Revies Debat Pilpres 2019 Edisi III & IV : Politik Adu Rayu

Konten dari Pengguna
31 Maret 2019 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Reporter berita dari media TV di Indonesia sedang melakukan wawancara khusus ke tim Avengers.
ADVERTISEMENT
Reporter : ‘Mas Tony, boleh saya panggil Mas Tony atau Om Tony?’
Tony Stark : ‘Panggil saja Bro. Kayak Bro-Sis yang PSI itu lho. Tapi panggil Mas sajalah, biar akrab.’
Reporter : ‘Sebelumnya apakah sudah ada feeling gitu atau firasat, mengenai kejadian mengenaskan yang menimpa Peter Parker ?’
Tony Stark : ‘Sudah Mbak. Saya tempo hari sudah ngerasa gak enak gitu tiap melihat Peter. Lalu kemarin pagi pas saya CFD-an di Sudirman-Thamrin sama Pepper, saya juga sudah mbathin, kok makjleb tiba-tiba kepikiran Peter. Lha kok sekarang jadi abu. Peter sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri. Sedih saya Mbak, cita-cita saya Peter mau saya arahkan jadi pegawai Pemrov Jakarta soalnya. Saya ndak mau Peter masuk politik kayak Grace Natalie atau Tsamara Amany…’
ADVERTISEMENT
Reporter : ‘Bisa diceritakan kembali detik-detik Peter menjadi abu atau debu..’
Tony Stark : ‘………………………’ (diam tidak menjawab. Bibirnya bergetar menahan isak.)
Reporter : ‘Apakah ada kenangan khusus atau momen spesial bersama Peter, Mas Tony?’
Tony Stark : ‘Ada Mbak. Kenangan favorit saya. Pas lagi malam-malam pernah Peter kasih saya surprise. Peter kirimin saya via Gojek menu Martabak Manis Cak Kumis kesukaan saya. Peter tahu banget saya Mbak. Saya gak bisa tidur bahagia sebelum nyemil. Langsung saya buat InstaStory dengan tulisan “Thanks kesayangankuw. Menggendat bersama. See you tom on Gym yawh”. Jadi nangis saya Mbak cerita begini. Mbrebes mili atine..’
Reporter : ‘Kalau boleh tahu. Apa lagu favorit Peter Parker, Mas?’
ADVERTISEMENT
Tony Stark : ‘Peter itu masih muda. Sukanya music yang keras-keras. Peter suka Superman Is Dead. Follow Twitter-nya mas Jirinx. Saya pribadi agak kurang setuju. Saya suka lagu-lagu legend ala Anang Hermansyah feat Krisdayanti. Ikang Fawzi saya juga suka. Kalau Slank dulu suka tapi sekarang jadi politis mereka. Saya lagi suka lagunya Tulus-Glenn Fredly-Yovie Widianto yang judulnya “Adu Panco” itu lho Mbak..’
Reporter : ‘Adu Rayu kaliii Mas…’ (memicingkan mata penuh menghakimi Tony Stark)
Reporter : ‘Boleh diceritakan apa kalimat terakhir Peter, Mas?’
Tony Stark : ‘…………………….’ (air mata menetes, ingus mengalir sedikit di kumisnya)
Reporter : ‘Dan boleh tahu gimana perselisihan Mas Tony dan Mas Steve, apakah sudah akur dan apakah masih saling nge-block di Instagram?’
ADVERTISEMENT
Steve Rodgers: ‘Sudah sudah Mbak Reporter ! Kasihan ini Mas Tony. Jangan diberondong pertanyaan seperti itu. Kami sudah baikan. Sudah saling follow lagi di Instagram. Sudah tidak ada lagi orang ketiga yaitu Mas Bucky. Saya kira sudah cukuplah. Saya sedih Mas Bucky jadi abu juga. Ya sudah saya dan Mas Tony sudah baikan, gak berharap apa-apa lagi kami, yang penting Gusti Allah mberkahi Avengers. Doakan saja ya Mbak yang terbaik.’ (Steve tampak emosi sembari mengusap ingus Tony dengan tangannya tanpa sapu tangan).
