Karena Retorika adalah sebuah keniscayaan dalam hidup

Konten dari Pengguna
14 Januari 2017 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Usai Debat Pilkada DKI 2017 edisi I, semua netizen di dunia social media Indonesia mulai bercuit membela masing-masing. Membela masing-masing jagoan calonnya.
ADVERTISEMENT
Terbahaslah kata ajaib. Retorika.
Lalu muncul opini, bahwa Retorika itu tidak penting, yang penting kerja.
Wah, ini opini yang berbahaya, membelakangi demokrasi dan best practice di dunia profesional.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika/re·to·ri·ka/ /rétorika/ n 1 keterampilan berbahasa secara efektif; 2 studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; 3 seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.
Dalam hal demokrasi juga perjuanhan kemerdekaan. Apa jadinya jika dulu Soekarno yang seorang Insiyur di Arstike tidak beretorika saat berpidato. Langsung mengambil kesimpulan. Bahwa misal "Kita harus Merdeka lalu titik." Siapa pula yang mau mengikuti Soekarno. Segala ide, gagasan dan horizon baru memerlukan sebuah retorika.
Niscaya jika Soekarno, Muhammad, Gandhi, Sidharta, Isa, Hitler atau Pemimpin RT tidak bisa beretorika, bahwasanya Pemimpin tersebut tidak meliliki sepasang Visi dan Misi yang jelas. Pemimpin tersebut hanyalah sebuah eksekutor yang peduli akan output saja, tapi tidak bisa menjelaskan kenapa pengikut-pengikutnya harus mengikuti gagasannya.
ADVERTISEMENT
Dalam kerangka best practice sebuah perusahaan pun, apa jadinya jika semua ide yang dikerjakan tanpa melalui retorika dulu, bagaimana mungkin seorang bawahan sang penggagas ide tidak boleh beretorika sebelum sampai ke ide utama. KArena Retorika di dunia bisnis adalah data, mengapa program in perlu dijalankan dan menjadi sebuah solusi.
Karena Retorika adalah sahabat dari sebuah ide. Maka jika tidak ada retorika, dunia ini akan penuh dengan orang-orang taktikal. Software Miscrosoft Point pun tidak akan laku, kata-kata menjadi tiada guna, karena Retorika dilarang, maka semua ide tidak butuh penjelasan.
Dalam dunia sastra, jika Retorika tidak ada, maka semua Buku akan terdiri dari satu halaman saja, yaitu halaman kesimpulan.
Dalam dunia film, kisah Cinta dan Rangga tidak perlu berdurasi lebih dari 1 jam. Karena mereka cukup bertemu di bandara lalu berciuman.
ADVERTISEMENT
Oh betapa dunia yang kering dan suram, jika sebuah Retorika dipandang sinis.