Negeriku Sedang Sakit

Fitri Ratna Wijayakusumah
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untirta
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2021 19:57 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitri Ratna Wijayakusumah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: unsplash
zoom-in-whitePerbesar
source: unsplash
ADVERTISEMENT
Selama delapan belas tahun hidup, baru saat ini saya merasakan kegelisahan hati yang makin lama makin menggerogoti memaksa untuk ditumpahkan. Kegelisahan mengenai apa yang sedang terjadi pada negeri ini, tempat saya berpijak dan bertumbuh.
ADVERTISEMENT
Ada dua jenis penyakit di dunia ini yang pertama jenis penyakit luar, yang kedua adalah jenis penyakit dalam. Penyakit luar mudah sekali diidentifikasi karena secara fisik pasti terlihat langsung dengan kedua mata bahwa ada kerusakan di luar tubuh. Tidak perlu ke dokter, kita bisa membeli sendiri obatnya di apotek. Tapi, penyakit dalam tidak bisa kita obati sendiri. Karena kita hanya bisa merasakan sakitnya saja, tidak tahu di mana yang terluka, tidak paham dengan obat apa rasa sakitnya bisa hilang. Sebab itu, kita perlu datang ke dokter sebagai ahli kesehatan untuk tahu penyakit apa yang kita derita. Melalui observasi, pemeriksaan lab atau sekadar ditanyai gejala dokter bisa tahu apa penyakit yang diderita. Setelahnya, kita diberi resep berisi daftar obat yang dapat ditebus di apotek sebelah ruangan dokter. Kita minum obatnya secara rutin, lambat laun rasa sakitnya hilang, kita sembuh.
ADVERTISEMENT
Kegelisahan saya bermula dari rasa sakit yang beberapa kali saya rasakan walaupun rasa itu timbul tenggelam, tak selalu berasa. Hal ini berlanjut terus tanpa saya tahu penyebabnya. Sampai akhirnya saya putuskan untuk menyusun kapan saja saya merasakan rasa tak enak ini. Susun sana, susun sini ternyata tetap tak ketemu. Saya gagal, bahkan saya merasa kalau sebenarnya ini bukan rasa sakit karena saya sudah terbiasa merasakan ini. Mungkin saya yang salah mengartikan.
Lambat laun dengan rasa janggal yang masih ada, pikiran saya terbuka dan saya mulai bisa mencerna informasi dari sekitar juga mulai peka pada lingkungan. Ternyata setelah sekian lama saya tahu rasa apa ini. Bahwa yang saya rasakan adalah bentuk emosi dari keadaan yang terjadi di lingkungan saya. Yang sakit bukan saya, tapi negeri ini. Gejala penyakit dalam, penyakit yang hanya bisa di rasakan tanpa luka luar yang terlihat secara fisik.
ADVERTISEMENT
Baik, saya bertekad akan mencari tahu di bagian dalam mana penyakit yang diderita negeri ini.

Jantung

Jantung adalah organ yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Darah mengikat oksigen dan menyebarkannya untuk keberlangsungan hidup bagi tubuh. Maka analoginya badan eksekutiflah yang mempunyai fungsi yang sama dengan jantung, yaitu mengatur jalannya negara untuk kehidupan rakyat. Kesejahteraan rakyat ditentukan oleh bagaimana badan eksekutif menerapkan kebijakannya. Badan eksekutif sendiri berisikan Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri dan Staff yang dipilih langsung oleh Presiden.
Lalu bagaimana mungkin masyarakat Indonesia tidak semuanya sejahtera padahal badan eksekutif berisi orang hebat semua? Apa Kabinet di bawah pimpinan langsung Presiden tidak becus kerja? Atau atasannya yang tidak bisa memimpin?
Bisa jadi ada masalah di organ lainnya, mari kita cek.
ADVERTISEMENT

Ginjal

Kalau dibaratkan yang menjadi ginjal di pemerintahan itu Legislatif, karena ginjal berfungsi menyaring dan membuang limbah dari darah dan tugas legislatif adalah membuat kebijakan, aturan, serta undang-undang. Sekilas tak ada korelasinya, tapi kalau darah diartikan menjadi undang-undang dan kebijakan, maka sudah tentu badan legislatiflah yang bertanggung jawab atas undang-undang dan kebijakan yang mereka buat. Mereka yang memilah dan memutuskan mana yang baik dan buruk untuk rakyat.
Hanya saja dipertanyakan lagi kenapa rakyat begitu heboh menolak undang-undang ini, kebijakan itu, aturan ini, dan aturan itu? Hal ini menunjukkan bahwa fungsi legislatif sebagai pembuat Undang-Undang sudah busuk. Mereka tidak bisa lagi menyaring kebijakan yang tepat untuk kelangsungan kesejahteraan rakyat. Ginjal negeri ini sudah rusak.
ADVERTISEMENT
Tetapi masih ada hati, organ yang paling penting. Walaupun kerja jantung tidak becus, ginjal sudah busuk, ada hati yang bisa menyerap nutrisi dan mendeteksi racun.