Reporter : ‘Pertanyaan terakhir nih untuk Mas Tony atau Mas Steve. Pilih Jokowi , pilih Prabowo , atau Golput? Dukung mana nih hayo..?’
Thor Son of Odin : ‘Astaghfirullah Mbak. Sampeyan arep tak balang nganggo kapak palu-ne enyong?’ (Translasi : Astaghfirullah Mbak. Anda mau saya lempar pakai kapak palu saya?)
ADVERTISEMENT
--
Bulan Maret 2019, sempat viral di Indonesia ada bayi lahir yang diberi nama orang tuanya “Gopay”. Sebagai apresasi pihal Gojek Indonesia langsung memberikan saldo Gopay kepada Gopay sebanyak Rp 500.000,- selama setahun untuk free mengunakan jasa Gopay.
Bingung bacanya yha ~
Fenomena ini membuat orang tua baru di Indonesia bisa saja memberi nama anaknya seperti Kredivo, OVO, Uang Seratus Ribu Rupiah, Uang Seratus Ribu Doll US, Cicilan Bunga 0%, Tiket Gratis Garuda Indonesia, MRT, PPh atau Telkomsel Poin.
Di tengah gempuran nama-nama barat untuk nama bayi, bagi sastrawan Indonesia fenomena penamaan bayi dengan hal-hal sekitar yang dekat dan memiliki makna dalam adalah hal yang sangat menenangkan dan membanggakan, seperti nama:
ADVERTISEMENT
Bintang
Mentari
Senja
Laut
Jenaka
Gempita
Senda
Gurau
Belaka
Pahala
Dosa
Bumi
Danau
Situ
Gintung
Waduk
PLTA
Irigasi
Rembulan
Cahaya
Sinar
Senter
Listrik
PDAM
PLN
First Media
Netflix
Udara
Gedung
Mall
Jembatan JPO
Billboard
Kemuning
Pelangi
Hijau
Daun
Tanah
Pupuk
Pohon
Kelelawar
Kodok
Cebong
Kampret
Dst
--
Di dunia maya yang kejam dan kelam yang menuntut kesempurnaan feed, Cebong adalah julukan ejekan yang ditujukan untuk Paslon 01. Sedangkan Kampret adalah julukan ejekan yang ditujukan untuk pendukung Paslon 02.
Baik yang Sarjana, kuliah S1 , S2, S3, MBA, Profesor maupun penduduk urban kota besar dan kota kecil, semuanya sudah masuk ke dunia “Cebong vs Kampret”. Mereka ini mendukung pilihannya menggunakan kacamata kuda, sehingga banyak nilai-nilai kebersamaan, kemanusiaan dan persatuan yang sudah hilang.
ADVERTISEMENT
Apapun pendidikan kita, semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya ilmu menjadikan kita manusia yg lebih baik. Baik secara aplikasi keilmuan. Baik secara moral. Baik bersikap. Baik juga bertutur kata dan sopan. Semakin tinggi ilmu seharusnya menjadikan seseorang menjadi lebih membumi, bisa melihat di tengah dan bisa melihat dari berbagai sudut pandang / perspektif.
Semua orang bisa berilmu, tapi belum tentu mendapatkan kebijakan.
Masalah terbesar kemanusiaan adalah dimulai jika setiap manusia (merasa paling) benar, maka manusia tersebut akan merasa (paling) mulia.
Jika merasa benar, manusia cenderung mengkoreksi dan menyalahkan orang lain, disinilah dimulai perpecahan.
Padahal keberanan itu relatif. Di sisi sayap kiri mengatakan kebenaran adalah A. Di sisi sayap kanan mengatakan kebenaran adalah B.
ADVERTISEMENT
Bicara tentang pendidikan politik, perpecahan yang terjadi sekarang ini juga merupakan kesalahan Kementrian Pendidikan sejak jaman kuda makan burger.
Kenapa anak-anak SD, SMP, SMA tidak diajarkan pendidikan politik?
Sentuhan pertama politik kepada rakyat Indonesia adalah saat para WNA ini berumur 17 tahun dengan todongan keharusan memilih ‘apa pilihan poliitik kamu?’.
