yang tinggi kepada siswanya bukan sekedar basa-basi. Di bagian depan ruangan kelasnya tertulis sebuah peraturan “Selalu lakukan yang terbaik dalam segala hal”. Pada bagian lain ada suatu tulisan “Seseorang yang tidak memiliki tujuan akan menghancurkan dirinya sendiri” pada sisi dinding lain terpajang nilai bulanan siswa. Dari semua ini terpancar atmosfer ambisi, yang didefinisikan sebagai “keinginan untuk menjadi unggul, kerja keras menuntun pada tujuan yang bermanfaat.
Cerita lain datang dari Lott, guru kelas 5 di SD Truxton, New York, yang mencoba menyampaikan harapan yang tinggi terhadapa kemampuan siswanya, namun para siswa memilliki harapan yang rendah terhadap diri mereka. Siswa memprotes harapan-harapan Lott tersebut dengan mengatakan “mengapa guru mengharapkan banyak hal pada kami? Kami adalah kelompok rendah”. Dengan penuh motivasi Lott menjawab “kalian sudah diberi tahu bahwa kalian tidak dapat melakukan hal tersebut, tapi saya tidak akan menyimpan kalian pada kategori siswa yang rendah. Kalian dapat melakukannya jika kalian mencoba!”
ADVERTISEMENT
Dari ketiga cerita diatas merupakan pengalaman para guru dan siswa yang dipaparkan menarik pada salah satu subbab buku “Educating for Character” karya Thomas Lickona. Cerita ini menggambarkan bagaimana rasa menghargai dan kepedulian guru itulah yang dijadikan modal utama menumbuhkan rasa tanggung jawab, semangat, dan perubahan positif terhadap siswanya. Cara mengajar guru dengan diiringi penyampain harapan-harapan besar terhadap kemampuan siswa serta hubungan personal yang baik menjadi salah satu langkah dalam membangun kesadaran nurani siswa untuk belajar menghargai pembelajaran dan peduli akan kualitas pekerjaan mereka. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para guru memperhatikan dan mulai memupuk kesadaran para siswa akan tanggung jawabnya dengan siraman harapan-harapan besar akan potensi siswa.