Hati/liver

Berfungsi menyaring racun di dalam darah dan membantu penyerapan nutrisi sehingga tubuh sehat bebas racun. Yang memiliki kesamaan fungsi ini dalam pemerintahan adalah badan yudikatif, yang akan mengadili pelanggar hukum yang menyusahkan rakyat serta mengadili mereka yang curang pada rakyat. Badan yudikatif menjadi satu kunci paling vital dalam mempertahankan kebenaran demi kesejahteraan rakyat. Kalau sampai liver ini tidak berjalan dengan semestinya, maka seluruh tubuh akan teracuni. Rakyat yang akan merugi. Seluruh negeri akan ikut terbawa sial, kalau-kalau fungsi ini sudah hilang.
Lalu kalau Indonesia masih punya yudikatif untuk mengatasi borok pada eksekutif legislatif, lagi-lagi mengapa rakyat masih belum semuanya sejahtera?
ADVERTISEMENT
Jika dipikir-pikir sampai bisa jantung dan ginjal rusak, eksekutif legislatif rusak, itu berarti organ pertama yang sudah mengalami kerusakan adalah liver. Karena yudikatif membiarkan pelanggaran-pelanggaran terus dilakukan oleh eksekutif dan legislatif, membebaskan mereka berbuat sesukanya, menelantarkan rakyat, acuh tak acuh pada kesejahteraan rakyat. Yudikatif, liver negeri ini sudah mati.

Paru-paru

Wah siapa ya yang menjadi paru-paru dari negeri ini? Yang menjadi sumber kehidupan utama, tempat yang mengatur pernafasan. Yap, yang masih bisa bertahan di tengah kehancuran organ-organ lainnya, pemerintahannya yang rusak, adalah rakyat dari negeri itu sendiri. Kalau bukan karena rakyatnya, negeri ini sudah lama hilang. Rakyat yang bekerja keras di bawah semua tekanan kebijakan yang makin lama makin merugikan, rakyat yang berjuang keras memenuhi semua kewajiban untuk negara, rakyat yang selalu bangkit membela kebenaran, bahkan rakyatnya yang mencari kesejahteraan untuk dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT

Otak

Yang mengatur, menguasai, menyusun, merangkai, menggerakkan seluruh syaraf pada tubuh adalah otak. Otak yang memberikan perintah supaya tubuh bisa bergerak. Otak yang mempunyai strategi dan menyusun rencana terbaik untuk tubuh bisa bertahan hidup sekeras apa pun dunia menyerang. Kalau begitu, siapa otak di balik semua kehancuran yang terjadi di semua organ vital negeri ini?
Otak ini pasti berisi orang-orang tinggi yang kekuasaannya besar di balik layar, orang-orang yang mampu menggerakkan, mengatur, mencengkeram, mengendalikan eksekutif, legislatif dan yudikatif dari belakang, pergerakan mereka tidak bisa terlihat secara jelas.
Jika ditelusuri, eksekutif dan legislatif merupakan bagian dari tiap-tiap partai. Masing-masing partai mempunyai petinggi dan memiliki idealismenya sendiri. Para ketua mengatur bagaimana partai berjalan. Secara tidak langsung, pengaruh mereka pun sampai pada bagaimana para bawahannya, anggotanya itu bekerja. Bagaimana anggota mereka berperan dalam pemerintahan, seperti apa cara mereka menjalankan kursi kekuasaan. Sesungguhnya semua itu sudah diatur oleh para petinggi. Yang kita semua bisa sebut sebagai elite politik.
ADVERTISEMENT
Para elite merancang sedemikian rupa untuk kemenangan partai supaya bisa sebanyak-banyaknya masuk dalam jajaran legislatif, sehingga akses mereka mudah untuk membuat undang-undang yang menyesuaikan kepentingan mereka, bukan rakyat. Bukan hanya itu, eksekutif pun menjalankan tugasnya sesuai alur yang diberikan para elite ini. Siapa yang menduduki kursi kementerian, staff, dan kesemuanya sudah dipilih selektif demi terwujudnya kepentingan para elite. Lebih mudah lagi, melalui macam-macam siasat kotor, para elite dengan mudah mencengkeram yudikatif supaya semua kecacatan eksekutif dan legislatif tidak perlu diadili betapa pun memalukannya kelakuan mereka.
Para elite politik ini, di antara mereka juga masih ada perpecahan karena masing-masing punya tujuan sendiri, tujuan untuk berkuasa setinggi-tingginya dan selama-lamanya sehingga kekacauan di bawahnya mutlak tidak bisa dielak.
ADVERTISEMENT
Kalau dipikir lagi, jadi tidak mengherankan kenapa jantung, ginjal, dan liver negeri ini begitu sakit walaupun paru-paru sudah sekeras mungkin bertahan demi berjalannya hidup. Karena otak tempat semua syaraf mengatur pergerakan sudah terisi sel-sel busuk sehingga membaui ke semuanya. Meracuni organ lainnya, merusak fungsi-fungsi lainnya.
Kalau begini jadinya pantas saja saya sebagai bagian dari paru-paru merasakan kegelisahan yang sangat dalam, rasa yang begitu sakit, sebab otak negeri inilah yang menjadi sumber segala sumber keruntuhan kebijaksanaan di Indonesia.
Para elite politik telah kehilangan moral, nilai-nilai dasar, budi luhur, cita-cita dan harga diri. Tidak punya lagi rasa kemanusiaan. Tidak ada lagi idealisme yang mereka pegang. Kehilangan arah dan jalan sebagai manusia yang baik. Mereka melepaskan pedoman hidup mereka, ideologi mereka.
ADVERTISEMENT