Tidak ada background pendidikan politik yang jelas dari Kementrian Pendidikan. Kekosongan edukasi ini diisi oleh media-media dengan selalu memberitakan bahwa ‘politikus ditahan’ , ‘partai X tidak komit terhadap rakyat’, ‘wakil DPR lupa pada janjinya’, dst.
Sayangnya, masyarakat Indonesia melihat dan menilai politik seperti hitam dan putih.
Padahal selain hitam dan putih, Tuhan juga menciptakan warna abu-abu.
Padahal politik itu bukan hitam dan putih.
ADVERTISEMENT
Politik itu abu-abu.
Politik itu kompromi.
Akan sangat membingungkan kenapa dulu Megawati bisa berduet dengan Prabowo di Pilpres, kini berseberangan.
Akan sangat meresahkan dulu Wiranto, Luhut dan Prabowo berada di satu garda saat tahun 1998, kini berseberangan.
Akan sangat membuat tanda tanya dulu Jokowi minta tolong Prabowo, sekarang seperti menjadi The Greatest Rival.
Akan sangat membuat decak heran, Ma’ruf Amin dulu getol menjebloskan Ahok, lalu 6 bulan ini tingkahnya seperti merangkul pendukung Ahok & Milenials.
Politik. Yha ~
--
Selanjutnya saya akan mereview Debat Cawapres dan Capres 2019 sekaligus dalam artikel ini :
1. Debat Cawapres (18 Maret 2019)
• Ma’ruf Amin
Samuel L Jackson berusia 70 tahun saat baru saja membintangi film Captain Marvell sebagai Nick Fury.
ADVERTISEMENT
Sementara di Indonesia ada eyang berusia 76 tahun yang mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden.
Kenapa orang barat di usia 70-an tahun masih terlihat sangat muda, gesit dan tajam ya seperti Samuel L Jakson?
Ma’ruf Amin ini di usia yang Magrib, eh maaf senja, sebenarnya juga lumayan tajam ternyata. Saat pelaksaaan Debat Cawapres tanggal 18 Maret 2019 Ma’ruf Amin banyak membuat penonton sadar. Sadar bahwa selain cutting jas-nya panjang sebelah, ternyata Ma’ruf ini tajam ingatannya dan lancar bicara juga menjawab mengenai hal-hal politik yang up to date.
Sebenarnya agak menggangu dan kasihan bahwa Ma’ruf Amin seperti ikut kurus singkat atau semester pendek lalu dijejali oleh timses dengan istilah-istilah baru seperti Decacorn, Universitas Cyber, Infrastruktur Langit, 10 Years Challenge dan yang menggangu telinga adalah beliau berulang kali mengatakan frase “DUDI”.
ADVERTISEMENT
‘OPOOO SIIIHH DUDIIIII…. ?’
Yang ternyata singkatan dari Dunia Dudi.
Lho kok Dudi lagi.
Jadi Dudi itu apa? Jangan buat kami penasaran.
Arti yang benar adalah Dunia Industri.
Angkat sarung, eh angkat topi untuk Pak Kyai.
Dulu saya sempat under estimate Ma’ruf Amin, dulu saya sempat berfikir Ma’ruf Amin ini seperti “akun Instagram yang Followers-nya 1.000 tapi jumlah posting-nya 0’.
Saya ralat, maaf saya salah, Ma’ruf Amin ini seperti “akun Instagram yang Followers-nya 1.000 tapi jumlah posting-nya 1”.
• Sandiaga Uno
‘SOPO MANEH MBAK LIES FROM SRAGEN…?’
‘SOPO MANEH KUWI ANANDA SALSABILA…?’
‘TOLONG JELASKANN KEPADA KAMI SIAPA MEREKA SEMUA!’
Sandiaga membuka pidato dengan mengucapkan selamat ulang tahun ke 76 tahun kepada Pak Kyai. Yang sepertinya tidak tulus dan merupakan satire. Kenapa? Yha ~ kalau Sandiaga tulus dia akan kasih kado ke Pak Kyai donk.
ADVERTISEMENT
Sandiaga melakukan persona santun tapi cerdas. Tidak mau menyerang dengan kasar ke Pak Kyai, tapi coba menjawab dan menjelaskan segala hal dengan lincah.
