Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Benarkah AI Akan Mengambil Alih Pekerjaan Manusia?
30 November 2024 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Florencia Hans Budiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi saat ini begitu cepat, kecerdasan buatan (AI) menjadi topik seru yang sering dibahas. Ada yang khawatir bahwa AI akan ‘merebut’ pekerjaan manusia, tetapi ada juga yang optimis AI justru bisa menciptakan peluang-peluang baru yang sebelumnya nggak pernah terpikirkan. Gimana menurut kalian? Yuk, kita bahas bersama!
Di tahun 2024, dunia kerja di bidang ilmu komputer sedang mengalami perubahan besar akibat pesatnya perkembangan AI. Menurut laporan dari Techopedia , alat-alat AI seperti ChatGPT dan Copilot semakin banyak digunakan. Alat-alat tersebut mulai mengurangi kebutuhan akan peran tradisional dalam pengembangan perangkat lunak (software development). Tugas-tugas yang sifatnya repetitif kini semakin otomatis, membuat posisi-posisi yang dulu dianggap penting di industri teknologi menjadi terancam.
ADVERTISEMENT
Mencari pekerjaan terutama bagi mahasiswa ilmu komputer saat ini semakin sulit, meskipun bidang ini dikenal memiliki banyak peluang. Menurut laporan dari The Miami Student , meskipun permintaan untuk profesional teknologi masih tinggi, banyak lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar, khususnya dalam posisi insinyur perangkat lunak (software engineer). Kompetisi yang sangat ketat menjadi salah satu faktor utamanya, dengan banyak mahasiswa yang harus mengirimkan lebih dari 50 lamaran pekerjaan tanpa mendapatkan panggilan balik wawancara. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun gelar Ilmu Komputer tetap memiliki nilai, mahasiswa kini perlu lebih aktif dalam mencari peluang dan mengasah keterampilan tambahan untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan teknologi besar terpaksa melakukan restrukturisasi untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Akibatnya, industri teknologi yang sebelumnya tumbuh pesat kini mulai mengalami kontraksi, terutama setelah masa-masa pandemi yang menuntut transformasi besar-besaran dalam cara bekerja dan berbisnis. Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran telah diumumkan oleh perusahaan teknologi besar termasuk Meta, Amazon, dan Google, terutama untuk mengurangi biaya atau beradaptasi dengan penurunan penjualan. Menurut laporan dari McKinsey , pada tahun 2023 saja, lowongan pekerjaan untuk software engineer menurun lebih dari 50% di Amerika, mencerminkan dampak signifikan dari tekanan ekonomi dan perubahan dinamika pasar tenaga kerja​.
ADVERTISEMENT
Namun, ketidakpastian ini juga bisa menimbulkan tekanan psikologis bagi banyak orang yang baru memulai karier di dunia teknologi. Kondisi ini malah memaksa para pencari kerja, terutama lulusan baru, untuk berpikir lebih kreatif dalam menemukan jalur karir yang relevan atau dipake di masa depan. Mungkin ini juga saatnya bagi institusi pendidikan untuk lebih fokus mempersiapkan mahasiswa dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan.
Dengan menurunnya permintaan untuk peran-peran tradisional dalam software development, mereka perlu beradaptasi dengan tren baru di industri. Keterampilan tambahan seperti pemahaman mendalam tentang AI, pembelajaran mesin (machine learning), dan analisis data mungkin bisa menjadi faktor pembeda yang dapat meningkatkan peluang mereka. Beberapa perusahaan dan startup mulai mengeksplorasi model bisnis baru berbasis teknologi AI dan otomatisasi, yang menciptakan kebutuhan akan peran-peran baru yang lebih inovatif. Meskipun jalan ini tidak mudah, mungkin inilah saat yang tepat bagi para profesional teknologi untuk mengevaluasi kembali potensi mereka masing-masing dan mengambil langkah-langkah strategis demi masa depan yang lebih cerah.
ADVERTISEMENT
AI telah menjadi alat yang sangat membantu, terutama dalam memahami informasi yang kompleks dengan cara yang lebih sederhana. Sebagai pengguna, saya sering merasa bahwa AI mampu menyajikan jawaban yang cepat, relevan, dan langsung ke inti permasalahan. Kemampuan ini membuat AI sangat efisien untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami, dibandingkan dengan harus mencari sumber informasi secara manual atau bergantung pada manusia yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memberikan jawaban, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman ini memberikan gambaran mengapa dunia kerja modern semakin bergantung pada AI.
Dalam konteks pekerjaan, AI tidak hanya menawarkan efisiensi tetapi juga keakuratan dalam menjalankan tugas-tugas tertentu, terutama yang bersifat repetitif atau berbasis data. Perusahaan cenderung mengandalkan teknologi ini karena AI dapat bekerja tanpa henti, memproses informasi dalam jumlah besar, dan meminimalkan potensi kesalahan manusia. Hal ini membuat AI lebih diandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan presisi, dibandingkan dengan manusia yang memiliki keterbatasan waktu, energi, dan konsistensi. Akibatnya, beberapa peran tradisional mulai digantikan oleh AI, karena alat ini dianggap lebih ekonomis dan efektif dalam mendukung operasional perusahaan. Fenomena ini mencerminkan bagaimana AI tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga transformator utama dalam dunia kerja modern.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai perspektif yang telah dibahas, maka kini sudah jelas bahwa perkembangan AI membawa dampak signifikan pada dunia kerja dan pendidikan, terutama di bidang teknologi. AI tidak hanya menggantikan peran-peran tradisional yang bersifat repetitif, tetapi juga membuka peluang baru bagi mereka yang siap beradaptasi dengan kebutuhan industri modern. Meski menghadirkan tantangan, seperti meningkatnya kompetisi dan penurunan jumlah lowongan kerja di beberapa sektor, AI juga mendorong individu dan institusi untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif. Dengan pendekatan yang tepat, termasuk peningkatan keterampilan, adaptasi kurikulum pendidikan, dan pemanfaatan peluang di sektor-sektor baru, AI dapat menjadi alat yang memperkuat kolaborasi antara manusia dan teknologi, menciptakan masa depan kerja yang lebih efisien dan dinamis.
ADVERTISEMENT