Kenapa Kita Harus Memuja Jose Mourinho

Konten dari Pengguna
12 Februari 2017 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya cukup beruntung pada medio tahun 2016 pernah dalam ada satu forum meeting dengan Budiono Darsono (Pendiri Detikcom dan sekarang menjadi Presiden Komisaris kumparan.com). Pada forum meeting tersebut yang sejatinya sedang membahas rencana sinergi kerjasama antar perusahaan dan diakhiri dengan tanggapan beliau bahwa stasiun televisi dan TV Berbayar di Indonesia harus berani berinvestasi (mahal) untuk menyiarkan siaran sepakbola Eropa, khususnya Liga Inggris.
ADVERTISEMENT
Yang paling menarik adalah ucapan Budiono Darsono bahwa beliau adalah pengagum seorang Jose Mourinho. Budiono Darsono akan selalu mendukung tim yang dilatih Jose Mourinho. Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Chelsea lagi dan Manchester United. Budiono Darsono ini terpikat oleh sosok dalam sepakbola, bukan sebuah klub. Beliau jatuh cinta (baca : ngefans) akan sosok seorang Jose Mourinho. Tidak seperti fans sepakbola di Indonesia pada umumnya, yang loyal pada sebuah klub, Budiono Darsono loyal kepada sosok Pelatih, bahkan bukan loyal kepada sosok seorang pemain, seperti yang terjadi di Maradona sehingga ada agama "Maradona" di Argentina.
Pada satu titik tingkat sebuah loyalitas / fanatisme, saya merasakaan bahwa fanatisme yang dilakukan Budiono Darsono kepada Jose Mourinho sangat sakral dan luhur. Budiono Darsono kagum, jatuh cinta atau tresno atine ke pemikiran seorang Jose Mourinho dari sisi leadership, perencana taktik, visioner, kutipan-kutipannya dan jatuh cinta kepada sepakbola yang ditawarkan oleh Jose Mourinho.
ADVERTISEMENT
Sepakbola yang ditawarkan Jose Mourinho adalah sepakbola pragmatis, yang anehnya terasa sama seksinya dengan sepakbola menyerang ala Pep Guardiola. Jose Mourinho membuat sepakbola parkir bus dan counter attack menjadi sangat seksi dan berdebar-debar. Hanya seorang Jose Mourinho yang membuat klub sebesar Real Madrid dengan Cristiano Ronaldo dan Mesut Ozil kala itu, bermain parkir bus bermain melawan Barcelona. Hanya Jose Mourinho yang bisa mematahkan dominasi Barcelona ala Pep Guardiola kala itu. Ingat hanya Jose Mourinho juga dengan tim ala kadar bernama Porto bisa mengalahkan taktik seorang Sir Alex Ferguson dalam diri klub agung Inggris bernama Manchester United. Atau bagaimana heroiknya Inter Milan yang dipimpinnya mengalahkan Barcelona di Liga Champion Eropa dengan sepakbola "pasif tapi seksi menggebu-gebu" hingga akhirnya Inter Milan menjuarai Treble Champion.
ADVERTISEMENT
Jose Mourinho dicintai karena dia adalahJose Mourinho. Jose Mourinho adalah bentuk rebelisme, bentuk dari anti keindahan yang tetap bisa meraih sukses, tidak perlu malu bekerja rendahan asal halal, persistensi dari kengototan bahwa hidup itu bisa ditaklukkan kalau kita bekerja keras dan menjadi diri sendiri. Jose Mourinho konon yang memperkenalkan sepakbola statistik dan riset di era digital sepakbola ini. Jose Mourinho adalah sosok anti-kemapanan. Bahwa sukses bisa diraih dengan cara yang tidak melulu indah melalui misal American Dreams Way.
Puncak dari keagungan visioner berfikir dalam diri Jose Mourinho adalah bagaimana mulutnya mengucapkan mind-war kepada lawannya. Kesombongan Jose Mouriho adalah nomor satu di dunia sepakbola. Nomor dua adalah ego Jose Mourinho. Nomor tiga adalah mulutnya. Menularkannya ke bentuk permainan timnya. Menularkannya ke setiap pemainnya.
ADVERTISEMENT
Jika seorang Johan Cruyff adalah seorang visioner dan filsuf untuk sepakbola menyerang. Maka Jose Mourinho adalah antitesis dari Johan Cruyff. Jose Mourinho adalah visioner dan filsuf untuk sepakbola pragmatis. Saya bisa membayangkan dalam rentang waktu 20-30 tahun kedepan, akan dikenang menjadi seorang filsuf sepakbola seperti Johan Cruyff.
Jika Johan Cruyff dipuja karena pada jamannya bisa visioner "melihat ke depan sepakbola menyerang". Jose Mourinho akan dikenang karena meletakkan fondasi visi sepakbola statistik ala "Footbal Manager" menjadi kenyataan. Jose Mourinho menjadi dan menunjukkan sebuah pembenaran bahwa sepakbola parkir bus itu indah. Bahwa bertahan dalam sepakbola lalu counter attack dalam sepakbola membutuhkan sebuah seni.
Jose Mourinho adalah seniman dalam pragmatisme hidup. Dan perlu dipuja.
ADVERTISEMENT
Kenapa hal-hal diatas menjadi susah dimengerti? Jika anda tidak mengerti dan tidak setuju tulisan saya di atas, berarti anda tidak benar-benar mencintai dan mengerti sepakbola secara utuh. Mungkn cinta sepakbola, tapi tidak mengerti.
Kenapa begitu?
Karena saya adalah seorang Liverpudlian (sebuah organisasi fans klub yang sangat cinta loyal kepada klub jaman prasejarah bernama Liverpool FC).Dan saya seperti Budiono Darsono, saya jatuh cinta pada pemikiran seorang Jose Mourinho. Bukan hanya sebagai pelakon di dunia sepakbola. Tapi juga sebagai manusia.
Semua orang bisa jatuh cinta pada satu klub sepakbola. Tapi jatuh cinta pada seorang pelatih sepakbola adalah satu level di atas membaca buku "50 Cara Mencintai Sepakbola".
Sampai sekarang, walalu Jose Mourinho membela panji Manchester United yang agung. Saya masih memperhatikan kutipan dan metode taktik Jose Mourinho. Kata Jose Mourinho, Manchester United adalah pekerjaan impiannya dan pekerjaan terberatnya. Berat karena dalam diri Manchester United mulai ketakutan akan menjadi "The New Liverpool". Sehingga harus merekrut pelatih yang berseberangan ideologi dengan nilai-nilai klub, yang ada pada diri seorang Jose Mourinho.
ADVERTISEMENT
Disaat itulah mimpi saya bahwa Jose Mourinho akan melatih Liverpool FC suatu hari nanti kandas.
--
Akhir kata, jika Jose Mourinho mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia atau Gubernur DKI Jakarta. Saya pastikan saya akan ada di garda di depan. Menjadi pendukung fanatiknya. Atau setidaknya menjadi buzzer. Dan saya yakin saya siap membela Jose Mourinho sehingga teman-teman dan follower social media saya menjauhi (unfriend atau unfollow) akun saya.
Salam Sepakbola :)
ygz6j3fuxgqdxivnr2yqPA-23828993-702x336_2x_pc33x4