Begini rumus template jawaban Sandiaga :
‘Kebetulan latar belakang saya adalah ……’
‘Saya kenal Ibu …. dari kota ….’
Bagaimana tidak, Sandiaga telah keliling 1.500 titik di Indonesia selama masa kampanye. Entah ini titik apa saya juga bingung.
Apakah garis titik titik, titik titik garis, garis titik titik, titik titik garis.
Lho malah jadi sandi morse.
Sandiaga semakin tampak mengganggu dengan selalu menyebutkan “Link and Match” terus menerus. Nah berasa lagi main Tinder kan?
Untuk Debat Cawapres ini sendiri memasuki puncak yang aneh saat kontestan memperdebatkan menegenai sedekah putih, sedekah asi dan bahkan Sandiaga sempat mengucapkan “SUSU ADALAH PUTIH.”
ADVERTISEMENT
Benar. Susu itu Putih.
Luar biasa. Sangat puitik.
2. Debat Capres (30 Maret 2019)
• Joko Widodo
Jokowi mengatakan bahwa pendidikan Pancasila harus dimulai dari level PAUD dan TK. Saya setuju Pakde. Dulu jaman saya SD tahun 90-an saya diharuskan menghapalkan “36 Butir-Butir Pedoman Pengamalan Pancasila” di pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Sekarang butir-butir tersebut masih ada dan beranak pinak menjadi 45 butir. Saran saya segera upload ke-45 butir tersebut di aplikasi Spotify. Agar anak muda bisa mendengarkan. Gak kebayang 20 tahun lagi butir-butir ini udah punya cucu jadi 60 butir. Gimana ngapalinnya woi.
Jokowi tampil tenang kali ini. Tidak semenggebu seperti sebelumnya. Narasi yang dibuat adalah narasi harapan. Namun sempat terlihat tidak percaya diri lirik kanan-kiri saat diserang terus oleh Prabowo mengenai konsep pertahanan negara.
ADVERTISEMENT
Jokowi kali ini banyak diserang Prabowo kalau penasehat Jokowi banyak salah supply data dan saran mengenai bidang pertahanan. Saya yakin Lord Luhut sebagai Perdana Menteri Indonesia akan merasa panas dalam selama debat. Untung Lord Luhut membawa Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga berlambang Badak edisi Doraemon untuk meringankan gejala panas dalam.
Timses Paslon 01 ini hobi ngebuat singkatan
Setelah DUDI, timses Jokowi-Amin mengeluarkan jardon DILAN.
Kepanjagannya adalah Dilanda Kegalauan.
Bukan.
DILAN disini DIGITAL MELAYANI yha gaes ~
Selain itu Jokowi banyak menyebutkan “ALUTSISTA”. Saya takut Pakde kepleset ngomong “INUL VISTA”. Terus tiba-tiba ada mbak-mbak ketok pintu ‘Mau nambah sejam lagi Mas Mbak karaokenya?’
Oh ya seharusnya Jokowi bilang seperti ini di penutup “Saya lebih sipil daripada sipil.”
ADVERTISEMENT
• Prabowo Subianto
‘KENAPA KALIAN TERTAWA !!! LUCU YA ?!’
Jujur saya yang nonton dirumah juga kaget lalu diam saat Prabowo marah.
Iya Pak memang lucu politik Indonesia.
Prabowo tampil prima dan menyerang. Sama sekali tidak kendor temponya. Prabowo membawa narasi ketakutan. Takut bahwa pertahanan tentara Indonesia lemah. Takut negara ini diremehkan oleh asing. Takut uang yang berputar di Indonesia dibawa keluar negeri. Prabowo ini kalau pacaran kayaknya suka insecure dan posesif. Yha ~ pantes masih sendiri yha Pak.
Saya sendiri takut tambah gemuk. Saya juga takut uang saya ada dimana. Di dalam negeri gak ada Apalagi di luar negeri. Saya paham ketakutan Bapak.
Saya sendiri jadi lapar setiap Prabowo menyebutkan kapal selam. Saya jadi inget pempek kapal selam. Jari-jemari saya sempat mau pesan pempek via Go Food.
ADVERTISEMENT
Prabowo mengklaim “SAYA LEBIH TNI DARIPADA TNI”.
Wow. Sebentar Pak.
Ini seperti “Saya lebih gendut daripada gendut”.
Ini seperti “Saya lebih putih daripada susu”.
Daripada tegang, mending Pak Prabowo ikut saingan adu rayu deh bareng Nicholas Saputra vs Chicco Jericho untuk dapetin Velove Vexia.
Ya kali Pak jodoh ~ kayaknya Velove Vexia suka sama figur kebapakan dan chubby kayak Bapak. Bapak juga lebih mapan. Insya Allah hidup Velove bahagia dan berkah.
Jangan takut Pak Prabowo, pertahanan terbaik negeri kita adalah mulut-mulut jahat nan judes para netizen budiman juga mulia.
--
Nikita Khrushchev , Presiden Rusia era 60-an sahabat Soekarno, berkata ‘Politicians are the same all over. They promise to build a bridge even where there is no river.’
ADVERTISEMENT
Jadi jangan heran jika Debat Pilpres 2019 lebih ke panggung menyampaikan janji daripada panggung debat cerdas seperti yang dilakukan oleh pemilu-pemilu Amerika.
Petahana menyampaikan janji-janji sama yang belum terlaksanakan padahal sudah kerja 4,5 tahun dengan narasi harapan dan jualan infratruktur. Lalu mengeluarkan jurus Kartu lagi untuk masalah kesenjangan ekonomi.
Ya Allah, Pakde Joko..selama 4,5 tahun ini ngapain aja yha ~
Penantang menyampaikan janji-janji mengembalikan kejayaan Indonesia dengan narasi hati-hati negara ini bisa hancur (ekonomi,pertahanan, dll). Tapi solusinya juga mirip seperti solusi Petahana, tidak ada yang baru. Yang beda cuma narasi yang dibawakan saja. Dan mengucapkan ‘Saya lebih baik teknologi lama tapi uang tetap di Indonesia’.
ADVERTISEMENT
Ya Allah, Pak Wowo.. ndak ada internet ndak enak ndak bisa nonton indoxxi, saya capek dulu nyimpen data pakai Floopy Disk 128 MB dan capek nunggu dial-up internet koneksi Telkomnet Instan yang lama.
Yha ~ menonton Debat Capres tanggal 30 Maret 2019 ini sangat melelahkan.
Sangat tidak efektif karena terjadi pengulangan pembahasan yang sama terus-menerus dengan jawaban-jawaban yang tidak solutif. Untung putaran debatnya tidak selama putaran lap Moto GP sebanyak 49 lap. Kebanyakan curhatan juga. Gak jelas iki rek.
Dan ini sama sekali tidak ada kemajuan yang berarti dari sisi intelenjensi kualitas debat dari debat yang sama 4,5 tahun yang lalu. Uang pajak kita yang dipotong dari penghasilan kita, ternyata baru menghasilkan kualitas demokrasi yang “selucu” ini.
ADVERTISEMENT
Coba perhatikan mereka berdua kemaren.
Saling menuduh.
Tapi saling memuji.
Saling menyerang.
Tapi bilang sahabat.
‘IKI UOPOOO SIHHH?!’
Bukan salah KPU sebagai Production House. Tapi salahnya kita semua sebagai penonton “serial terbaik negeri ini”. Yang menikmatinya juga.
Percayalah, ini bukan seperti situasi Velove Vexia di video klip “Adu Rayu” saat memilih Nicholas Saputra atau Chicco Jericho. Atau situasi Maudy Ayunda saat bingung milih Stanford atau Harvard.
Oh ya,
Maudy Ayu nda?
Yha ~ ayu sih.
--
Pada akhir sesi Debat Cawapres, Sandiaga memberikan Kado Ultah bertuliskan ‘Mbah met ultah, gue kasih sarung baru dengan teknologi ventilasi yang lebih enak udara keluar masuk. Oh ya, jas-nya jahit dimana Mbah?’
ADVERTISEMENT
Ma’ruf Amin lalu ngepost di Insta Story-nya ‘thanks bro kuwh milaff #teamsarunggakcawetan’ di Instagram-nya yang followers-nya 1.000 tapi posting-nya baru 1 foto saja. Foto Mas Dudi.